Kadang kala perlu membuat promosi halus (soft selling) tanpa beriklan saat berpromosi . Promosi seperti ini biasanya menggunakan jasa penulis atau pembuat konten (content creator) baik dengan menceritakan pengalamannya berkuliner atau sekedar nemajang foto makanan atau bergaya di lokasi.
Dulu tulisan mengenai kuliner sering ditampilkan di koran atau majalah. Tulisan menceritakan penilaian penulis saat datang berkunjung ke rumah makan tertentu, menceritakan kualitas rasa kuliner yang dipilih dan disantapnya, menilai suasana (ambient) rumah makan tersebut, menilai penyajian kuliner, termasuk sifat layanannya. Seperti tanggapnya penerima tamu saat tamu datang, kecepatan datangnya pesanan, ketelitian dan Kejujuran kasir dalam menangani pembayaran maupun cara pelayan melayani permintaan membungkus sisa makanan diatas meja. Inilah yang disebut review, dilakukan oleh penulis atau pembuat konten yang disebut reviewer.
Penilaian seorang reviewer pada umumnya dianggap jujur, karena tidak dibayar secara khusus untuk membuat tulisan.
Adapula reviewer yang memberikan reward pada rumah makan yang dinilainya baik, biasanya dengan memberikan plakat yang dipasang di dekat meja kasir atau sticker di dekat meja kasir yang bertuliskan ’10 Bakmi Terenak di Jakarta’, atau ‘The Best Nasi Goreng by xxx’, misalnya.
Selama penilaian dilakukan secara jujur, maksudnya tidak berbayar, maka penilaian ini dapat dipercaya.
Di era digital, reviewer dapat menuliskan hasil penilaiannya di media sosial, seperti Facebook, Tik Tok atau Instagram maupun YouTube bila berbentuk video. Atau bisa juga diunggah ke portal kuliner, seperti pergikuliner, detikfood atau anakjajan.
Dengan membaca review dari orang yang sudah pernah berkunjung, seseorang sudah dapat membuat keputusan mau mencoba atau tidak. Hasil review memang bersifat subyektif, namun reviewer yang mampu menuliskan secara obyektif, pasti akan lebih dihargai oleh pembaca.
Reviewer yang profesional tidak akan memuji setinggi langit kuliner yang direviewnya, sebaliknya seorang reviewer yang profesional juga tidak akan menjelek-jelekan yang direviewnya. Paling bila melihat kekurangan, memberikan usulan positif agar ditindak lanjuti oleh pengelola rumah makan.
Kita juga dapat minta bantuan seorang pemberi pengaruh untuk mempromosikan kuliner kita. Bedanya influencer dengan pengikut (followers) jutaan biasanya sudah berbayar. Influencer ini adalah seseorang yang memiliki banyak pengikut dan mampu mempengaruhi pengikutnya Misal bila seorang influencer mengatakan ayam goreng di rumah makan x rasanya maknyus, artinya akan banyak pengikutnya yang terpengaruh dan mudah / cepat mengikutinya.
Contoh seorang influencer dibidang kuliner yang berbayar adalah cie Mien yang selalu menuji kuliner yang membayarnya enak dan enak sekali.
Seorang influencer yang belum berbayar, sebaiknya berlaku jujur dengan memberikan pengaruh yang tidak berlebihan pada pengikutnya.