woman-7421426_640
MENJADI SERSAN DUA DAN KEHIDUPAN DI MESS
Menjadi prajurit wanita Angkatan Laut dengan sebutan KOWAL (Korps Wanita Angkatan Laut) telah membuka gerbang cakrawala dalam wawasan, pengalaman maupun karirku. Pangkat Sersan Dua (Serda) adalah pangkat terendah untuk prajurit wanita di Indonesia. Aku menjalani karirku mengalir seperti irama kehidupan yang penuh dinamika, up and down atau dibilang pasang dan surut.
Setelah lulus pada tanggal 22 November 1987 dengan menyandang pangkat Sersan Dua (Serda), aku mendapatkan penempatan pertama sebagai Spri Dirminpersal (Direktur Administrasi Personel), Mabes TNI AL, Cilangkap, Jakarta Timur.
Aku sedikit terkaget karena bisa berdinas di Jakarta karena Jakarta menjadi kota impianku setelah aku berwisata akademi dengan alumni SMA 2 Kediri pada tahun 1986. Bagian tersedihnya aku harus jauh dari ayah dan ibuku juga kakak-kakakku. Sebagai anak bungsu aku harus mandiri setelah menjadi KOWAL.
Keluarga baru adalah teman-temanku juga senior-senior KOWAL yang tinggal di Mess KOWAL Cut Nyak Dien, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Mess yang memperkenalkan kehidupan bersosialisasi dengan KOWAL lain dari berbagai daerah. Kehidupan ketat penuh aturan di mess menjadi tantangan tersendiri. Aku jalani semua itu dengan penuh keiklasan. Semua kegiatan terjadwal, mulai olah raga pagi walaupun optional (bisa dikerjakan atau tidak). Apel pagi sebelum berangkat ke kantor dan jaga kesatrian Kowal Cut Nyak Dien secara bergantian.
Untuk KOWAL yang masih baru setelah beberapa bulan baru boleh pesiar (keluar kesatrian untuk kegiatan pribadi). Selama belum boleh pesiar kegiatan KOWAL berangkat dan pulang bekerja lanjut korve (bersih-bersih) Kesatrian dan lingkungan sekitar. Masih ada apel malam dipimpin oleh Bintara senior di leting (bahasa Belanda Lichting) kami kemudian dilaporkan ke perwira jaga saat itu. Hal itu dilakukan beberapa bulan hingga kami memiliki adik leting baru.
Kami sebagai junior baru harus menghadapa senior di kamarnya dan segera menghafal nama-namanya. Jika senior belum ada di kamar, jadwal menghadap ditunda dilain waktu atau hari lain. Hati lega jika sudah menghadap ke semua senior. Banyak cerita unik ketika aku dan teman-temanku menghadap senior. Pasti ada beberapa rumor bahwa kami akan menemui senior yang galak. Menurut aku mereka tidak galak namun mereka ingin adik-adiknya memiliki disiplin yang tinggi dan kepribadian yang tangguh. Selain memperkenalkan diri kami diminta menunjukkan hobi masing-masing. Jika kami memiliki hobi menyanyi maka tampillah kami sebagai penyanyi. Banyak sekali pertanyaan yang di lontarkan oleh senior tertentu. Namun ada senior yang lebih suka memberikan nasehat dan tidak banyak bertanya, terutama senior yang sibuk di kantornya.
Saat itu mess masih menjadi satu gedung dengan kamar-kamar saling berhadapan. Diantara mess ada pohon rambutan atau mangga, sedangkan di depan teras kamar ada tanaman hias atau tanaman dengan bunga-bunga kesukaan masing-masing. Kami biasanya sekamar dengan senior sehingga kami harus segera bisa menyesuaikan dengan senior. Ketika mendapatkan senior yang tidak banyak menuntut adalah suatu berkah. Alhamdulillah saat itu saya mendapatkan senior yang baik juga rajin bersih-bersih sehingga kami membersihkan kamar dan sekitarnya bersama-sama atau secara bergantian.
Selain korve aku dan teman-teman yang memiliki hobi sama berlatih basket dengan senior di Jakarta Timur. Latihan dilakukan setelah pulang kerja atau sesekali ketika weekend. Kami sudah disiapkan truk atau bus, tergantung tersedianya kendaraan untuk berangkat latihan basket. Saat latihan basket itulah kami menjalin pesahabatan antara senior dan junior. Banyak senior menjadi sahabat. Aku pribadi tidak begitu suka mencampuri urusan senior, aku lebih banyak menjadi pendengar saja kecuali jika diminta pendapat barulah aku berbicara kepada senior. Terkadang aku dan senior saling bercanda.
Kami pulang dari latihan basket sekitar pukul 21.30. Walau lelah tapi senang dan mudah sekali tidur karena kegiatan fisik. Setelah mandi malam dan sholat Ishak aku menyiapkan seragam yang akan dikenakan esok hari dan tas kerja yang akan dibawa. Tepak (tempat makan semacam tupperware) sudah aku siapkan jika aku tidak sempat sarapan pagi. Sebelum tidur terkadang aku baca buku motivasi. Tapi jika terlalu lelah langsung tidur.
Keesokan harinya aku dan KOWAL lain berangkat ke ruang makan sebelum apel pagi jam 05.30. Aku biasanya tidak langsung sarapan tapi aku mengisi tepakku dengan nasi dan lauk. Jika ada sayur yang berkuah aku masukkan plastik atau tidak aku bawa. Sarapan pagi biasanya nasi goreng atau nasi dengan oseng-oseng dan goreng ayam atau tempe. Beberapa senior tidak begitu suka makanan mess, mungkin karena mereka sudah mulai bosan. Berbeda dengan kami sebagai Bintara junior maka kami berusaha tidak menyisakan makanan yang telah disajikan. Saya pribadi tidak ada masalah dengan jenis menu apapun yang penting halal dan sehat, aku pasti makan makanan yang telah disediakan.
Setelah apel pagi di mess, kami menaiki bus masing-masing sesuai kantor kami. Perjalanan dari mess ke kantorku di Disminpersal yang saat itu berlokasi di dekat Senin sekitar satu jam jika macet. Kesempatan di bus adalah kesempatan terbaik untuk memejamkan mata atau sarapan pagi jika perut sudah mulai lapar. Kami biasanya menutup korden jika hendak sarapan di bus atau hendak istirahat tidur. Ada juga KOWAL yang masih senang berbincang-bincang hingga bus sampai kantor.
Aku lebih memilih untuk tidur kecuali memang ada topik yang urgent yang harus segera di diskusikan. Tentunya topik yang tidak bersifat personal karena urusan personal tidak baik di dengar orang lain.
Jonggol, 14 April 2025
Nani Kusmiyati
Pecinta Literasi