Pada ghalibnya foto membuktikan alibi seseorang itu dipastikan barada disatu tempat. Akan lebih bermakna ketika mengabadikan peristiwa keberadaan tersebut mempertimbangkan latar belakang ketika berfoto. Paling tidak ada tlisan Paris misal nya.
Rasanya tidak perlu khuatir di bilangin orang kita syok pamer. Biarkan saja, karena tujuan menorehkan kenangan itu memiliki nilai positif bagi generasi muda. Artinya tulisan yang di kumpulkan menjadi buku ber ISBN jelas tersimpan di perpustakaan nasional. Nilai sejarah bagi anak cucu keturnan itulah yang menjadikan motivasi kuat menulis dan menulis .
Seberapa penting latar belakang ber selfie. Tentu penting karena bisa menjelaskan secara tidak langsung dimana lokasi foto itu diambil. Itulah sebaiknya ketika anda berada di tempat wisata misalnya maka cari tanda atau ikon berupa bangunan yang sangat dikenal masyarakat.
Foto nan tertera di artikel ini terrekam pada tahun 2005 ketika wisata ke Eropa. Mungkin inilah salah satu hikmah banjir di tahun baru 2020 sehingga album foto ditemukan diantara barang barang yang terrendam air. Pada masa itu belum ada facebook dan media sosial lainnya sehingga berita travelling hanya terekam di foto saja tanpa narasi.
Wisata ke Eropa pada masa itu belum menggunakan aplikasi kamera yang tertanam di handphone. Pada saat itu kami mengunakan camera pocket dengan gulungan film didalamnya. Berbeda dengan zaman kemajuan teknologi informasi HP telah mewakili semuag gerak langkah manusia dari mulai menelpon sampai segala urusan dunia.
Dengan demikian terdapat keterbatasan jumlah foto yang bisa diabadikan. Selain itu film foto harus dicuci dan dicetak terlebih dulu baru bisa dilihat hasil gambarnya. Alhamdulillah Almbum ini terselamatkan. Kini dokumentasi itu diabadikan dalam tulisa. Narasi itulah pelenggkap berita perjalanan.
Syukurlah gambar wisata ter rekam walau hasilnya jepretan foto seadanya. Paling tidak ada yang dibanggakan ke anak cucu bahwa Datuknya pernah pula melancong ke Menara Eiffel Paris dan Kincir Angin di Belanda dan berselancar di gunung es titlis. .
Era kemajuan teknologi informasi, komunikasi dan transformasi saat ini mengubah gaya hidup manusia. Pergeseran budaya manusia tradisional ke modern tidak bisa dipungkiri dan ditahan. Waklaupun dalam posisi koltnial, awak bersikeras memaksa diri mengikuti perkembangan sosial media. Tujuannya untuk meng eksis kan diri bahwa kita masih ada.
Lihat saja peran handpone yang sudah mengambil alih begitu banyak peran perlatan elektronik. Peran televisi, radio, telpon, kamera, kalkulator, alat perekam, live streaming, notebook, mobile banking, gojek go food dan segala macam keperluan manusia. Semua ada dalam genggaman tangan dan si Ponsel bisa dibawa kemana saja untuk up dating kegiatan.
Artinya kini segala kebutuhan manusia berada dalam satu genggaman tangan yaitu alat ajaib bernama handphone. Anda bisa sepuasnya menggunakan kamera tanpa kuatir kehabisan film seperti 10 tahun lalu. Anda setiap saat bisa kirim foto kesanak keluarga dan teman teman.
Perhatikan ketika mengambil foto, usahakan latar belakang tempat berselfie ria alias mejeng menjelaskan dimana anda berada pada peristiwa saat itu. Jangan asal berfoto tersenyum dan tertawa saja tetapi orang yang dikirimi foto secara online tidak mengerti anda sedang berada di lokasi mana. Ajak juga orang lain mejeng kalau bisa penduduk setempat guna menguatkan alibi wisata.
Point yang ingin disampaikan disini adalah bahwa kemajuan teknologi memberikan kemudahaan kehidupan bagi kita semua. Namun dibalik itu semua hendaknya azas manfaat informasi dari handphone menjadi pertimbangan utama dalam nuansa berbagi kebaikan bagi kita semua.
Salam Literasi
BHP 040221
YPTD