Fenomena maraknya travel gelap jelang mudik Lebaran kembali menjadi sorotan. Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menilai, maraknya travel gelap ini mencerminkan kegagalan pemerintah dalam menyediakan layanan angkutan umum yang merata hingga pelosok daerah. (Liputan6.com23/3/2025).
Menjelang musim mudik, kebutuhan transportasi publik dipastikan meningkat. Dilaporkan bahwa pergerakan penumpang angkutan umum pada H-9, Sabtu, 22 Maret 2025, Lebaran 2025 mulai mengalami peningkatan. Terjadi pada semua moda transportasi, baik darat, laut, udara, maupun kereta api. Hal ini disampaikan Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik (BKIP) Kemenhub Budi Rahardjo, mengutip data yang dihimpun dari Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu Tahun 2025 Kementerian Perhubungan, pada Minggu (dephub.co.id, 24/03/25).
Kebutuhan warga akan tansportasi jarak jauh selalu meningkat di momen lebaran. Sayangnya, persoalan-persoalan seputar transportasi selalu terjadi berulang. Mulai dari riuhnya berebut tiket transportasi, kemacetan, hingga insiden kecelakaan.
Aneka masalah yang muncul berkaitan dengan sarana transportasi tidak bisa dilepaskan dari buruknya tata kelola transportasi yang ada. Tata kelola yang berbasis Kapitalisme-sekuler, dimana transportasi selalu menjadi jasa komersil yang pengelolaannya diserahkan kepada pihak swasta. Rakyat bisa apa, saat peran negara hanya sebagai regulator yang lebih banyak berpihak kepada pengusaha, bukan rakyat.
Di sisi lain, masih merupakan masalah yaitu terbatasnya infrastruktur dan fasilitas umum membuat terbatasnya akses ekonomi. Sementara kebutuhan pokok terus mendesak. Sebagian rakyat lalu menggantungkan hidupnya di perkotaan.
Perpindahan penduduk dari desa ke kota menjadi iming-iming yang menjanjikan harapan, Perpindahan ke kota dirasa semakin mendesak, manakala pemerintah berlepas tangan untuk menjaminnya.
Kota menjadi magnet tersendiri yang menjanjikan kesejahteraan, kala kehidupan di daerah kondisinya kering dan susah. Akibatnya banyak yang mencari kerja di kota, dengan tradisi mudik tahunan kala lebaran tak terelakkan. Meski jaminan mereka untuk aman dalam kehidupan di kota seringkali menjadi tanda tanya besar.
Islam Menjamin Transportasi
Islam memandang bahwa transportasi merupakan kebutuhan pokok rakyat. Karenanya, negara wajib menjamin transportasi sebagai fasilitas publik. Pengelolaan transportasi tidak boleh dikomersialkan. Untuk itu ketersediaan infrastruktur dan sarana penunjangnya, harus dalam pengelolaan negara. Haram menyerahkan pengelolaannya kepada swasta, seberapa rumit dan mahalnya. Bila melibatkan pihak swasta, hubungan yang boleh adalah Ajir-musta’jir. Artinya, pihak swasta digaji sebagai kompensasi jasanya semata.
Negara wajib membangun transportasi publik yang layak. Artinya, kondisi transportasi memenuhi standar aman, nyaman, murah, dan tepat waktu. Juga memiliki fasilitas penunjang yang memadai sesuai dengan perkembangan teknologi. Transportasi yang layak ini disediakan bagi semua warga negara pada semua kondisi, saat hari raya atau di luar waktu tersebut.
Transportasi merupakan kebutuhan publik. Layanan di bidang ini merupakan kebutuhan urgen bagi rakyat. Karenanya anggaran untuk mewujudkan semua ini termasuk anggaran yang bersifat mutlak.
Negara Islam dengan APBN berbasis baitulmal memiliki sumber pemasukan yang banyak dan beragam.
Sumber pendapatan itu berasal dari hasil pengelolaan sumberdaya alam, kharaj (pajak hasil bumi) dan ghonimah (harta rampasan perang. Dari semua sumber yang melimpah ini
sangat cukup untuk mendanai semua sektor kebutuhan pokok rakyat. Termasuk membangun infrastruktur transportasi aman dan nyaman, sehingga rakyat mendapatkan layanan dengan mudah dan kualitas terbaik.
Di sisi lain, Islam memandang bahwa kemajuan dan pembangunan adalah hak semua rakyat dan merupakan kewajiban negara. Oleh karena itu, Negara akan membangun infrastruktur merata sehingga potensi ekonomi terbuka lebar di semua wilayah, bukan hanya di perkotaan.
Semua kondisi ini mustahil terwujud dalam sistem yang ada saat ini. Sebaliknya, sistem Islam merupakan sistem paripurna memungkinkan terciptanya kondisi ideal. Sistem ini disiapkan Allah bagi hamba- hamba-Nya bernama manusia. Kemuliaan diberikan kepada masyarakat yang taat dan memperjuangkan tegaknya syariat Islam di muka bumi.