Selamat Pagi Indonesia. Pergaulan di masyarakat baik secara tatap muka maupun medsos kita sering bertemu dengan pilihan penting atau tidak penting.
Masalah penting itu terpulang kepada setiap orang. Dilihat dari prioritas dan hubungan hidup kehidupan masing masing. Contoh Perilaku Donald Trump Presiden Amerika apakah penting bagi kita sebagai warga negara biasa. Bagi NKRI pasti Penting
Artikel ini terinspirasi dari tulisan Bapak Dahlan Iskan di portal disway.id. Topik : Ijazah Penting. Tayang Selasa 16 April 2025 Pukul 04.00 Wib. Seperti biasa dalam kapasitas perusuh , Awak memberikan komentar seperti ini : (Alhamdulillah terpilih menjadi salah satu Komentar Pilihan)
Thamrin Dahlan YPTD
Ijazah penting untuk melamar pekerjaan. Ijazah penting diperiksa kaslian nya karena banyak ijazah palsu. Penting tidak penting tergantung dari sisi mana anda berada. Sisi penggugat yes sisi tergugat yes juga untuk membela diri dari fitnah.
Penting itu bersahabat dengan genting gunting dan terpelanting. Nah bagaimana akhir ijazah nan digugat dan seberapa genting permasalahan, yang jelas para pihak terganggu. Tidak bisa tenang bahkan tidak bisa tidur.
Seharusnya lansia menikmati hadiah istimewa dimasa pensiun. Bukan malah menuai hasil kerja buruk versi penggugat. ibu Megawati dan Pak SBY tampaknya menikmati kehidupan sehari hari. Tidak terganggu masalah (p)genting. Pun Pak JK, aktif diorganisasi sosial PMI dan DMi.
Abah juga aman tenang malah setiap hari pukul 04.02 sudah menyapa dunia. Membacalah maka anda mengenal dunia, Menulislah maka anda di kenal dunia Terbitkan buku maka anda dikenang dunia. Salam3pena Penakawan Penasehat Penasaran
Berkolaborasi dengan ChatGpt awak menantang AI untuk menarasikan kosa kata yang ber-akhiran Ting. Misalnya genting, gunting dan terpelanting. Mulailah dengan Pejabat Penting. Inilah hasil karya tersebut . Terima kasih
Penting
Seorang pejabat penting sedang menghadiri rapat genting di sebuah gedung bertingkat tinggi. Dengan wajah tegang dan sorot mata yang tajam, ia memegang map hitam berisi dokumen yang telah ia sunting semalaman.
Langkahnya mantap, namun pikirannya seperti ranting patah yang hanyut di sungai deras. Ia sadar, keputusan yang akan diambil bisa menjadi titik balik—entah menuju kemajuan atau kehancuran.
Di luar gedung, wartawan saling bersaing, memburu kutipan paling tajam, berharap mendapatkan secuil informasi yang bisa mereka canting ke dalam berita pagi. Di telinga pejabat itu terpasang anting kecil berisi perangkat komunikasi canggih.
“Hati-hati, situasinya rawan,”
suara dari ujung lain terdengar, seperti denting kecemasan.
Ia teringat peristiwa beberapa bulan lalu, saat lawan politiknya membanting mikrofon dalam debat terbuka. Emosi meledak, narasi pun berkembang liar, bahkan ada yang menyebutnya sinting hanya karena opini kontroversialnya tentang pembangunan. Padahal, semua telah ia pertimbangkan matang—dari puting permasalahan hingga akar solusi.
Seketika bunyi denting gelas kopi di meja menyadarkannya dari lamunan. Ia menyelipkan selembar kertas dari saku jasnya—satu halaman keputusan yang telah ia tulis sendiri, dengan tinta hitam dari canting warisan sang kakek.
“Kadang, warisan tak hanya berbentuk materi, tapi juga keberanian,”
pikirnya lirih.
Seorang ajudan masuk tergesa-gesa, membawa sepucuk surat undangan pesta pernikahan anak seorang tokoh nasional.
“Bapak diundang untuk menyampaikan sambutan,”
katanya sambil menyodorkan undangan berhias bunga melati yang disunting rapi. Pejabat itu tersenyum tipis.
“Lucu juga, dalam politik kita sering banting harga diri, tapi di pesta, kita saling tinting gelas bersulang.”
Di kejauhan, langit mulai mendung. Angin menderu, meniup ranting-ranting kering yang berjatuhan di halaman. Seorang ibu hamil bunting lewat sambil mengelus perutnya. Pejabat itu terdiam, membayangkan dunia yang lebih tenang dan damai untuk si bayi yang akan lahir.
Semoga bermanfaat,
Salamsalaman Salam 3 Pena
Penasehat Penakawan Penasaran
- Salam Literasi
- BHP, 17 April 2025
- TD