Menjadikan Blog untuk Melestarikan Budaya Pantun

SEATHUN yang lalu, medio Juli 2020 saya menulis di blog pribadi saya ‘maribelajar’ yang beralamat di https://mrasyidnur.blogspot.com/ satu tulisan pendek dengan judul Pantun Budaya. Inti tulisan saya itu adalah pembahasan sederhana masalah pantun. Kebetulan saya tengah mengikuti program penulisan Pantun Mutiara Budaya Nusantara yang dilaksanakan oleh Perruas (Perkumpulan Rumah Seni Asnur).

Sebanyak 500-an peserta kabarnya terdaftar dan mengikuti pembelajaran penulisan pantun ini secara online, WA Grup. Saya sangat ingin mengikuti program penulisan pantun ini karena secara umum dan sederhana saya sudah memahami pantun dan menciptakan pantun namun di sini ada materi lain yang ternyata saya belum mengetahuinya. Dan ketika ada program penulisan pantun yang pantunnya jika lulus menurut seleksi pengelola pantun itu akan dijadikan buku Kumpulan Pantun Mutiara Budaya Nusantara maka saya pun antusias untuk ikut.

Tulisan singkat saya yang saya posting di blog ‘maribelajar’ pada 13 Juli 2020 tepat pukul 10.03 pagi, itu selengkapnya berbunyi begini,

Pantun Budaya

TENTANG pantun mungkin di telinga kita sudah umum. Artinya, boleh jadi semua orang sudah memahami dan maklum. Setidak-tidaknya sudah mengenal dan tahu apa itu pantun.

Puisi lama berisi empat baris per bait dengan pola bunyi ab-ab dan memiliki sampiran dan isi,  ini adalah bahasa tutur yang lazim dipergunakan oleh orang-orang dahulu dalam acara-acara tertentu. Sering acara-acara penting dan sakral.

Karena bunyinya yang diatur menggunakan rima membuat pantun indah terdengar ketika diucapkan atau dibacakan. Rima itu bisa dibuat di awal kalimat bisa pula dibuat di akhir kalimat. Pantun yang baik, salah satunya dilihat dari rima awal dan akhir yang sepadan.

Ada beberapa jenis pantun yang kita kenal. Ada Pantun Nasihat, Pantun Agama, Pantun Jenaka, Pantun Teka-teki, Pantun Kasih Sayang (Pantun Remaja), Pantun Anak, dan beberapa nama yang dijelaskan oleh para pakar dan sastrawan sesuai dengan konsep masing-masing. Bagaimanapun pantun adalah hasil sastra yang diciptakan oleh manusia. Dan sastra adalah budaya atau hasil budaya. Pantun sebagai salah kebudayaan itulah yang ingin ditampilkan di sini.

Beberapa contoh pantun berikut adalah Pantun Budaya yang isi dan sampirannya adalah kalimat atau pernyataan yang berkaitan dengan budaya, khususnya budaya satu daerah. Dan pesan serta penggunaan majaz pantun ini diambil dari daerah Kabupaten Karimun khususnya dan tentu saja Indonesia umumnya. Selamat menikmati.

PANTUN MUTIARA BUDAYA INDONESIA*

Gunung Jantan gagah berdiri.

Pantai indah Negeri Berazam

Kidung Tuan cinta Negeri.

Perisai marwah hindari dendam


Pantai Pongkar berpasir putih.

Tempat wisata anak tempatan.

Andai bertengkar menyisir sedih.

Kuat dijaga adat berteman.


Bangkit dibuat di Tanjungbatu.

Gurih terasa nikmat di lidah.

Lilit dikebat hidup bersatu

Perih tiada rakyat bermarwah.


Kueh bangkit mari disuguh.

Duduk bersembah wajah berhadap.

Usah diungkit duri di tubuh.

Buruk di padah punah di harap.


Pulau Semembang luas berbatu.

Selat Perayun galian timah.

Kalau bersembang melepas rindu.

Adat berpantun saat menikah.


Badang perkasa legenda Negeri.

Tinju berkepang dekat pantai.

Tiang bahasa bunda beri.

Maju berkembang adat ditanai.

Tbk,13072020


*Untuk diikutsertakan pada Program Menyusun Buku Pantun Mutiara Budaya Indonesia yang diprakarsai oleh Rumah Seni Asnur pimpinan Asrizal Nur.

Begitulah beberapa bait pantun yang saya ingin tampilkan. Perlu saya jelaskan bahwa pantun-pantun ini saya tulis untuk diikutkan dalam satu kegiatan Mengumpulkan Pantun Budaya Mutiara Indonesia yang diprakarsai oleh seorang sastrawan/ penyair/ budayawan (Asrizal Nur) di Pekanbaru.

Artikel pendek itu adalah salah satu catatan saya tentang peran blog dalam melestarikan budaya. Maksudnya melalui blog kita dapat menulis, mengulas dan membicarakan hasil budaya bangsa, khususnya di bdiang literasi. Sebagai salah satu budaya Nusantara yang hidup dari zaman ke zaman, pantun adalah salah budaya yang perlu dilestarikan. Dengan blog saya merasa dan menyimpulkan kalau budaya ini dapat dilestarikan dengan berbagai cara teramasuk melalui blog yang kita kelola.

Betapa hebatnya nanti jika setiap produk budaya kita yang sudah ada, terus dapat dilestarikan di berbagai wadah. Salah satunya dengan menggunakan blog sebagaimana yang banyak dilakukan oleh para penulis kita. Saya sendiri mencoba juga untuk ikut berpartisipasi melestarikan budaya seperti pantun. Kita juga banyak membaca tulisan-tulisan yang membahas hasil budaya lainnya di blog. Tentang kuliner, seni musik, seni tari dan banyak lagi.

Enam pantun yang saya muat di blog itu adalah pantun-pantun yang dinyatakan lulus seleksi dan sudah termuat pada buku ber-ISBN dengan judul Kumpulan Pantun Mutiara Budaya Nusantara yang ditulis oleh 300-an penulis pantun. Dari 500-an orang  peserta pelatihan menulis pantun budaya nusantara, itu akhirnya sebanyak 300-an orang dinyatakan diterima pantunnya dan dimuat di buku ini. Setiap orang mengirimkan enam bait pantun sesuai criteria yang ditetapkan. Berisi dan bersampiran budaya satu daerah tempat tinggal penulisnya.***

Tinggalkan Balasan

1 komentar