DIARY FEBRUARI 2021, HARI KE 25
RAIH CAKRAWALA PRESTASI TAKLUKKAN EGO
Ditulis: Rince Wiki Utami
NPA: 10080200549
Jujur, sebagai guru untuk menjadi seorang berprestasi yang diakui oleh akademisi, para juri yang merupakan pakar di bidang pendidikan secara berjenjang dari tingkat kecamatan, kota/kabupaten hingga puncaknya di tingkat nasional adalah sebuah fatamorgana.
Hanyalah mimpi semata, tidak mungkin terwujud! bahkan tidak pernah bermimpi untuk meraih dan menjadi “guru prestasi” kenapa demikian? Sebab cita-cita awal sebagai seorang guru bukanlah untuk berprestasi yang dikenal, memburu prestasi atau meraih prestasi gemilang yang syiarnya kemana-mana. Tidak ada mimpi itu!
Menjadi guru sejati yang mengabdikan ilmu, pikiran, dan tenaga untuk kemajuan peserta didik dengan kesungguhan, inovasi, dan kecintaan mendidik. Seperti apapun peserta didik yang sampai kepada kita, menjadi tantangan.
Berupaya menjadikan peserta didik tersebut berubah menjadi baik, menjadi pintar, berkarakter dan menjadi hamba yang kelak dapat mengisi kehidupan dengan penuh manfaat terhadap sesama. Semata karena Allah agar semua yang dikerjakan mendapatkan keridhaanNya, inilah cita-cita mulia yang sederhana.
Sepanjang amanah 9 tahun terakhir menjadi kepala sekolah dasar swasta di wilayah Jatiasih Kota Bekasi, dimulai dari nol pembangunan hingga mendapatkan akreditasi “A” di tahun 2018. Tiga kali meluluskan dengan lulusan yang diterima pada sekolah-sekolah favorit, hingga sampai pada titik ini merupakan usaha yang tidak mudah.
Banyak hal sudah dilakukan, hanya saja keberhasilan sekolah dan siswa belum didokumentasikan dengan baik. Padahal kita sama-sama tahu bahwa sekolah berprestasi adalah sekolah yang mampu membawa setiap siswa mencapai kemampuannya secara terukur dan mampu ditunjukkan prestasinya tersebut. Menurut Winkel (2002:45) prestasi adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai.
Melalui bimbingan dan arahan seorang pengawas sekolah, beliau sebelumnya merupakan guru dan kepala sekolah berprestasi tingkat nasional. Berhasil merubah pandangan penulis akan hakikat seorang guru secara global, secara menyeluruh yaitu bagaimana capaian selama ini dapat menjadi inspirasi dan dipelajari banyak orang sehingga kebermanfaatannya lebih banyak lagi yang dapat merasakan.
CAKRAWALA PRESTASI
Perubahan “mind set” dalam pikiran kita membawa dampak yang signifikan untuk kemajuan diri maupun sekolah, baik pribadi seorang guru maupun sebagai anggota masyarakat. Dimana jatidiri seorang yang dapat digugu dan ditiru sangat diperlukan sebagai agen perubah.
Sebelum merubah orang lain harus merubah diri menjadi sosok panutan, maka tunjukkanlah dengan prestasi, sebuah motivasi yang selalu penulis ingat sampai sekarang.
Jadilah diri kita sebagai sosok yang bermanfaat bukan “unfaedah”, yaitu keberadaannya tidak berfaedah apa-apa. Tentu bukan ini yang diinginkan karena kita ingin hidup yang singkat ini mendapatkan ridha ilahi. Maka penulis berpikir menjadi guru berprestasi itu adalah bagian dari khasanah ilmu yang diakui oleh pakar di bidangnya.
Program dari kementrian berskala nasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terkait dengan lomba siswa, guru, kepala sekolah, pengawas sekolah, tenaga perpustakaan, semua tergabung dalam lomba GTK (Guru dan tenaga kependidikan).
Untuk peserta didik kita mengenal aneka lomba seperti Ki Hajar, Olimpiade Sains Nasional (OSN), O2SN, FLS2N, lomba lingkup keagamaan, foto grafi, jurnalis, membuat video dengan berbagai tema, cabang seni, olah raga dari sanggar ataupun club olah raga serta berbagai lomba yang diselenggarakan secara mandiri maupun lembaga.
Ada juga penghargaan sekolah sehat dengan UKS nya, adiwiyata, patroli sekolah, sekolah ramah anak, pengelolaan perpustakaan dan masih banyak lainnya dari instansi atau dinas terkait untuk sekolah.
Semua ini merupakan cakrawala ilmu untuk mendapatkan prestasi sesuai bidang yang diikuti. Untuk memperoleh prestasi tentu banyak persiapan yang harus dilakukan, apa saja yang harus dilakukan, yaitu antara lain:
Pertama, program yang jelas. Setiap tahun dalam rapat kerja tahunan penulis sebagai kepala sekolah membuat program bersama dewan guru. Memetakan kemampuan peserta didik dan kemungkinan capaian yang akan diperoleh nantinya.
Kedua, kolaborasi antar warga sekolah. Terutama guru kelas, orang tua, dan guru pembina masing-masing ekskul, sangat menentukan keberhasilan prestasi peserta didik. Sebaik apapun program yang dicanangkan bila tidak mendapat support orang tua murid dan di kawal dengan baik oleh sekolah dan guru, maka prestasi lomba yang diharapkan tidak dapat terwujud.
Ketiga, berikan apresiasi. Setiap tahun sekolah memberikan apresiasi kepada peserta didik dalam bidang apapun. Di kelas guru terbiasa memberikan apresiasi tiap pekannya dari nilai karakter maupun akademik. Baik yang berupa pujian, simbol hingga materi sederhana semacam pin. Prinsipnya semua peserta didik itu berprestasi, kemudian guru mengasahnya sampai mampu berkolaborasi dengan peserta didik lainnya hingga menjadi prestasi gemilang.
Keempat, pelajari juknis lomba. Setelah persiapan sekolah, siswa, guru maupun warga sekolah lainnya. Semua itu untuk mendukung hasil konkrit dari best practice yang dibuat kepala sekolah. Hal terpenting adalah mempelajari juknis lomba, setiap juknis lomba memiliki gaya selingkung yang berbeda. Fahami, ikuti, dan penuhi sesuai arahan juknis yang ada.
Kelima, buat tim kecil 2-3 orang. Sebagai pendukung khusus untuk mempersiapkan segala sesuatunya sesuai juknis yang tertera. Pengumpulan bukti dan portofolio yang biasa banyak menyita waktu kecuali sudah dipersiapkan jauh hari sebelumnya.
Keenam, banyak bertanya. Dalam upaya cari ilmu yang mendukung lomba. Bertanya pada orang-orang yang sudah pernah mengikuti lomba yang sama sebelumnya. Bila perlu mengikuti bimbingan tekhnis yang diadakan oleh lembaga atau perseorangan yang memang sudah berpengalaman.
Ketujuh, minta arahan dan do’a restu. Penting untuk mendapat keridhaan, keberkahan juga dukungan dari orang tua kandung, pengawas, yayasan, rekan sejawat, guru-guru, juga orang tua murid dan lainnya.
TAKLUKKAN EGO
Untuk mencapai prestasi dalam suatu bidang perlu dipersiapkan segala hal, baik pendalaman akademik, skil maupun mentalnya. Mempersiapkan diri mengikuti lomba kepala sekolah berprestasi dan berdedikasi tidak hanya ditentukan oleh faktor individu saja tapi terintegrasi antara prestasi siswa, guru, maupun sekolahnya.
Karena itu kemampuan managerial and leadership seorang kepala sekolah sangat diperlukan untuk mengelola, mengarahkan, membina serta memberikan contoh nyata dalam keseharian di sekolah.
Administrasi sekolah dan portofolio kepribadian kepala sekolah, guru, siswa serta sekolah harus menjadi perhatian sebagai berkas awal penilaian. Selain kemampuan managerial dan leadership juga pengetahuan pedagogik yang berhubungan dengan kependidikan dan permasalahannya.
Kepandaian mengatasi masalah yang ditemukan saat supervisi, kemampuan sosial, kewirausahaan serta ketrampilan abad 21 yang harus dimiliki seorang kepala sekolah. Biasanya muncul dalam butir-butir soal yang ditanyakan baik saat wawancara, berinteraksi dengan sesama peserta maupun juri juga dalam soal tes kemampuan akademik.
Selama berinteraksi di dalam sebuah lomba, mental sebagai peserta menjadi faktor pendukung atau bisa jadi faktor utama. Apakah mental kita sudah jatuh sebelum bertanding atau tetap kuat, fight hingga akhir dengan fokus pada tujuan.
Hal ini tentu memerlukan stamina yang stabil. Ego yang tinggi saat bertanding akan membawa citra buruk pada diri juga dapat membuat mental jatuh sebelum bertanding ataupun akan mengurangi penilaian itu sendiri.
Menjadi seorang pemenang memang harus memiliki jiwa yang tenang, optimis dan meyakinkan selain pengalaman berlomba yang tidak sedikit serta menguasai medan perlombaan dengan memahami pedoman dan arahan dari para juri.
Setiap lomba memiliki gaya selingkung yang berbeda dan ini yang harus difahami serta menjadi perhatian. Karena itu menaklukkan Ego adalah hal yang mendasar untuk mencapai puncak prestasi.
Ego menurut KBBI adalah aku; pribadi atau konsepsi individu tentang dirinya, sedang menurut Sighmund Freud, ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas.
Ego tinggi bermakna keras hati yang cenderung negative. Menaklukkan ego berarti mempersiapkan mental diri untuk menjadi yang terbaik dengan memahami beberapa hal berikut:
Pertama, menaklukkan ego berarti menyadari lomba adalah sarana belajar dan mencari ilmu karena Allah. Luruskan niat adalah awal yang baik. Sehingga menang ataupun kalah menjadi kondisi yang tetap harus disyukuri.
Kedua, menaklukkan ego berarti mendapat pengalaman terbaik. Sebagai ajang mendapatkan hal baru, teman baru, jejaring baru yang lebih luas. Mengikuti lomba tidak sama dengan diklat atau workshop karenanya pengalaman yang di dapat tentu berbeda.
Ketiga, menaklukkan ego berarti meningkatkan kolaborasi seluruh warga sekolah dan pihak terkait seperti dinas pendidikan. Untuk mengikuti lomba kepala sekolah berprestasi dan berdedikasi, harus menghimpun seluruh prestasi siswa, guru maupun sekolah dan tentu persiapan portofolio harus jauh-jauh hari bahkan dari awal tahun ajaran.
Keempat, menaklukkan ego berarti ikhlas mengikuti arahan coach, tempaan pelatih atau pembina yang serius membimbing meskipun keras, berat, sulit, terkadang mengesalkan bahkan dapat meneteskan air mata, semua adalah perjuangan, keseriusan, semata untuk kebaikan agar menjadi pribadi tangguh dari individu yang dibimbingnya.
Kelima, menaklukkan ego berarti munculkan pribadi yang smart, menyenangkan, supel, empati, penuh semangat, murah senyum, rendah hati, sportif dan berjiwa satria.
Keenam, menaklukkan ego berarti fokus pada tujuan namun tetap empati terhadap sesama. Fokus pada tujuan dengan tetap bersungguh-sungguh dalam setiap tahapan lomba, tidak meremehkan ataupun menganggap enteng namun tetap peduli terhadap lingkungan sekitar. Tidak jarang suatu lomba membutuhkan waktu yang lama dalam prosesnya.
Prestasi Kepala Sekolah yang pernah di dapat melalui lomba antara lain:
- Juara 1 lomba kepala sekolah berprestasi dan berdedikasi 2019 tingkat kecamatan Jatiasih dan Kota Bekasi.
- Peringkat 7 lomba kepala sekolah berprestasi dan berdedikasi 2019 tingkat propinsi Jawa barat.
- Finalis tingkat Nasional Kepala Sekolah Inovatif dalam rangka hari guru 2020 Kementrian Pendidikan dan kebudayaan.
- Juara 3 Lomba Blog tingkat Nasional 2021 dari AISEI.
Demikian tulisan ini dibuat sebagai wacana saling berbagi kisah perjalanan mengikuti lomba. Semoga pengalaman ini dapat bermanfaat dan menjadi penyemangat untuk diri menjadi lebih baik di masa mendatang, aamiin.
“Ilmu manusia hanyalah seujung kuku bila dicelupkan ke dalam samudra luas, tidak patut manusia kufur nikmat apalagi sombong. Merunduklah semakin berisi manusia dan seluruh alam akan mendo’akan hamba Allah yang tawadhu.”
Bekasi, 25 Februari 2021
Salam Literasi, semangat menulis dan menginspirasi
Referensi:
Winkel (2002:45)