Melamar Pekerjaan

Terbaru44 Dilihat

Melamar Pekerjaan

Kemarin, ada dua orang yang datang melamar, pelamar pertama mau jadi DW ( tukang cuci piring ) pelamar kedua mau jadi Barista.

Pelamar pertama usia 19 tahun, baru lulus SMA, ketika saya Tanya, ” pernah bekerja sebelumnya”? Dia menjawab, pernah jadi kurir, cuma dua bulan. Saya lihat berkas lamarannya, ternyata dia anak pertama, dari 3 bersaudara. Andai nanti PPKM di cabut dan keadaan kembali normal, saya akan panggil dia untuk bergabung. Saya melihat ada “sesuatu” di matanya, dia ingin membantu ekonomi keluarganya, rumahnya sendiri di Jakarta Timur tapi dia mau jauh-jauh ke Bekasi buat melamar pekerjaan. Ada kemauan disana. Ada antusiasme, saya suka itu. Walau pun dia belum punya pengalaman.

Pelamar kedua, mau jadi Barista, mengaku sudah 3 tahun berpengalaman jadi barista, saya suka penasaran dengan orang-orang yang “berpengalaman”, lalu saya tanya hal-hal yang mendasar ttg minuman, ternyata jawabannya mengecewakan. Saya tambah kecewa lagi ketika tes dia membuat minuman, padahal minuman yang saya tes adalah minuman kopi “sejuta umat” yakni cappuccino. Saya memang lagi butuh Barista, tapi dengan hasil wawancara serta tes bikin minuman yang mengecewakan, membuat saya memutuskan untuk tidak mengajak dia bergabung.

Kadang, pengalaman tidak membuat seseorang otomatis memenuhi standar, ada yang pengalamannya tidak terlalu lama tapi karena belajar membuat dia pantas untuk diterima bekerja di suatu tempat.

Ada juga yang “berpengalaman” lama, tapi enggan belajar, membuat dia tidak pantas diterima dimana-mana, mengapa demikian? Karena dia tidak belajar dari pengalaman, orang dengan tipe seperti ini, bangga dengan pengalaman doang, dia enggak nyadar, dunia sudah berubah.

Tinggalkan Balasan