Ruang Doa

Puisi105 Dilihat

Entahlah aku hanya ingin menuliskan saja semua perasaan yag mengalir

Mengikuti hembusan anila memainkan pucuk daun pandan

Kisah hijaunya melekat menyeka kepala

Cericit burung emprit berhamburan kala kaki kulangkahkan

 

Seolah terganggu dengan hadirnya langkahku

Ah, maaf aku tak bermaksud menganggu

Hinggap ditanah kembali dengan membawa rumput kering disudut paruh

Terbang dan bersarang di pohon tinggi

 

Ternyata sedang membangun sarang sang buah hati

Sarang kau bangun dengan cinta kesabaran tak kenal lelah

Pagi kau sambut dengan gembira riuh

Kunikmati hadirnya fajar cantik menawan

 

Berhias rona merah menyapu nabastala

Kuhirup sejuknya aroma pagi bersama rerumputan basah

Bunga kamboja kuning keemasan gugur dari kelopaknya

Aroma semerbak kamboja berembus bersama anila

 

Terkadang aku terdiam disudut ruang ini

Terjebak bersama sesaknya nafas

Oh tidak, ak tak mau berlama terjebak disudut ruang

Ruang ini sebenarnya indah

 

Ruang yang hanya perlu dipenuhi dengan rasa syukur

Aku tak bisa berbuat banyak pada ruang ini

Hanya perlu ku isi dengan bait – bait diksi

Diksi untaian nada bersama butiran tasbih berbungkus doa

 

Bias bianglala diufuk pertanda harapan selalu ada

Harapan berhambur bersama cumbuan mesra

Terlena lalu tenggelam dalam pengharapan dan rasa takut

Aku siapa hanya sebutir debu tanpa daya

 

Beterbangan berbaur debu debu cosmos jagad raya

Ruang ini dalam kesendirian

Kesendirian yang sejatinya tak sendiri

Bergerak dan digerakkan untuk selalu dituntun dalam setiap langkah

 

Dalam kebodohan dan kebutaan walau sejengkal

Tuhan, aku tak berdaya

Kugapai mentari Mu dalam keputusasan

Bukan aku tak mensyukuri setiap jengkal nafas yang kau jejalkan diparu – paru ini

 

Namun karena keterbatasan diriku dalam memahami Mu

Engkau tau saat putus asa mendera jiwaku yang terus meronta meminta sebuah jawaban

Saat itu hadir secercah pengharapan

Harapan yang pupus pada ketidakmampuan dan penyerahan

 

 

Jember, 12 Juli 2022

Tinggalkan Balasan