(Bens Leo Dok: mancode.id)

Benediktus Hadi Utomo yang lebih popular dikenal dengan nama Bens Leo, adalah seorang jurnalis yang terkenal dan diakui di bidang musik. Ia juga seorang pengamat musik Indonesia yang naik daun di kancah jurnalistik dunia musik Indonesia setelah mewawancarai anggota Koes Plus, Tonny Koeswoyo. Ia termasuk anggota awal tim sosialisasi Anugerah Musik Indonesia (AMI), sebuah penghargaan musik yang mengacu pada Grammy Award di USA. Ia yang juga dikenal sebagai pengamat entertainment Indonesia, dilahirkan di Pasuruan, Jawa Timur, 8 Agustus 1952.

Bens Leo yang menikah dengan dokter Pauline Endang memulai kariernya sebagai jurnalis musik melalui artikel hasil mewawancarai Tonny Kuswoyo yang dikirimnya ke media Berita Yudha Sport & Film. Tulisan pertamanya dimuat tahun 1971 saat usianya baru 19 tahun. Ia kemudian direkrut untuk menulis di rubrik Seni Budaya. Berlanjut, Tonny Kuswoyo memberikan referensi kepada Bens Leo untuk mewawancarai Panbers. Hasil wawancara dengan Panbers dikirimkannya ke media Aktuil.

Aktuil adalah sebuah majalah pop untuk remaja yang terbit di Bandung sejak tahun 1967. Isi majalah mayoritas adalah tentang musik dengan materi antara lain fashion, sastra dan seni. Dari media Aktuil itulah ia mendapat nama alias Bens Leo yang akhirnya populer. Selanjutnya, tulisan-tulisan Bens Leo deras mewarnai edisi per edisi Aktuil, baik wawancara, liputan, maupun informasi seputar musik dan film di rubrik Indo Pop. Majalah Aktuil ini sekarang sudah sulit diperoleh di pasaran. Kalaupun ada transaksi, terbatas pada kalangan kolektor dan komunitas pencinta musik.

Karier Bens Leo yang juga dikenal sebagai seorang pencari bakat dan produser musik terus menanjak. Bens Leo yang berdomisili di Kompleks Cirendeu Permai, Ciputat, Tangerang Selatan berhasil mewawancarai banyak kelompok musik seperti Rasela, Gipsy, Barong’s Band, God Bless, The Rollies, The Kids, Gembell’s, Giant Step, Kembar Group, bahkan liputan tentang Festival Lagu Pop Indonesia.

Ia juga berhasil mewawancarai artis, tokoh musik dan meliput berbagai festival, dan konser. Beberapa artis yang pernah diwawancarai oleh Bens Leo antara lain Benyamin Sueb, Chrisye, Chicha Koeswoyo, Rano Karno, dan Indra Lesmana. Ia sangat lantang menentang pembajakan di dunia musik. Baginya, masalah pembajakan tidak hanya tentang perusahaan rekaman atau pemerintah, tetapi juga sesama musisi.

Pada tahun 1974, ia mulai ditunjuk sebagai anggota Dewan Juri Festival Lagu Pop Indonesia yang bermuara di World Popular Song Festival di Tokyo, Jepang. Kemudian pada tahun 1976, Bens Leo mendapat kesempatan liputan pertama ke luar negeri. Ia diundang atas nama pribadi dan media Aktuil sebagai satu-satunya wartawan musik Indonesia yang meliput World Popular Song Festival Tokyo, Jepang 1976. Ia mendampingi Guruh Soekarnoputra sebagai pencipta lagu, Grace Simon sebagai penyanyi dan Idris Sardi sebagai arranger orkestra.

Bens Leo yang dikaruniai seorang anak bernama Addo Gustaf Putra pernah menjabat sebagi pemimpin redaksi majalah remaja Anita Cemerlang yang berisi ceritera pendek dan gaya hidup. Bens Leo, juga merupakan seorang pencari bakat dan produser musik, salah satunya ia berhasil memproduseri album perdana Kahitna, yaitu Cerita Cinta pada tahun 1993 yang fenomenal. Bens Leo juga berperan sebagai Penasehat SCTV Award, sebuah program acara anugerah musik di Indonesia dan terlibat dalam sejumlah event musik di Indonesia.

Pada tahun 2000, Bens Leo yang sudah lama berkecimpung di dunia jurnalistik baik nasional maupun mancanegara diajak oleh Maxi Gunawan, seorang pencinta musik, musisi, penggemar majalah pop dan juga pengusaha. Ia diajak untuk membangun kerajaan bisnis media cetak musik, yang kemudian diberi nama NewsMusik. Namun, ia mengundurkan diri pada tahun 2003 dan majalah NewsMusik itu sendiri akhirnya bubar di usianya yang ke-3.

Senin pagi tanggal 29 November 2021 sekitar pukul 08.24 WIB pada usia 69 tahun, pengamat musik Sang Jurnalis Senior Indonesia itu telah dipanggil Tuhan setelah sempat dirawat di RS Fatmawati, Jakarta Selatan. Sang Jurnalis Senior, sebelum meninggal sempat mengeluh sesak napas hingga sulit tidur. Namun karena kondisi kesehatannya yang memburuk beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir akibat terpapar Covid-19. Industri musik tanah air berkabung karena kehilangan sosok Benediktus Hadi Utomo alias Bens Leo.

Bens Leo benar-benar fenomenal, kalau kita bicara musik, kita ingat Bens Leo. Kalau kita bicara Bens Leo, kita ingat musik. Bens Leo, belum ada duanya. Menurut penulis, sampai saat ini belum ada jurnalis musik lain yang selevel dengan Bens Leo. Penulis sendiri sebenarnya sudah mulai tertarik berkarya di dunia penulisan musik.

Tulisan ini adalah artikel ketiga yang berkaitan dengan dunia musik. Sebelum ini penulis sempat menulis dua artikel lain. Artikel pertama dengan judul “Indonesia Kehilangan Seorang Musisi Besar” dan artikel kedua dengan judul “Indonesia Kehilangan Sang Maestro Campursari”. Semoga setelah ini, penulis bisa melanjutkan menulis tentang dunia musik.

Tinggalkan Balasan