Menikmati Segelas Sekoteng

Selamat pagi sobat,

Sudah dua hari kemarin saya ingin menikmati segelas Sekoteng, minuman panas yang kerap saya beli saat saya masih kecil. Namun penjual Sekoteng keliling tak pernah ada lagi di sekitar Perumahan tempat saya tinggal sedangkan untuk memberi secara online jarak tempuh lumayan jauh, lebih mahal jasa kirimnya daripada harga segelas Sekoteng.

Sekoteng ini adalah minuman khas dari daerah Jawa Tengah yang terbuat dari air jahe yang biasa dihidangkan dalam keadaan panas dan dikonsumsi pada malam hari. Adapun bahan yang biasanya ditambahkan ke dalam sekoteng adalah kacang hijau, kacang tanah, pacar cina, kolang kaling dan potongan roti tawar.

Penjual Sekoteng saat saya masih kecil dan tinggal di kompleks militer Cijantung 2 Jakarta Timur, menjual Sekoteng dengan cara memikul gerobaknya. Saat itu, sekoteng dijual keliling dengan menggunakan gerobak pikul yang biasanya mempunyai dua sisi. Satu sisi untuk panci air jahe beserta kompornya, sedangkan sisi lain adalah tempat bahan campuran Sekoteng yaitu kacang hijau, kacang tanah, pacar cina, kolang kaling dan potongan roti tawar yang masing masing ditaruh di dalam toples kaca lalu juga untuk menaruh gelas serta tempat mempersiapkan sekoteng.

Penjual Sekoteng biasanya baru lewat depan rumah saya di atas jam 10 malam sambil membunyikan suara ting ting ting yang berkepanjangan.

Selanjutnya saat saya tinggal di Perumahan dinas Anggota DPR/MPR RI di Kalibata Jakarta di tahun 1990-an, penjual Sekoteng masih memikul gerobaknya dan juga lewat depan rumah dinas saya di atas ham 10 malam.

Kemudian saat saya tinggal di Perumahan kota Depok di tahun 2000-an, penjual Sekoteng sulit saya temukan karena tak semua penjual boleh masuk di Perumahan tempat saya tinggal.

Suatu kali di malam hari secara kebetulan saat saya keluar ke Perumahan sebelah, saya melihat penjual Sekoteng juga masih dengan cara memikul gerobaknya. Saat itu saya langsung memanggil dan membelinya.

Di tahun 2012, saat saya mendapat amanah sebagai Pengurus RW di Perumahan tempat saya tinggal, saya memberi ijin penjual Sekoteng untuk berkeliling masuk ke Perumahan di malam hari. Penjual Sekoteng tidak lagi memikul gerobaknya namun sudah menggunakan gerobak dorong. Saat itu satu gelas Sekoteng dijual dengan harga lima ribu rupiah.

Setelah saya tak lagi menjadi Pengurus RW, penjual Sekoteng pun tak lagi berjualan berkeliling di Perumahan tempat saya tinggal. Saya tak tau apa sebabnya. Sejak itu, saya sulit lagi untuk mendapatkan penjual Sekoteng yang berkeliling.

Semalam, istri dan anak saya sepulang dari servis mobil menyempatkan mampir di penjual Sekoteng yang mangkal di dekat Pasar Agung kota Depok. Satu gelas Sekoteng kini dijual dengan harga delapan ribu rupiah.

Keinginan saya untuk  bisa menikmati segelas Sekoteng akhirnya terkabul juga. Alhamdulillah ..

Sobat, saatnya saya undur diri.

Selamat beraktivitas ..

Salam sehat ..

 

NH

Depok, 10 November 2022

Tinggalkan Balasan