Wanita secara alami dikaruniai organ reproduksi yang tidak dimiliki laki-laki berupa rahim (uterus). Dalam bahasa Arab Ar-rahim bermakna yang penyayang. Karenanya seorang ibu dikarunia rasa sayang yang melimpah kepada putra putrinya.
Sayang sekali, sistem kapitalis sekuler telah menghanguskan naluri keibuan yang seharusnya berlimpah kasih sayang. Digantikan dengan keserakahan untuk mendapatkan kenikmatan materi dan pemenuhan nafsu syahwat yang bersifat hanya sesaat. Sebagaimana kasus yang terjadi di Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep. Di mana naluri kasih sayang seorang ibu hangus.
Putri kandungnya diserahkan kepada Kepala Sekolahnya untuk diperkosa. Sungguh tindakan biadab.
Peristiwa keji itu sudah terjadi berulang kali sejak Februari hingga Juni 2024. Pelaku mengaku telah melakukan perbuatan keji itu hingga lima kali.
Ibu kandung korban mengaku tega melakukan perbuatan keji tersebut untuk ritual menyucikan diri. Belakangan diketahui bahwa kepala sekolah tersebut merupakan selingkuhan ibu korban. Alasan menyucikan diri hanyalah dalih untuk menutupi hubungan intim mereka. Ibu bejat itu membujuk anaknya agar mau berhubungan badan dengan lelaki selingkuhannya itu dengan janji akan dibelikan motor.
Ibu bejat itu dijerat dengan Pasal 2 Ayat (1), (2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara. Sementara itu, kepala sekolah yang tak bermoral itu dijerat dengan Pasal 81 ayat (3) (2) (1), 82 ayat (2) (1) UU RI Nomor 17 Tahun 2016 perubahan atas UU No 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara.
Hilang Naluri, Mati Rasa
Di mana kasih ibu ketika rela buah hatinya dinodai? Meski dengan dalih apa pun tindakan ini tetap bejat dan tak bisa dimaafkan.
Jangankan melindungi, si ibu malah mengotori diri dengan menjerumuskan anak sendiri kepada kenistaan dengan melayani nafsu bejat orang yang seharusnya melindungi. Bisa dibayangkan betapa mendalamnya trauma yang dialami anak akibat aksi bejat tersebut.
Secara fitrah, dengan naluri kasih sayangnya seorang ibu pasti akan menjaga dan melindungi anaknya dari kejahatan apa pun. Apa yang dilakukan ibu itu kepada anaknya jelas menyalahi fitrahnya sebagai seorang ibu. Kasih sayang telah hilang darinya, Mengapa ini bisa terjadi? Setidaknya ada empat penyebab.
Pertama, iman yang lemah telah merusak akal dan nalar manusia. Jika iman rusak, hawa nafsu berkuasa, akal dan naluri keibuan bisa hilang tidak bersisa. Rusaknya iman akan mendorong seseorang berbuat keji. Demi uang, sang ibu tega menjual anaknya ke pria bejat. Demi menutupi aksi perselingkuhan, ia rela anaknya menjadi korban perbuatan asusila. Jelas, keluarga hancur karena ulah ibu.
Kedua, penerapan sistem sekuler kapitalisme berdampak pada kehidupan sosial masyarakat. Aksi jual anak ke selingkuhan merupakan bukti nyata betapa kebobrokan moral akibat kehidupan sekuler. Sistem sekuler kapitalisme telah menjauhkan individu dari ketaatan kepada Allah Taala.
Dalam sistem kapitalisme sekuler, manusia diberi kebebasan berperilaku dan berekspresi sesuai keinginannya selama tidak mengganggu hak orang lain. Maka lahirlah perilaku bebas tanpa batas, seperti pacaran, zina, kholwat, ikhtilat berpakaian yang tidak sesuai dengan syariat.
Ketiga, sistem pendidikan berbasis sekularisme tidak akan membawa kebaikan. Contohnya, oknum pegawai negara yang notabene juga pendidik malah berbuat asusila. Sistem pendidikan sekuler yang sudah mengakar hari ini deakan tak kelar membekali agama dan morel lewat kurikulumnya.
Dari sudut pandang peserta didik, anak-anak hanya diajarkan cara menjadi individu sukses dengan meraih materi sebanyak-banyaknya. Inilah di antara dampak kapitalisme. Tolok ukur kebahagiaan dinilai dengan kacamata materi dan kesenangan duniawi.
Keempat, lemahnya sistem sanksi bagi pelaku asusila dan zina yang diberlakukan hari ini tidak memberi efek jera. Akibatnya, perbuatan asusila dan zina merebak di mana-mana.
Sistem Islam Memuliakan Ibu
Ibu memiliki peran mulia dan utama. Dari rahimnya, terlahir generasi berkualitas. Peran ibu tidak sekadar mengandung, melahirkan, menyusui, dan memberi makan, melainkan ibu harus mumpuni dalam memberikan pengasuhan dan pendidikan kepada anak-anaknya.
Seorang ibu wajib mendidik anaknya dengan menanamkan akidah Islam yang kuat dan membiasakan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Karenanya, para ibu dan calon ibu wajib membekali diri mereka dengan pemahaman Islam yang benar. Dengan peran strategis ini, Islam memberikan perhatian besar bagi generasi.