Bersemedi di Masjid Biru nan Indah di Yerevan

Berita, Islam, Wisata57 Dilihat

Yerevan, setelah sejak lama berkeinginan mampir, akhirnya Saya pun sempat meletakan kaki di kota ini. Ibukota negeri Armenia, sebuah negara yang konon sangat bangga sebagai negeri Kristen pertama di dunia dan kini sebagian besar penduduknya menyatakan diri sebagai pemeluk Kristen Ortodoks.

Walaupun negeri mayoritas Kristen Ortodoks,  bukan berarti di kota ini tidak ada masjid. Bahkan masjid di Yerevan juga sangat terkenal menjadi salah satu tujuan wisata religi dan sejarah yang menarik. Nama julukan masjid ini juga mengasyikkan, yaitu Masjid Biru.

Di siang yang cerah itu, setelah hati tersayat-sayat menyaksikan kekejaman manusia atas manusia di Armenian Genocide Memorial, kami segera memesan taksi online ‘Yandex” menuju ke Masjid Biru yang beralamatkan di Mesrop Mashtor Avenue no 12 di tengah kota Yerevan.

Turun dari taksi kami dibuat terkagum-kagum dengan pintu gerbang kompleks masjid ini. Sangat mirip dengan kemegahan masjid-masjid di Iran yang pernah dikunjungi sebelumnya. Pintu gerbang ini dihiasi dengan keramik warna-warni dengan warna biru yang dominan.

Di dekat pintu ini terdapat pelat kuningan dengan informasi dalam tiga Bahasa yaitu Armenia, Inggris dan Persia. Dalam bahasa Persia sendiri nama resmi Masjid ini adalah Masjid Jami.

 

Setelah melewati pintu gerbang, kami harus menuruni beberapa anak tangga untuk sampai di halaman dalam yang luas namun terlihat sangat sepi.  Di sisi kiri terdapat beberapa ruangan dengan kursi yang mirip ruang kelas atau ruang pertemuan. Berdasarkan info yang didapat kemudian, di ruangan ini kita bisa kursus bahasa Persia.

Bangunan masjidnya sendiri terdapat di sebelah kanan halaman ini dengan sebelumnya terdapat deretan bangunan kecil yang berfungsi sebagai ruang pameran. Ternyata masjid ini sendiri pernah berfungsi sebagai museum, tepatnya Museum of the City of Yerevan di masa Soviet berkuasa di Armenia.

Di beberapa ruang pamer ini, kita bisa melihat foto-foto masa lalu dan sekilas sejarah satu-satunya masjid yang masih tersisa di Yerevan ini.

Menurut sejarah, Masjid Biru dibangun pada abad ke 18 ketika Armenia berada di bawah pemerintahan Dinasti Qajar di Iran.

Masjid ini mulai dibangun pada 1760 dan sekitar 1768 mulai dibuka untuk publik pada masa Gubernur Husein Ali Khan

Pada sekitar awal abad ke 19, terjadi Perang Rusia Iran yaitu pada 1826-1827, akibatnya, Armenia Timur jatuh menjadi wilayah Rusia.

Ketika Uni Soviet berkuasa, kebebasan beragama sangat dikekang sehingga banyak masjid di Yerevan ditutup. Demikian juga dengan banyak bangunan keagamaan lainnya. Sejak 1931 kegiatan agama sama sekali dilarang oleh Stalin dan masjid biru beruntung tetap eksis walau difungsikan menjadi museum.

Baru setelah Uni Soviet runtuh, masjid biru ini kembali direnovasi atas bantuan Iran dan menjadi satu-satunya masjid di Yerevan yang bahkan berstatus sebagai Warisan Dunia dari Unesco.

Jumlah muslim di Armenia saat ini memang sangat sedikit. Konon hanya ada sekitar 800 sampai 1000 orang dan kebanyakan adalah diplomat asing yang tinggal di Yerevan dan para pendatang.

Kami terus berjalan dan menuju ke bangunan utama masjid. Dari kejauhan tampak kubah yang berkilauan ditimpa matahari siang kota Yerevan. Keramik warna warni dengan sentuhan biru yang gemerlap itu kini menjelaskan mengapa masjid ini dijuluki Masjid Biru.

Sementara sebagian besar dinding masjid yang tidak ditutup keramik terbuat dari bata merah. Sebelum masuk ke masjid kami sempatkan mampir ke samping dan belakang masjid di mana terdapat tempat wudu dan juga menara tunggal masjid yang tidak kalah indahnya berselimutkan keramik warna warni bernuansa biru.

Ada dua pintu masuk menuju ruang salat, di sebelah kiri untuk pria dan di ujung sebelah kanan untuk perempuan.

Namun ada hal yang mengejutkan di masjid ini. Sebuah pengumuman dalam Bahasa Armenia, Persia dan Inggris yang hanya terbuat dari kertas yang ditempelkan di dekat pintu utama.

“Warning. Danger of Falling Rocks”, demikian bunyi peringatan tersebut. Tidak begitu jelas maksudnya atau mungkin dikarenakan sedang ada renovasi di masjid ini.

Suasana sepi menghampiri ketika Saya masuk ke dalam masjid, Hanya ada seorang lelaki berusia 50 tahunan yang sedang salat dan seorang lelaki lain sedang duduk di dekat pintu masuk.

Saya mengucapkan salam yang kemudian dibalas sembari memberikan senyum kecil dengan mata memandang penuh rasa tanda tanya.

Hamparan karpet dan sajadah berwarna merah tua, deretan kursi lipat di dekat dinding, mimbar yang sederhana dan juga interior putih langit langit membuat kita merasa tenang dan aman berada di dalamnya.

Di atas mihrab terdapat tulisan sederhana “Allah” dan tiga buah lengkungan dengan kaca patri yang manis namun sederhana.  Selain mimbar kayu sederhana, ada juga mikrofon, sebuah meja kecil dan kipas angin.

Sementara kalau kita mengarahkan pandangan ke atas, terdapat sebuah lampu kristal dengan latar belakang hiasan geometris langit -langit yang sederhana namun manis.

Puas melihat bagian dalam masjid, saya kembali ke halaman yang luas. Suasana sangat teduh dan damai karena banyak terdapat pepohonan dan juga bunga-bunga warna-warni. Bahkan ada juga pohon cherry dan aprikot di halaman itu.

Bahkan di taman ini terdapat air mancur dan bangku-bangku untuk tempat bersantai sambil menikmati kesunyian dan ketenangan di tengah kota Yerevan yang sibuk.

Singkatnya di dalam masjid biru ini, kita dapat bersemadi sejenak untuk mencari ketenangan hati sambil memandang kubah masjid yang berkilau indah.

 

Yerevan, Agustus 2019

Tinggalkan Balasan