Seba’da pulang dari perpustakaan nasional kemarin, kami bersepakat mencari tempat makan siang.
Lalu kami menemukan rumah makan padang yang berlokasi tidak terlalu jauh dengan perpustakaan nasional.
Habis makan siang, waktu sudah mendekati waktu sholat Jum’at. Kamipun segera menuju masjid di area perkantoran milik pemerintah.
Alhamdulillah, masjidnya ternyata hanya diperuntukan buat yang bekerja disana saja. Orang luar belum diperbolehkan. Itu kata pihak pengamanan disana.
Lalu kamipun bergerak menuju masjid diarea perpustakaan nasional, Alhamdulillah, masjidnya sudah penuh, itu juga versi pihak pengamanan disana.
Aku mencoba “nego” kukatakan pada pihak keamanan, “cuma kami bertiga aja pak…”
Pihak pengamanan kemudian memberikan informasi, ada masjid besar di “belakang”, ” bapak tinggal cari gang pertama, lalu lurus aja, nanti ada masjid besar…”
Akhirnya, aku ambil motor di area parkir, dan bersama pak Thamrin Dahlan ketua YPTD ( Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan ) kami meluncur menuju masjid yang Alhamdulillah, besar dan megah. Namanya masjid Aisah Ghani.
Pintu Masjidnya cantik memesona, mengingatkanku kepada masjid Nabawi di Madinah.
Kami sampai dimasjid lalu mengambil air wudhu dan mendengarkan khotbah Jum’at.
Seusai khotbah, ada orang baik yang memberikan aku rejeki, Alhamdulillah. Selain itu pengurus masjid memberikan aku kotak berisikan makan siang.
Aku ambil aja, lalu kuletakan dibagasi motor, sebenarnya perutku masih kenyang karena sebelum sholat Jum’at sudah menyantap makanan di rumah makan padang.
Aku berniat memberikan kotak nasi itu kepada yang lebih membutuhkan.
Benar saja, dijalanan aku melihat seorang pria yang berjalan lemah. ku stop motorku lalu kotak nasi pemberian pengurus masjidpun berpindah tangan.
Alhamdulillah, hari Jum’at kemarin penuh dengan pengalaman yang memberikan kesan mendalam.
Pertama, soal bagaimana mekanisme pemberian buku-buku terbitan YPTD ( Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan ) ke perpustakaan nasional.
Caranya adalah kita harus memberikan dua buku dengan judul yang sama. Alhamdulillah, YPTD kemarin telah menyumbangkan kurang lebih 52 buku.
Buku-buku tersebut adalah karya para penulis yang telah bergabung dengan YPTD sebuah yayasan non profit yang memfasilitasi siapa saja yang berniat menerbitkan buku.
YPTD menanggung semua biaya penerbitan, benar-benar gratis. Bukuku ” Mengapa Orang Arab Tidak Suka Sendok?” adalah buku pertama yang diterbitkan YPTD.
Baru dua bulan YPTD telah menerbitkan puluhan judul buku. Jadi bagi siapa saja yang tulisannya masih terserak, sila gabung ke YPTD, lalu terbitkan buku anda, karena buku adakah “mahkota” bagi para penulis.
Kedua, aku belajar kebaikan dari pak Thamrin, beliau berbagi kepada siapa saja.
Sebelum ke lantai 7 gedung E, kami sudah ngopi dan makan gorengan terlebih dahulu. Selesai dari gedung E makan siang lagi.
Akhirul Kalam, berbagilah, dengan berbagi benih-benih kebahagiaan akan bersemi di hati kita semua.
Sabtu, ketika rehat sejenak
Fastabiqul Khairat Syed
Salam Literasi
YPTD