Catatan Awal Ramadhan: Ujian adalah Penguatan (1)

Literasi, Ramadhan766 Dilihat

DIUJI DENGAN SAKIT

CATATAN awal Ramadhan setiap kita tentu berbeda-beda. Sebagai pengalaman, sudah pasti pengalaman memulai Ramadhan kita tidak akan sama antara satu dengan lainnya. Kecuali kita melakukannya bersama-sama. Maka mari kita saling berbagi. Dan pengalaman awal Ramadhan saya tahun ini menarik juga –menurut saya– untuk dishare di sini. Tapi sesungguhnya, sama sekali tidak menarik untuk diterima, andaikan boleh menaolak.

Pertama, saya menyambut Ramadhan tahun ini dengan kondisi pisik yang semakin tidak fresh dalam sepekan. Berangsur kurang fresh alias terasa tidak nyaman sejak awal sepekan hingga menjelang datangnya Ramadhan. Bermula sepekan menjelang hadirnya tamu mulia, Ramadhan suci ini badan saya terasa agak meriang. Seperti mau demam. Tapi saya menganggap itu hanya karena keletihan saja. Saya nilai saya masih kategori sehat. Di waktu-waktu yang lalu, keadaan seperti ini saya tetap menganggap sehat.

Kalau orang bertanya, ‘apa kabar saya’ maka saya tetap menjawab ‘sehat’. Kenyataannya menurut saya, saya tetap beraktivitas seperti biasa. Seperti orang sehat. Hanya terasa sedikit lelah. Dan saya tidak atau belum pergi berobat. Cukup menambah vitamin saja dalam sepekan itu. Ketika saya berkomunikasi –via telpon—dengan dokter, sahabat saya, dia juga bertanya apakah mau minum obat atau cukup minum vitamin? Saya masih minta vitamin saja. Dan dia merekomendasikan neurobion forte (vitamin) dan dextaco (untuk jika berdahak). Saya beli vitaminnya dan satunya kebetulan sedang kosong di apotek, saya tak mencarinya di tempat lain.

Ternyata dua hari menjelang satu Ramadhan, keadaan semakin terasa berat. Tapi saya lagi-lagi menganggap, itu biasa saja. Saya anggap karena malam Ahad (dini hari) itu saya memaksakan bangun tengah malam untuk melihat Elclasico-nya Liga Spanyol. Saya tonton hingga tuntas. Padahal saya sudah lama tidak memaksa nonoton di waktu seperti itu ketika usia sudah senja begini. Kali ini saya memaksakannya. Saya tak ikut arahan Pak CEO Media Guru, Pak Muhammad Ihsan. Akibatnya, besoknya bertambah drop. Dan barulah keesokan itu saya berobat ke klinik teman saya itu.

Malam awal (satu) Ramadhan saya merasa sudah lumayan meskipun belum kuat ke masjid. Tapi subuhnya, alhamdulillah sudah bisa ke masjid. Dan inilah awal ‘lampu’ yang tadi redup sedikit mulai agak nyala lagi. Dan keadaan itu bertambah baik hingga malam kedua Ramadhan. Malam ini, malam tarwih kedua, saya sudah bersama jamaah lainnya di Al-Ubudiyah, masjid yang cukup ke rumah saya.

Saya ingin menyatakan rasa syukur, bersyukur sekali atas ujian ini. Bagaimanapun bentuknya pengalaman yang dijalani, sepenuhnya pengalaman itu adalah ujian dari Yang Maha Penguji. Bahkan sebuah kenikmatan (secara lahir) pun merupakan ujian dari Tuhan. Kita harus berusaha untuk lolos darinya.

Untuk catatan pertama ini, saya tambahkan bahwa masih ada pengalaman lain saya pada hari pertama memegang puasa ini. Tapi untuk catatan sampai itu dulu. Semoga pengalaman lainnya sempat ditulis lagi. Salam hormat dan salam literasi untuk semuanya.***

Tinggalkan Balasan

1 komentar