Pengalaman Unik Sewaktu Jadi Guru

Terbaru, YPTD114 Dilihat

ilustrasi :http://murnipadang.blogspot.com/

Pada tahun 1972 saya lulus dari IKIP ( Institute Kejuruan Ilmu Pendidikan) di Padang Jurusan Eksakta  yang dikenal pada waktu itu dengan istilah Ilmu Pasti . Lokasi kampus di Air Tawar kota Padang yang lumayan jauh dari rumah kami .Pada waktu itu putra kami baru 1 orang dan berusia 6 tahun.

Mulai mengajar di sekolah

Mulailah saya mengajar di sekolah sekolah seperti Murni,Yos Sudarso dan Kalam Kudus  . Sebelumnya saya hanya memberi private  les saja. Pertama tama saya mengajar di SMP  Murni dalam  mengajarkan  jurusan Ilmu pasti yaitu Ilmu Ukur. Saya mengajar dari kelas 1 sampai kelas 3 SMP Murni.Yayasan Murni ini dipimpin seorang Pengusaha   yang terkenal di Padang.

Pak Sam (bukan nama sebenarnya) mempunya beberapa putra dan putri .Salah satu putra beliau bernama Yanto(bukan nama sebenarnya) merupakan salah seorang siswa  dikelas 2  SMP Murni.

Pengalaman Tak Terlupakan

Saya setiap pagi berkendaraan sepeda datang mengajar di Murni. Setelah mengajar beberapa bulan saya memberi nilai di raport siswa Dalam memberikan angka rapor ,  saya berdasarkan hasil ujian sesuai dengan angka yang diperoleh siswa. Kebetulan Yanto anak pak Sam mendapat nilai merah dari saya,  karena dia tidak pernah menjimak sewaktu saya menerangkan didepan kelas . Selalu saja main dalam pelajaran , sehingga hasilnya nilai rapornya merah

Yanto membawa rapor tersebut kehadapan saya sambil berkata :”Ibu  tidak takut memberi saya nilai sebegini?”

Saya menjawab “Memang itu nilai yang kamu dapat apalagi yang kamu ingini?”Yanto berkata ; ” Ibu tak tahu saya ini siapa , berani nya ibu memberi angka merah dirapor saya ?”

Saya ada mendengar bahwa Yanto anak ketua Yayasan di sekolah tempat saya mengajar   Semua  Guru guru pada segan dengan dia .Tapi prinsip saya ,kenapa harus demikian? Walaupun Yanto anak ketua Yayasan  ia harus mematuhi tata tertib sekolah Bahkan seharusnya memberi contoh pada siswa lain bagaimana menghargai guru bukan sebaliknya.

Saya langsung menjawab :”Yanto   kamu salah ,karena menurut saya kamu seharusnya yang memberi contoh pada siswa lain bagaimana menyimak  dan menghargai guru  ,serta memberikan perhatian kamu terhadap guru sehingga Yayasan Murni semakin maju” Wajah Yanto tampak berang dan mengumam  : “Awas nanti Senin kita lihat”

Hari Senin Tiba

Setiap hari Senin Ketua Yayasan datang dalam Upacara Bendera disekolah dan kemudian meeting dengan guru sebentar lalu pulang.

Senin berikutnya Pak Sam datang menghadiri Upacara Bendera  Selesai upacara pak Sam memanggil saya untuk bertemu dikantor Yayasan.Saya hadir dan menyapa pak Sam. Lalu pak Sam menanyakan kenapa saya dengan Yanto ,ada masalah apa.?  Saya langsung menjawab bahwa Yanto tidak mau menjimak sewaktu saya menerangkan dan hasilnya dia tidak bisa menyelesaikan soal ujian dengan baik. Pak Sam bertanya lagi apakah tidak bisa ditolerasi nilai Yanto Saya menjawab dengan tenang  bahwa dalam memberikan penilaian saya hanya berpedoman pada hasil ulangan siswa Sehingga  siswa mau mendengarkan waktu guru menerangkan dan berlajar rajin supaya mendapat nilai yang baik Saya tahu Yanto adalah putra bapak Tapi kalau saya memberikan  angka tinggi, di rapor hanya karena  Yanto putra bapak maka hal ini tidak bersifat mendidik Justru akan menjerumuskan Karena merasa dirinya anak Ketua Yayasan  bisa mendikte guru angka yang dia mau Karena yayasan akan maju bila siswa bisa menjaga kedisiplinan  dan menghargai guru mereka . Kalau Yanto tetap saya berikan nilai baik di rapor hanya karena ia anak Ketua Yayasan , maka yang berarti saya tidak mendidik. Tentu bapak tidak ingin nama sekolah tercemar karena hal ini”

Pak Sam Manggut manggut ,kemudian saya pun kembali ke kelas saya.  Rekan sesama guru bertanya apakah saya di marahi Ketua Yayasan ? Saya hanya menjawab  :” Kita lihat saja nanti ”

Tak berapa lama pak Sam datang dengan Yanto dikelas saya dan menyuruh Yanto minta maaf pada saya sebagai guru yang sudah digertak Yanto. Yanto berjanji akan memperhatikan pelajaran saya sebaik baiknya.

Semenjak itu Yanto selalu perhatian dalam pelajaran .Dia mendapatkan nilai terbaik dari seluruh kelas. Dan hingga dewasa bila ketemu selalu menyapa saya dengan santun

Kesimpulan :

Bagi saya pribadi , menjadi guru bukan hanya  mengajar tapi sekaligus mendidik Dalam mengajar dan mendidik tidak membedakan siswa anak siapa . Bahkan salah seorang siswa adalah keponakan saya sendiri  Tapi bila tidak menyimak saya tegur dengan keras Hal ini berlalu juga saat  menghadapi siswa anak Pejabat atau anak Ketua Yayasan.

Saya bersyukur pak Sam seorang berjiwa lapang mau mendengar pendapat saya. Saya dikenal sebagai guru yang galak di dalam kelas  semasa mengajar, tapi mantan siswa saya kelak setelah dewasa setiap bertemu selalu menyapa dengan santun.

Bahkan kelak saat saya berbelanja kain di salah satu toko di Padang , ketika saya mau membayar ternyata ditolak  Pemilik toko yang sudah berjenggot menyapa saya  :” Ibu lupa ya  Saya murid Ibu di SMP ”  Begitu juga saat kami makan di restoran di Padang , saat mau membayar Pemilik restoran datang  dan menyalami, ternyata mantan siswa saya . Sebuah kebahagiaan tersendiri bagi saya bukan karena dapat makan gratis tetapi hubungan guru dan murid tidak berakhir hanya sebatas di ruang kelas.

22 Agustus 2024.

Salam saya,

Roselina.

Tinggalkan Balasan