Ngabuburit Asyik

Terbaru19 Dilihat
Nagbuburit di Rumah (Dok. Pribadi by Canva)
Dok. Pribadi by Canva for Education

Udara sore di hari Minggu sangat cerah. Matahari yang amat terik di tengah hari, menjelang senja sinarnya tidak menyengat lagi. Tirai bambu di depan Warung Pak Guru sudah digulung. Tirai yang digunakan untuk menahan terik mentari lewat tengah hari digulung karena sinar matahari menjelang berbuka panasnya tidak seberapa. Sambil melayani para tetangga yang membutuhkan pulsa dan barang-barang di warungnya, Guru Eko membuka video Youtube.

“Ayah, kok malah nonton Youtube?” istrinya bertanya.

“Memangnya, kenapa?” Guru Eko balik bertanya.

“Orang ngabuburit itu kan membaca Al-Quran atau jalan-jalan sore,” tukas sang istri.

“Nah, ini dia. Masa seharian membaca Al-Quran? Ayah tadi sudah membaca Al-Quran selepas salat Ashar,” bela Guru Eko.

“Terus, yang ditonton, apa?” tanya sang istri menyelidik.

“Nih, sini nonton bareng kalau mau!” ajak Guru Eko untuk meyakinkan sang istri.

“Ogah, ibu milih nonton sinetron aja,” tolak istrinya.

“Ha … ha … ha …, ya sama saja. Sana, nonton sinetron sambil memasak. Menu apa pun yang kamu buat akan aku santap!” komentar Guru Eko sambil tertawa.

Guru Eko membuka video Youtube, selain menonton materi yang ia butuhkan, kadang-kadang ia mendapat ide menulis dari sana. Beberapa video ia tonton. Namun, ia terpaku pada satu buah video yang menginspirasi tentang alasan harus menulis.

“Nah, ini dapat dijadikan tulisan. Jika dibaca teman-teman mudah-mudahan akan menambah motivasi menulis. Atau, yang belum mau menulis akan tergerak hatinya untuk menulis. Apalagi sekarang sedang bulan puasa. Selain mengisi waktu dengan beribadah seperti baca Quran atau mengaji, membaca dan menulis dapat digunakan sebagai cara asyik untuk mengisi waktu menjelang bedug bertalu atau bunyi sirine tanda berbuka tiba,” batin Guru Eko. Oleh karena itu, ia pun segera membuat konsep dan menyalakan laptop untuk menuliskannya di blog. 

***

“Ayah, Ibu titip sebentar goreng tempenya, ya? Ibu mau nganterin sayur matang ke rumah Mbak Jum,” pinta bu Rumi kepada suaminya.

“Siap,” Guru Eko pun beranjak ke dapur. Ditinggalkannya draf tulisannya di laptop. Memasak bukan hal tabu bagi suami bu Rumi itu. Sejak kos waktu sekolah guru dahulu, ia selalu memasak ketimbang membeli makanan. Jadi, urusan masak-memasak bukan hal sulit dan tidak dianggap sebagai pekerjaan seorang perempuan.

Tempe goreng yang dititipkan kepadanya sudah matang. Guru Eko pun menyerok dan meniriskannya. Kemudian, ia melanjutkan menggoreng sisa tempe yang masih ada. Irisan tempe ia celupkan ke dalam adonan tepung, lalu ia masukkan ke dalam minyak panas di wajan. 

Kebiasaan sang istri, jika mengoreng ia gunakan api sedang cenderung kecil. Katanya agar matangnya merata. Sebab jika apinya besar, tepungnya kering, tempenya belum matang. 

“Matangnya kan lambat, aku tinggal dulu ke depan. Masih ada beberapa baris yang belum aku selesaikan. Sesudah itu tempe ini aku balik dan diangkat,” gumam Guru Eko.

Ia ke ruang depan dan kembali menghadap laptop. Sebaris kalimat ia selesaikan. Kemudian ia menyelesaikan baris berikutnya. Asyik sekali. Cerita tentang “Kenapa Aku Menulis” ingin ia bagikan kepada teman-temannya sebagai penambah motivasi. 

“Sudah diangkat tempenya, Ayah?” tanya bu Rumi yang sudah selesai urusannya dengan Mbak Jum, tetangganya.

“Sudah. Beres,” jawab Guru Eko tanpa menoleh.

“Kok, banyak banget asap di rumah?” tanya bu Eko keheranan. 

“Haa …? Ampun, aku lupa!” Seketika Guru Eko melompat dan sedikit berlari ke arah arah dapur. Ia melihat tempe gorengnya sudah menghitam dan mengeluarkan kepulan asap. Minyak goreng di wajan pun terlihat sangat panas. Api kecil kompor gasnya hampir menjilat andaikata tidak segera ia matikan. Wajan kecil yang baru dibeli dan dipakai untuk menggoreng tempe pun berubah kecoklatan akibat penuh dengan kerak minyak. 

“Ayah …!” teriak lirih bu Rumi mengiringi Guru Eko yang sibuk mengangkat wajan dari atas kompor ke tempat cucian.

“Tulisan di laptop baru separuh, sekarang bertambah tugas mencuci dan membersihkan kerak minyak di wajan. Huh!” gerutu Guru Eko sambil tangannya menggosok wajan dengan sabut stainless untuk menghapus kerak minyak di sana.

PakDSus

#KMAC-10
#YPTD
#KisahRamadan

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Ngabuburit di Rumah”, 
https://www.kompasiana.com/susantogombong/64208afdd3aa0f201d6daa63/ngabuburit-di-rumah

Kreator: Susanto

Tinggalkan Balasan