Entahlah aku hanya ingin menuliskan saja semua perasaan yag mengalir
Mengikuti hembusan anila memainkan pucuk daun pandan
Kisah hijaunya melekat menyeka kepala
Cericit burung emprit berhamburan kala kaki kulangkahkan
Seolah terganggu dengan hadirnya langkahku
Ah, maaf aku tak bermaksud menganggu
Hinggap ditanah kembali dengan membawa rumput kering disudut paruh
Terbang dan bersarang di pohon tinggi
Ternyata sedang membangun sarang sang buah hati
Sarang kau bangun dengan cinta kesabaran tak kenal lelah
Pagi kau sambut dengan gembira riuh
Kunikmati hadirnya fajar cantik menawan
Berhias rona merah menyapu nabastala
Kuhirup sejuknya aroma pagi bersama rerumputan basah
Bunga kamboja kuning keemasan gugur dari kelopaknya
Aroma semerbak kamboja berembus bersama anila
Terkadang aku terdiam disudut ruang ini
Terjebak bersama sesaknya nafas
Oh tidak, ak tak mau berlama terjebak disudut ruang
Ruang ini sebenarnya indah
Ruang yang hanya perlu dipenuhi dengan rasa syukur
Aku tak bisa berbuat banyak pada ruang ini
Hanya perlu ku isi dengan bait – bait diksi
Diksi untaian nada bersama butiran tasbih berbungkus doa
Bias bianglala diufuk pertanda harapan selalu ada
Harapan berhambur bersama cumbuan mesra
Terlena lalu tenggelam dalam pengharapan dan rasa takut
Aku siapa hanya sebutir debu tanpa daya
Beterbangan berbaur debu debu cosmos jagad raya
Ruang ini dalam kesendirian
Kesendirian yang sejatinya tak sendiri
Bergerak dan digerakkan untuk selalu dituntun dalam setiap langkah
Dalam kebodohan dan kebutaan walau sejengkal
Tuhan, aku tak berdaya
Kugapai mentari Mu dalam keputusasan
Bukan aku tak mensyukuri setiap jengkal nafas yang kau jejalkan diparu – paru ini
Namun karena keterbatasan diriku dalam memahami Mu
Engkau tau saat putus asa mendera jiwaku yang terus meronta meminta sebuah jawaban
Saat itu hadir secercah pengharapan
Harapan yang pupus pada ketidakmampuan dan penyerahan
Jember, 12 Juli 2022