Sekitar pukul 2 30 siang, saya sudah cek in di Bandara Wilson di Nairobi dan kemudian menunggu pesawat Air Kenya yang akan membawa saya ke bandara kecil Olkiombo di kawasan Maasai Mara. Dengan pesawat Twin Otter yang hanya berkapasitas 16 penumpang, dalam waktu sekitar 45 menit pesawat sudah tiba di air strip pertama yaitu Kichwa Tembo
Di sini beberapa penumpang turun dan kemudian dijemput oleh petugas hotel atau kamp masing-masing. Beberapa orang juga naik karena akan kembali ke Nairobi. Yang mengasyikkan adalah kondisi air strip yang hanya merupakan sebuah landasan yang terbuat dari tanah yang dikeraskan. Dalam waktu kurang lima menit pesawat kemudian kembali tinggal landas menuju landasan berikutnya. Asyiknya hanya dalam waktu sekitar enam menit kemudian pesawat mendarat di air strip kedua . Dan ini adalah tujuan saya. Olkiombo! Di sini naik pesawat bagaikan naik angkot.
Di Olkiombo ini, hanya saya satu-satunya penumpang yang turun. Sebuah jeep besar berwarna hijau sudah menunggu untuk menjemput saya menuju ke Camp Ilkeliani. Pengemudinya adalah seorang lelaki suku Maasai yang berpakaian tradisional yang mirip sarung atau selimut yang diselempangkan di bahu. Pakaian tradisional ini umumnya memiliki corak kotak-kotak dengan kombinasi wana yang cerah mirip dengan sarung ataupun pakaian tradisional Skotlandia. Inilah yang disebut Shuka.
Sang pengemudi, sebut saja namanya John, kemudian bercerita banyak tentang tanah kelahirannya yang eksotis ini. Dalam perjalanan ini, saya sudah disuguhi dengan pemandangan berjenis-jenis hewan yang biasanya hanya dapat disaksikan di kebun binatang ataupun taman safari. Asyiknya, kali ini ribuan hewan itu bergerak dan hidup bebas di alam liar Afrika. Acara perjalanan pertama langsung dimulai yaitu game drive untuk melihat satwa eksotis khas Afrika. Bahkan sebelum cek in ke hotel atau kamp.
Kendaraan 4 Wheel Drive yang hanya berisi pengemudi dan saya kemudian menembus padang savannah Afrika yang dipenuhi rerumputan dan hanya sesekali pepohonan dan semak-semak. Hewan-hewan liar seperti zebra, impala, jerapah, antelop, dan Thomson gazelle pun menyambut kami dengan jenaka.
Saya langsung ditransfer ke sebuah kendaraan yang sedang mengadakan game drive. Pengemudinya bernama Edward, seorang pemuda suku Maasai yang akan menjadi pemandu selama beberapa kali game drive di Maasai Mara. Kepada Edward , saya harus membayar entrance fee sebesar 160 USD untuk kunjungan selama dua hari di Maasai Mara.
Di dalam kendaraan sudah ada juga beberapa turis dari Eropa dan juga sepasang suami istri etnis Cina yang berasal dari San Fransisco. Sepasang suami istri ini lah yang nanti kemudian akan menjadi teman saya dalam beberapa kali game drive mencari satwa eksotis di habitat aslinya di Afrika.
Bahkan pada game drive pertama ini, saya sudah bisa menyaksikan hewan andalan yang termasuk the big five. The big five merupakan istilah yang digunakan untuk lima jenis satwa paling sulit untuk dijinakkan karena kegarangannya. Istilah ini diambil pada saat jaman keemasan perburuan hewan-hewan tersebut. Karenanya , walaupun jerapah sebenarnya jauh lebih menarik dari banteng, tetapi operator safari sering lebih banyak berkisah tentang satwa the big five yang menjadi kebanggaan dan ikon serta tujuan utama safari di Afrika. Kelima jenis satwa yang termasuk lima besar adalah singa , gajah ,banteng, badal, dan leopard atau macan tutul.
Pemandangan yang menakjubkan hadir di hadapan saya. Ditemani embusan angin sepoi-sepi di belantara padang rumput Afrika, terlihat sekumpulan singa baik besar dan kecil sedang duduk atau bersantai di dekat semak-semak. Kita dapat dengan bebas memandang dan mengamati dari dekat asalkan tidak keluar dari kendaraan. Uniknya tidak seperti di taman safari, kendaraan kami pun sama sekali terbuka. Pertama kali ada perasaan cukup seram seandainya singa itu mengamuk dan langsung menerkam kami. Namun singa-singa itu hanya acuh tak acuh saja diperhatikan oleh manusia dari berbagai benua yang jauh-jauh datang ke Kenya ini.
Edward, yang dilahirkan di Maasai Mara dan telah cukup lama bekerja sebagai pemandu bercerita bahwa dia bahkan dapat mengenali hampir setiap satwa di sini. Dia bisa bercerita bahwa singa jantan ini memiliki tiga orang anak lengkap dengan usia masing-masing anak tersebut.
Selain singa, satwa yang termasuk the big five adalah gajah Afrika dan saya beruntung dapat menyaksikan kumpulan gajah bahkan pada game drive pertama di senja yang menyambut kedatangan saya di masai Mara. Hewan yang maha besar itu berjalan dalam rombongan di sekitar beberapa kendaraan wisatawan yang berasal dari beberapa kamp dan hotel di kawasan taman nasional Maasai Mara ini.
Ada beberapa puluh ekor gajah baik kecil maupun besar sedang bercengkerama di senja hari. Kalau di Taman Nasional Akagera di Rwanda . kami harus berburu gajah dan mencari mereka ke sana kemari, ternyata di Maasai mara dengan mudah diketemukan rombongan gajah dalam jumlah yang sangat banyak.
Senja pertama di Maasai Mara dihabiskan dengan bersantai sambil memperhatikan dan melihat dari jarak sangat dekat singa dan gajah yang berkeliaran bebas. Tentu saja masih banyak lagi satwa lain yang ada di sana, jerapah, zebra, impala , warthog, topi, berjenis burung dan ratusan jenis lain yang bahkan saya tidak tahu namanya. Ketika matahari hampir tenggelam, kendaraan pun segera menuju ke kamp Ilkeliani yang kebetulan terletak di tepi Sungai Talek yang curam dan airnya kebetulan tidak terlalu dalam.
Untuk sampai ke kamp kami harus melewati jembatan gantung yang sekaligus menjadi pintu gerbang menuju kamp yang hanya terdiri dari sekitar 18 tenda saja. Sebuah papan nama berwarna coklat kekuningan bergambarkan tiga orang pemuda suku Maasai dan jembatan gantung berwarna hijau menyambut saya. Selamat datang di Maasai Mara.! Dan di sinilah selama dua malam saya akan tinggal menikmati eksotisme pedalaman Afrika.