Artikel ini terinspirasi dari tulisan Bapak Dahlan Iskan di portal disway.id Kamis 30 Januari 2025 Topik Makian Deliang
Thamrin Dahlan
Muhammad Deliang Al-Farabi. 3 suku nama ternama menjadi satu di tubuh seorang warga negara Indonesia. Memang benar sejatinya NAMA merupakan doa Ibu dan doa siapa saja yang pernah mengenal pun membaca nama tersebut.
MDA Karunia Tuhan Yang Maha Kuasa berupa Talenta ajaib. Takdir mem perjalankan dari Indonesia, Taiwan ke Bristol. Abah sedikit tahu diri lebih mengandalkan MDA untuk me motivasi dan menginspirasi siswa Sekolah Alam Surabaya. Inilah nilai tambah literasi ketika kita mensyiarkan ke jeniusan MDA kesemua link medsos perusuh dan juga pembaca disway. Id.
Awak bersegera share tulisan Ini ke Azka, Zafran dan Alam cucu tersayang. Semoga mereka ter inspirasi atas prestasi MDA.InshaAllah mengikuti jejak Sesuai talenta masing masing.
Pun Awak share melalui kompasiana. com, terbitkanbukugratis.id, FB, WAG komunitas di sampaikan agar semakin banyak rakyat tahu sosok kebanggaan dan kekaguman Bangsa Indonesia Raya di tingkat Global.
Ayak yakin Keluarga, MDA sudah mengamalkan pepatah : Membacalah agar dikau mengenal dunia, Menulislah agar dikau dikenal dunia Terrbitkanlah buku agar dikau dikenang dunia. Buku MDA versi bahasa Indonesia patut dijadikan koleksi perpustakaan keluarga.
Terima kasih disway. Id. Berita perihal MDA sudah pernah awak baca sebelumnya. Namun kali ini CHDI menuliskannya sangat baik. informatif dan enak dibaca serta layak disebar luaskan.
- Semangat Literasi.
- BHP 30 Januari 2025
- TD
Makian Deliang
Dahlan Iskan
“Bisa telepon Anda? Saya bangga pada Anda dan anak Anda”.
“Saya lagi mengurus ibu yang lagi sakit. Mungkin bisa besok pukul 13.00,” jawabnya.
Orang yang saya WA kemarin itu lagi memonitor kondisi sang ibu dari jauh. Kalau kondisinyi kurang baik ia segera terbang ke Ternate. Ia siap berangkat kapan saja dari Trenggalek, Jatim.
Namanya: Ario Muhammad. Viral di medsos. Pun nama anaknya: Muhammad DeLiang Al-Farabi.
Selebihnya sudah banyak bukunya yang terbit secara digital-online.
“Kenapa anak itu Anda beri nama DeLiang?”
Itu sebenarnya pertanyaan kura-kura dalam pagar. Pagar laut. Saya sudah tahu siapa yang ada di dalam pagar. Tapi tugas wartawan untuk bertanya.
Jawabnya pasti ini: DeLiang adalah nama ilmuwan besar. Anda sudah tahu DeLiang: ilmuwan dunia di bidang klimatologi-meteorologi. Nama lengkapnya: 陈德亮.
Ario lulusan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Istrinya lulusan ITS Surabaya. Sang istri kini dosen elektronika di ITS.
Ario orang Maluku Utara. Istrinya orang Trenggalek. Asam gunung paling masam dan garam laut paling asin bertemu di belanga perkawinan. Lahirlah Muhammad DeLiang Al-Farabi.
Nama ilmuwan Islam Al-Farabi ditambahkan di belakang nama ilmuwan Tiongkok DeLiang.
Jalan menuju ke sana terbuka. Saat masih kecil DeLiang Al-Farabi dibawa Ario dan istri ke Bristol, Inggris. DeLiang tumbuh sebagai anak di Bristol.
Ayah bundanya mengambil gelar doktor di sana. Mereka sampai tujuh tahun hidup di kota yang namanya jadi merek semir sepatu itu.
Saya menyesal telat mengenal Ario. Waktu driving dari New Castle ke Cardiff sebenarnya saya lewat Bristol. Hanya mampir lunch di situ. Coba sudah kenal Ario saya bisa makan gratis di rumahnya di sana.
DeLiang beruntung dapat pendidikan masa kecil di Inggris. Yakni pendidikan yang membuat bakat dan kemampuan anak bisa dimunculkan sebenar-benarnya muncul.
Bakat menulisnya pun bisa terasah sejak kecil. Sebagian besar buku DeLiang ditulis di Bristol –saat belum berumur 10 tahun.
Persoalan mulai muncul ketika suami-istri ini harus pulang ke Indonesia: DeLiang harus sekolah di mana. Yang sistemnya bisa mirip dengan yang ada di Inggris.
Tidak ketemu.
Akhirnya Ario memasukkan DeLiang ke sekolah yang bukan sekolahan: home schooling. Di Tangerang Selatan. Milik Kak Seto –yang sudah Anda kenal.
Maka saya usul ke panitia Home Schooling Summit di Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya akhir Februari nanti agar mengundang suami-istri ortu DeLiang. Itu lebih penting daripada mengundang saya.
Meski sudah warga negara Swedia, DeLiang tetap diangkat sebagai anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok yang bergengsi itu.
“Saya berharap DeLiang nanti bisa kuliah di Amerika atau Inggris. Minatnya di bidang science, matematika, dan fisika sangat besar,” ujar Ario.
Liburan Imlek ini Ario berada di Trenggalek, di kampung sang istri: dekat alun-alun kota. Ia dalam posisi siap terbang ke Ternate begitu ibunya tidak tertangani dengan baik.
Orang tua Ario tergolong ”orang pulau” yang sebenar-benarnya. Yakni orang Labuha –yang Anda pasti belum tahu di mana letaknya di peta. Itu pulau ketiga di selatan pulau Tidore. Tapi Ario sendiri lahir di Pulau Makian –pulau yang lain lagi, yang berjarak beberapa pulau dari Labuha. Karena itu Ario masuk SMP dan SMA di kota yang lebih besar di sana: Ternate. Di situ pula ada rumah sakit yang punya dokter ortopedi satu-satunya di sana.
Dokter tunggal itulah yang memasang pen di panggul sang ibu. Agar antara kaki dan panggul terhubung. Lalu pen itu akan dicopot lagi untuk dipasang yang baru.
luar biasa