Abraham Raubun, B.Sc, S.Ikom
“Kita memiliki peran yang penting untuk memastikan bahwa generasi berikutnya sehat berpendidikan dan produktif” begitu pernyataan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menginisiasi adanya transformasi di bidang kesehatan.
Ada 6 jenis transformasi yang akan dilakukan, yakni transformasi Layanan Primer, Layanan Rujukan, Sistem Ketahanan Kesehatan, Sistem Pembiayaan Kesehatan, SDM Kesehatan, dan Teknologi Kesehatan.
Menarik untuk menelisik layanan primer. Transformasi layanan primer ini di dalamnya mencakup edukasi Kesehatan, pencegahan primer, pencegahan sekunder, serta peningkatan kapasitas dan kapabilitas layanan primer.
Layanan primer ini merupakan kontak pertama sasaran dengan tenaga Kesehatan. Dalam transformasi Kesehatan di tingkat masyarakat Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) nampaknya digadang-gadang jadi ujung tombak mencapai sasaran layanan, berkolaborasi dengan Pustu (Puskesmas pembantu) atau Puskesmas dalam lingkup kecamatan.
Di tilik dari layanannya di Posyandu selama ini ada lima kegiatan (meja 1-5). Mulai dari pendaftaran sasaran yang datang, penimbangan berat badan dan pengukuran panjang/tinggi badan, pencatatan berat badan, penyuluhan serta pelayanan Kesehatan.
Namun secara awam ketika berbicara Posyandu tentu akan terbayang kegiatan di lima meja itu dalam satu hari karena Posyandu buka sekali sebulan. Nampaknya di sini Posyandu hanya di lihat sebagai tempat Pelayanan kegiatan yang dilakukan oleh unsur masyarakat dan provider utamanya Kesehatan dan keluarga berencana. Bukan sebagai sistem dalam Pelayanan primer. Ada inputnya, ada proses dan outputnya.
Lalu bagaimana sasaran bisa datang ke tempat Pelayanan untuk dilayani? tentu harus ada yang menggerakkan. Di awal-awal konsep Posyandu diluncurkan dikenal kegiatan hari H, H+ dan H-. Ini merupakan suatu siklus selama 30 hari. Kegiatan H+ dan H- dilakukan selama 29 hari. Lalu ada satu hari sebagai “check point” yaitu hari H, dikenal sebagai hari buka Posyandu untuk melihat status gizi Balita melalui penimbangan berat badan Balita. Inilah kolaborasi peran unsur masyarakat dan provider. Mengapa dilakukan penimbangan berat badan di hari buka pisyandu? Ini untuk melihat pertumbuhan Balita. Prinsipnya anak sehat bertambah umur bertambah berat badan.
Selain itu dilakukan pemeriksaan status Kesehatan ibu hamil yang minimal 4 kali dilakukan selama kehamilan. Satu kali di trimester pertama, satu kali di trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga atau terakhir.
Juga dilakukan pelayanan kesehatan lain seperti imunisasi dan sebagainya.
Di hari H, 4 kegiatan yaitu mulai dari meja 1 pendaftaran sasaran yang datang sampai dengan meja 4 penyuluhan, dilakukan oleh unsur masyarakat yaitu kader. Kegiatan di meja 5 khusus dilayani oleh tenaga Kesehatan, biasanya bidan di Desa atau dari Puskesmas.
Kegiatan H+ meliputi pasca yandu yaitu pembahasan hasil penimbangan. Kemudian disepakati langkah tindak lanjut yang harus dilakukan. Apakah ada Balita yang harus dirujuk ke Puskesmas atau rumah sakit karena 3 kali berturut-turut berat badannya tidak naik. Atau harus dilakukan kunjungan rumah. Siapa yang perlu dilibatkan dalam kunjungan rumah pemerintah desa atau unsur kewilayahan dusun (dusun/RT/RW), tokoh masyarakat, tokoh agama. Hal ini penting dilakukan selain meningkatkan partisipasi juga untuk meyakinkan keluarga yang dikunjungi.
Dari kegiatan H+ ini diidentifikasi permasalahan yang dihadapi keluarga. Kemudian disepakati kegiatan apa yang harus dilakukan dan sektor mana yang kompeten untuk melakukan intervensinya. Semua dikoordinasikan oleh Pemerintah Desa di bantu oleh unsur kewilayahan dan Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD)/Lembaga Adat Desa (LAD).
Kegiatan-kegiatan di hari H- yang dilakukan ini akan di “check” di hari H yaitu hari buka Posyandu berikutnya.
Demikian siklus kegiatan ini dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.
Penggerakkan sasaran untuk datang ke hari buka Posyandu berikutnya menjadi penting. Ini menjadi tanggungjawab kader di wilayahnya masing-masing.
Jumlah seluruh sasaran di wilayah Pelayanan Posyandu diukur menggunakan indikator K/S yaitu K, sasaran yang memiliki Kartu Menuju Sehat (KMS). S itu jumlah sasaran balita yang ada di wilayah Pelayanan Posyandu. Ini tandanya kontak pertama dengan sasaran sudah dilakukan. Semakin tinggi sasaran yang memiliki KMS, artinya semakin tinggi kontak pertama dengan sasaran yang dilakukan.
Kemudian tingkat partisipasi sasaran dilihat dari D/S yaitu dari seluruh sasaran berapa banyak yang datang ke Posyandu dan ditimbang. Semakin besar persentase D/S semakin tinggi tingkat capaian partisipasi masyarakat yang mempunyai anak Balita. Selanjutnya akan dilihat berapa banyak Balita yang naik timbangan berat badannya dengan cukup (N/S). Semakin tinggi persentasenya asumsinya semakin efektif kegiatan H+ dan H- yang dilakukan selama 29 hari.
Ini yang diharapkan Pelayanan primer secara holistik, integratif dan konvergen. Dalam layanan primer ini edukasi Kesehatan, pencegahan primer, pencegahan sekunder, kegiatan ini semuanya bersifat preventif dan promotif yang memerlukan mobilisasi semua sumber daya yang ada, terutama lembaga yang ada di Desa dan SDMnya. Ini kaitannya dengan peningkatan kapasitas dan kapabilitas layanan primer. terkait Hal ini LKD yang ada menjadi penting untuk ditingkatkan perannya secara penuh, tidak hanya Posyandu tetapi juga kelompok PKK dan Tim Penggerak PKK (TP.PKK)NYS, Karang Taruna dan yang lain termasuk juga Lembaga Adat (LAD).
Namun terlepas dari itu semua, tentu potret riel kegiatan Posyandu saat ini perlu di dapat. Lalu kemana arahnya, bagaimana mekanisme pelaksanaannya, tentu harus sesuai dengan harapan transformasi Kesehatan yang dicanangkan. Apakah konsep awal Posyandu masih dapat diterapkan?
Quo vadis Posyandu.