(Korban Banjir Dok: pusatkrisis.kemkes.go.id)
Indonesia adalah negara yang memiliki tingkat bencana alam yang cukup tinggi di dunia. Bencana tersebut antara lain mulai dari gempa bumi, gunung meletus, banjir, longsor, tsunami, angin topan hingga kebakaran hutan dan kekeringan.
Struktur daratan Indonesiapun rawan bencana. Terdapat 128 gunung berapi yang masih aktif. Setiap tahun, beberapa provinsi di Indonesia menderita banjir bandang dan banjir lumpur parah. Sementara itu beberapa daerah lainnya rawan kekeringan yang dapat berakibat gagal panen dan kebakaran lahan yang tak dapat dikendalikan.
Dengan lebih dari 5000 sungai, dan 30% nya melalui daerah padat penduduk, maka Indonesiapun menjadi negara yang sering dilanda banjir. Banjir timbul jika air menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir merupakan bencana alam yang sebagian besar disebabkan oleh perbuatan manusia yang tidak bertanggungjawab.
Secara umum, penyebab terjadinya banjir antara lain: 1.Penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi. 2.Pendangkalan sungai akibat membuang sampah ke aliran sungai atau gorong-gorong. Hal ini dapat menyumbat saluran air ketika hujan deras. 3.Pembuatan saluran air yang tidak memenuhi syarat. 4.Pembuatan tanggul yang kurang baik sehingga tidak kuat menahan derasnya air. 4.Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan.
Beberapa peristiwa banjir di Indonesia:
- Makassar, Januari 2019.
Akhir Januari 2019 yang lalu banjir menerjang kota Makassar Sulawesi Selatan yang menyebabkan 69 orang meninggal dunia, 7 orang hilang, 48 orang luka-luka, dan 9.429 orang mengungsi.
Selain itu, banjir juga mengakibatkan sebuah jembatan dan sejumlah rumah warga hanyut terseret arus deras aliran sungai Jeneberang. 559 unit rumah rusak, 22.156 unit rumah terrendam, 13.808 hektare sawah terendam banjir, 34 jembatan rusak, dua pasar rusak, 12 unit fasilitas peribadatan rusak, dan 65 unit sekolah rusak.
Menurut Kepala Biro Hubungan Masyarakat Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Devo Khaddafi, banjir dan longsor tahun ini menjadi bencana terbesar yang dialami Sulawesi Selatan selama satu dekade terakhir.
Dalam kejadian ini, menurut pernyataan Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah yang menjadi penyebabnya adalah banyaknya tambang galian C di bantaran Sungai Jeneberang dan hutan yang mulai menipis di Bawakaraeng.
Sementara itu, anggota DPRD Sulawesi Selatan Selle KS Dalle menilai tidak adanya perawatan terhadap sungai Jeneberang, tidak ada pengerukan dan perbaikan.
Berdasarkan pernyataan Gubernur Nurdin Abdullah dan penilaian anggota DPRD Selle KS Dalle, sumber bencana banjir dan longsor tersebut bukan dari kejadian alam murni, tetapi akibat perbuatan manusia yang tidak bertanggungjawab.
- Sintang, November 2021
Banjir yang terjadi di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar) pada pertengahan November 2021 merupakan yang terbesar selama 40 tahun terakhir. Indikatornya yaitu cakupan wilayah yang terdampak dan lama bencana hidrometeorologi berlangsung.
Banjir di Sintang merendam 12 kecamatan, yaitu Kecamatan Kayan Hulu, Kayan Hilir, Binjai Hulu, Sintang, Sepauk, Tempunak, Ketungau Hilir, Dedai, Serawai, Ambalau, Sei Tebelian, dan Kelam Permai. Selain itu, secara durasi, banjir di Sintang berlangsung selama hampir satu bulan terhitung sejak 21 Oktober 2021.
- Manado, Januari 2014
Banjir yang melanda Manado, Sulawesi Utara pada Januari 2014 mengakibatkan 18 orang tewas, ribuan rumah rusak serta ribuan orang mengungsi. Banjir terjadi karena hujan deras yang mengguyur Manado selama 2 hari. Luapan Sungai Sario, Tondano, dan Sawangan turut mempengaruhi genangan air di sejumlah wilayah. Aktivitas warga sempat mengalami kelumpuhan akibat kejadian ini. Kerugian akibat banjir mencapai triliunan rupiah.
- Tangse, Maret 2011
Akibat hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, Aceh menyebabkan banjir. 24 orang dinyatakan meninggal dunia, banyak korban luka-luka dan rumah warga mengalami kerusakan. Banjir juga merusak sejumlah jembatan penghubung beberapa desa. Akibat peristiwa ini, kerugian mencapai miliaran rupiah.
Aliran air sungai yang kencang dan meluap, menghanyutkan puluhan korban lantaran sungai membawa ratusan log kayu hasil penebangan liar di kawasan Tangse. Penebangan liar membuat hutan gundul, sehingga daya serap air hujan tak lagi maksimal.
- Wasior, Oktober 2010
Banjir juga melanda wilayah Indonesia bagian timur, tepatnya melanda Wasior, Kabupaten Teluk Wondama, Papua Barat. Banjir disebabkan meluapnya air Sungai Batang Sala yang berhulu di Pegunungan Wondiwoy. Sungai Batang Sala tidak mampu menahan debit air karena intensitas curah hujan yang tinggi melanda Wasior selama dua hari. Akibat banjir tersebut, 150 orang meninggal, 145 orang hilang, ribuan rumah warga dan fasilitas umum rusak.
Banyak penelitian yang dilakukan oleh para pakar, Pada umumnya penelitian tersebut hanya dilakukan terhadap fisik alamnya. Jarang penelitian yang dilakukan terhadap masyarakat di wilayah rawan bencana.
Mengingat pentingnya pengetahuan mengenai bencana alam, masyarakat perlu diberi penerangan dengan berbagai informasi mengenai bahaya dan cara menghadapi bencana. Untuk itu, sudah sepatutnya Pendidikan sadar bencana dan pengurangan resiko bencana dilaksanakan bagi seluruh masyarakat Indonesia.