Kenangan di Kota Makasar

Terbaru101 Dilihat

Kenangan di Kota Makasar

Jika ada yang bertanya tempat terbaik yang pernah saya kunjungi sebenarnya banyak, namun yang membuat tempat itu berbeda karena ada cerita menarik di kota itu. Cerita itu berawal ketika saya mengikuti penugasan sebagai pramugari haji pada tahun 1998. Saya bersama-sama teman dari 3 matra lainnya, TNI AD, TNI AU dan Polri saat itu mendapat homebase di Makasar. Tidak pernah menyangka bisa menjadi crew Garuda selama masa haji.

Untuk bisa diterima menjadi pramugari haji lumayan sulit karena banyak sekali peminatnya baik dari crew Garuda sendiri, masyarakat luar dan dari wanita TNI dan Polri. Test meliputi tes kesehatan, Bahasa Inggris dan wawancara. Setelah dinyatakan lulus baru mengikuti pelatihan selama 6 bulan di Kosambi, Jakarta Barat.

Selesai pelatihan tibalah penentuan home base dan group terbang. Kota Makasar menjadi home base saya dan teman-teman dari wanita TNI dan Polri juga 2 pramugari Garuda dan 1 purser Garuda. Mereka menjadi team yang kompak dan menyenangkan. Di Makasar kami tinggal di Hotel Maranu. Satu kamar hotel terdiri dari 2 crew.

Saya tinggal sekamar dengan senior saya mba Ria. Mba Ria senior yang baik tapi usil. Seringkali ketika saya di kamar mandi, lampu dimatikan dari luar. Jika dia tidak bisa tidur cepat, dia sering membangunkan saya yang gampang sekali terlelap dalam hitungan menit.

Saya merasa cukup lelah setelah penerbangan Jeddah Makasar dan waktu benar-benar saya gunakan untuk beristirahat dimalam hari. Ketika tidak sedang terbang, di sore hari saya lebih suka jalan-jalan di sepanjang pantai Losari yang indah dengan deburan ombak dan pemandangan yang indah. Di dekat pantai banyak orang berjualan pisang epe, juga ikan bakar. Sambil menikmati sun set,.saya dan beberapa crew makan pisang epe.

Ketika saya dan crew sedang tidak terbang selama 2 hari, kami bisa request pulang ke Jakarta untuk menengok keluarga. Somba Opu menjadi target kami untuk belanja oleh-oleh untuk keluarga. Saya membeli kaos dan beberapa baju untuk suami dan putra pertama saya, kain untuk bahan baju juga cincin emas untuk saya.

Saya dan semua crew di group saya, juga pergi ke Air Terjun di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung sebelum terbang pertama ke Jeddah. Salah satu crew bilang jika air terjun semakin deras berarti kita banyak dosanya. Dengan mandi dibawah air terjun badan bersih dari kotoran dan segala keburukan. Namun saya tidak tahu kebenarannya, bagi saya mandi dibawah air terjun serasa segar sambil menikmati pemandangan di sekitar.

Kupu-kupu berwarna warni juga banyak dijumpai di lokasi keluar masuk gate Bantimurung. Beberapa penjual menjajakan koleksi kupu-kupu yang sudah diawetkan dan dibingaki dengan kaca. Tapi saya tidak membelinya karena saya tidak banyak membawa cash saat itu karena sengaja mau mandi dibawah air terjun. Barang-barang berharga saya simpan di tas di dalam mobil.

Tempat terakhir yang saya kunjungi adalah pulau Kayanngan. Pulau Kayangan mirip dengan obyek wisata di tempat-tempat lain di Indonesia. Untuk menuju Pulau Kayangan saya dan teman saya menaiki perahu bermotor. Air laut tampak jernih dengan buih-buih putih ketika dilintasi perahu bermotor. Menikmati liburan di sebuah pulau yang indah membuat pikiran rileks dan hati tenang. Pulau sepi dengan hamparan laut biru dan keindahan alam yang memukau membuat saya bersyukur pada Sang Pencipta akan ciptaanNya yang tiada taranya.

Hari-hari tinggal di kota Makasar membuat saya tambah gemuk karena banyak makan sop Konro dan Coto Makasar yang lezat dengan minum es Palu Butung. Namun untuk menjaga tubuh saya hanya berolah raga jalan kaki ketika tidak terbang.

Nah itulah mengapa saya memilih kota Makasar sebagai kota yang penuh dengan kenangan bersama teman-teman pramugari haji. Berdinas sekaligus berekrasi. Selalu bersyukur apa yang Tuhan berikan.

Nani Kusmiyati,S.Pd., M.M., CTMP.

Jonggol, 19 April 2021.

Tinggalkan Balasan