“9 Gejala HIV pada Wanita yang Baik Diwaspadai” Ini judul berita di kompas.com, 28 Maret 2021.
Judul berita ini kian tidak bermakna ketika dikaitkan dengan lead-nya: Gejala awal penyakit HIV mungkin saja terasa ringan dan mudah hilang.
Berita ini sama sekali tidak memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang HIV/AIDS sebagai fakta medis karena ada dua hal yang tidak akurat karena tidak ada gejala, tanda atau ciri pada fisik dan keluhan kesehatan yang otomatis terkait dengan infeksi HIV/AIDS karena gejala, tanda atau ciri pada fisik dan keluhan kesehatan bisa juga karena penyakit atau infeksi lain.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) bukan penyakit tapi virus yang jadi penyebab (kondisi) AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome -cacat kekebalan tubuh dapatan).
Berita kompas.com ini menunjukkan pemahaman yang sangat rendah terhadap HIV/AIDS sebagai fakta medis.
Ada lagi pernyataan yang sangat keliru: Itulah salah satu dari banyak alasan mengapa penting bagi orang-orang untuk dapat mengetahui status HIV mereka. Maksud pernyataan ini karena ‘gejala awal penyakit HIV mungkin saja terasa ringan dan mudah hilang.’
Tapi, pernyataan ‘mengapa penting bagi orang-orang untuk dapat mengetahui status HIV’ sama sekali tidak beralasan kalau dikaitkan dengan ‘gejala awal penyakit HIV mungkin saja terasa ringan dan mudah hilang.’
Soalnya, biar pun tidak ada gejala, tanda atau ciri pada fisik dan keluhan kesehatan tidak jadi jaminan seseorang tidak mengidap HIV/AIDS.
Gejala, tanda atau ciri pada fisik dan keluhan kesehatan yang terkait dengan infeksi HIV/AIDS secara statistik baru muncul antara 5 – 15 tahun setelah tertular HIV.
Jika seseorang yang terdeteksi positif HIV dengan gejala, tanda atau ciri pada fisik dan keluhan kesehatan juga bisa tidak muncul jika ybs. minum obat antiretroviral (ARV) sesuai dengan resep dokter. Obat ARV tidak menyembuhkan HIV/AIDS, tapi menekan laju penggandaan virus (HIV) di dalam darah sehingga tingkat sistem kekebalan tubuh (imunitas) tetap terjaga dengan kondisi kesehatan yang juga terjaga pula.
Berita ini menggiring opini publik bahwa kalau tidak ada gejala, tanda atau ciri pada fisik, seperti yang disebutkan, dan tidak ada pula keluhan kesehatan maka tidak ada infeksi HIV. Ini keliru dan menyesatkan.
Menyebut sembilan gejala itu pun menyesatkan dan bikin panik perempuan karena sembilan gejala itu sangat mungkin terjadi pada perempuan yang tidak tertular HIV/AIDS. Gejala-gejala itu umum dan bisa karena alasan penyakit lain bukan karena infeksi HIV/AIDS.
Ada satu hal yang diabaikan dalam berita ini sehingga menyesatkan yaitu gejala, tanda atau ciri pada fisik dan keluhan kesehatan bisa dikaitkan dengan infeksi HIV/AIDS kalau orang, dalam hal ini perempuan, yang mengalami salah satu atau beberapa gejala, tanda atau ciri pada fisik dan keluhan kesehatan tsb. pernah atau sering melakukan perilaku seksual berisiko tinggi tertular HIV/AIDS.
Jika seseorang mengalami satu atau beberapa dari sembilan gejala, tanda atau ciri pada fisik dan keluhan kesehatan yang disebutkan dalam berita ini tidak pernah melakukan perilaku berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, maka sembilan gejala, tanda atau ciri pada fisik dan keluhan kesehatan sama sekali tidak terkait dengan infeksi HIV/AIDS.
Perilaku seksual berisiko tinggi tertular HIV/AIDS (dalam hal ini wanita), yaitu:
(1) Pernah atau sering melakukan hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dengan laki-laki yang berganti-ganti dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,
(2) Pernah atau sering memakai jarum suntik secara bersama-sama dengan bergantian pada penyalahgunaan narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) dengan jarum suntik, dan
(3) Pernah menerima transfusi darah yang tidak diskrining HIV/AIDS.
Jika seorang wanita mengalami salah satu atau beberapa dari “9 Gejala HIV pada Wanita ….”, seperti yang disebut kompas.com, tapi tidak pernah melakukan salah satu, dua atau ketiga perilaku di atas, maka “9 Gejala HIV pada Wanita ….” sama sekali tidak terkait dengan HIV/AIDS. Ini fakta medis.
Sudah saatnya media lebih arif dalam memberitakan HIV/AIDS agar masyarakat tidak bingung dan panik serta tidak menyuburkan mitos (anggapan yang salah) terhadap HIV/AIDS (Kompasiana, 6 April 2021). *