Pandemi Covid-19 yang belum juga mereda, tidak boleh menghentikan geliat Literasi di Indonesia. Bila ditanya, ” apakah pandemi Covid-19 berdampak terhadap geliat Literasi di tanah air?”. Jawabannya, tentu berdampak. Hal ini bisa dilihat dari menurunnya daya beli masyarakat terhadap buku cetak karena masyarakat lebih memperketat pengeluaran keuangan akibat pandemi yang telah berlangsung cukup lama.
Dengan menurunnya daya beli masyarakat terhadap buku cetak, sedikitnya mempengaruhi tingkat produktifitas sebagian penulis dan juga penerbit. Mereka terpaksa mengurangi jumlah cetak dari tiap judul buku agar tidak mengalami kerugian yang cukup besar. Selain itu mereka juga menyiasatinya dengan menjual jenis buku digital dengan harga yang lebih murah dari jenis buku cetak untuk judul yang sama.
Untuk menghindari menurunnya semangat dari para penulis dalam menulis buku akibat pengaruh pandemi ini, paling tidak dibutuhkan sebuah motivasi besar dari penulis tersebut. Ia harus bertanya kepada dirinya sendiri, apa alasan yang paling mendasar yang menyebabkan ia menulis?. Apakah alasan menulis hanya ingin mendapatkan keuntungan finansial semata?, atau ada yang lain?.
Bagi saya pribadi, menulis adalah bukti eksistensi bahwa kita pernah hidup di dunia. Dari tulisan-tulisan yang pernah kita tulis, diharapkan akan menjadi motivasi dan pencerahan bagi diri sendiri dan orang lain, yang pada akhirnya akan menjadi ladang amal jariyah bagi kita ketika telah tiada nanti. Seorang penulis adalah orang yang istimewa, karena ketika ia telah tiada, namanya tidak hanya terpatri di batu nisan saja, tetapi juga di banyak cover buku yang ditulisnya.
Dengan latar belakang inilah, saya memotivasi diri untuk terus menulis di tengah pandemi ini. Walaupun buku hasil kumpulan tulisan tersebut barangkali mengalami hambatan dalam penjualannya, tetapi ini bukanlah hambatan untuk saya terus menulis. Banyak manfaat yang dapat kita ambil jika kita rajin menulis, dan tentunya dengan diimbangi dengan banyak membaca.
Selain membaca berbagai tulisan, artikel, jurnal, maupun buku, saat ini saya mencoba menjadi seorang editor buku. Sebuah penerbit yang telah memberi kesempatan saya untuk belajar menjadi seorang editor buku adalah penerbit Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD). Perlu diketahui bahwa Visi dari Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) adalah ” Menjadi Yayasan Penerbitan Buku Gratis Wakaf Yang Mempunyai Nama di Seluruh Dunia”. Dari visi inilah melahirkan beberapa misi, di antaranya: Membantu para penulis untuk Menerbitkan Buku ber-ISBN tanpa Biaya, Menyelenggarakan Bedah Buku Virtual setiap selasa pukul 19.30 s.d 21.30 WIB dua pekan sekali, dan Mencetak buku Kompilasi Penulis YPTD setiap bulan.
Dari ketiga misi tersebut, saya berusaha aktif mengikuti ketiganya. Untuk menerbitkan buku, alhamdulilah saya sudah menerbitkan tiga buah buku solo di YPTD, Yaitu buku berjudul: ” Mencerdaskan Putra Bangsa di Tengah Pandemi, Mengejar Bayang-Bayang Sejati, dan Membumikan Nilai-Nilai Dasar Islam”. Sementara untuk program bedah buku virtual, saya berusaha hadir setiap kegiatan tersebut diselenggarakan. Saya hadir tidak hanya sebagai peserta, tetapi pernah juga sebagai pembicara pada selasa 1 Desember 2020 yang lalu, yang kebetulan tidak jauh berselang momentumnya dengan peringatan Hari Guru Nasional ke-75 pada 25 November 2020.
Untuk misi YPTD yang ketiga, yaitu membukukan tulisan para penulis YPTD setiap bulannya, alhamdulillah bapak Kombespol (Purn) H. Thamrin Dahlan,SKM,M.Si selaku ketua YPTD memberikan kepercayaannya kepada saya untuk mengumpulkan artikel para penulis YPTD di Website https://terbitkanbukugratis.id/ dalam sebuah buku kompilasi. Setiap buku Kompilasi YPTD direncanakan terbit setiap sebulan sekali, dengan mengambil tulisan dari seluruh penulis yang menulis pada bulan yang bersangkutan. Pada 10 Februari 2021 yang lalu telah terbit buku Kompilasi YPTD Lima, yang merupakan kumpulan dari 68 artikel yang ditulis oleh 35 orang penulis YPTD. Penulis terdiri dari beragam profesi, di antaranya guru, dosen, wartawan, pengacara, petani, seniman, dan pegiat literasi lainnya.
Dengan lahirnya penerbit YPTD di tengah pandemi pada 29 Juli 2019 yang lalu, memberikan angin segar pada geliat literasi di tanah air. Semangat menulis tidak boleh luntur hanya arena pandemi belum juga mereda. Justru dengan rajin menulis, akan membantu kita dalam mengaktualisasikan diri, yang pada akhirnya akan memberi manfaat bagi diri sendiri dan orang banyak.**
Luar biasa
Terimakasih Om Jay…