Begini Cara Awak Menyikapi Perbedaan Pendapat

Gaya Hidup, Sosbud, YPTD41 Dilihat

  • bersibuk rapat sehingga lupa makan
  • jagalah  kesehatan penguasa  penguasaha
  • berbeda pendapat suatu keniscayaan
  • berbeda pendapatan bergantung usaha

Deskripsi Perbedaan Pendapat 

Perbedaan pendapat adalah keniscayaan.  Perbedaan pendapat tidak bisa dihindari, semakin banyak kepala semakin beragam pula pendapat yang beredar.  Justru perbedaan itulah suatu dinamika kehidupan dimana dengan adanya perbedaan pendapat seharusnya  memperkaya wawasan.

Perbedaan pendapat lebih banyak terjadi dimasalah sosial budaya atau non eksak.  Perbedaan di bidang eksakta akan bermuara kepada suatu persamaan pendapat, karena perbedaan itu sudah pasti disebabkan karena terjadinya kesalahan hitung. Perbedaan pendapat antara bidang eksakta dengan bidang sosial  budaya akan lebih jelas bila di deskripsikan dalam bentuk pertanyaan.

Dalam bidang eksakta,  walaupun terdapat ribuan pertanyaan.  jawabannya sudah dapat dipastikan hanya satu saja.  Sebaliknya dalam bidang sosial budaya satu pertanyaan bisa mendapatkan jawaban ribuan bahkan lebih.  Contoh di bidang matematika, pertanyaan berbentuk 1/2+1/2, 5-4, 1×1, 4:4 jawabannya adalah satu. (hanya ada  satu jawaban tidak ada jawaban lain).

Dalam bidang sosbud contohnya begini : bagaimana pendapat anda tentang pemerintahan saat ini ? maka jawaban yang diberikan responden pasti lebih banyak, bahkan jawaban yang diterima bisa jadi  sebanyak kepala yang menjawab. Sebagai ilustrasi bagaimana perbedaan itu adalah keniscayaan, baik diambil permisalan sebagai berikut.  Tiga  orang tuna netra di minta menjelaskan bagaimana bentuk gajah.  Guna memantapkan jawaban mereka maka ke tiga orang  tunanetra itu di bimbing mendekati gajah dan dipersilahkan meraba makhluk super besar itu.

Nah setelah itu kita bisa mendapatkan jawaban yang berbeda tentang definisi gajah dari masing masing tunanetra sesuai dengan perabaan mereka.  Seorang tunanetra mengatakan bahwa gajah itu bulat panjang karena dia memegang belalai.  Rekannya mengatakan gajah itu tebal dan keras, tunanetra ini meraba perut. Terakhir defenisi yang kita dapat bahwa gajah  itu lebar dan tipis, tidak salah karena tunanetra ini meraba telinga sang gajah.

Perbedaan Pendapat Adalah Keniscayaan

Analog dengan kisah gajah dan tunanetra maka perbedaan pendapat yang terjadi di masyarakat bisa dimaklumi.  Perbedaan itu tentu saja berlatar belakang dari wawasan seseorang warga.  Wawasan bisa diperinci dari variable umur, tingkat pendidikan, pengalaman, tingkat pergaulan dan jenis pekerjaan serta variabel lainnya yang menyangkut semua aspek kehidupan.  Jadi wajar saja bila perbedaan itu selalu dan akan selalu terjadi di setiap komunitas ketika  persinggungan pada permasalahan yang menyangkut kepentingan bersama.

Anda sudah pasti sering menonton perdebatan pendapat di lembaga terhormat Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).  Demikian pula di televisi debat semakin seru ketika perbedaan itu semakin di kompori oleh presenter.  Nah bagaimana dengan perbedaan pendapat di sosial media atau tepatnya di Whats app, facebook, twitter,   atau di media online lainnya. Tentu saja perbedaan itu tetap ada bahkan semakin melebar karena perdebatan di dunia maya bisa dilakukan secara cepat dan memiliki durasi luar bisan lama nya. Ketika seseorang penulis menpublish opini, maka selalu ada resiko yang akan diterima. Tulisan itu bisa jadi dianggap kontroversial oleh para pembaca.

Sehubungan  media sosial  menyediakan fasilitas komentar maka wadah ini menjadi ajang saling silang pendapat. Dilihat dari komentar yang masuk dalam perdebatan itu tanpa di sadari akan terbentuk 4 kubu.

Keempat kubu meliputi :

  1. Kubu cuek (emang gue pikirin)
  2. Kubu pro opini penulis
  3. Kubu kontra opini penulis
  4. Kubu netral

Sikap Simpatik

Syukurlah dinamika perbedaan ini hanya di dunia maya sehingga resiko adu jotos antar perseteru seperti yang terjadi di gedung bundar senayan bisa dihindari. Beradu pendapat, mengeluarkan jurus argumentasi dan segala macam cara untuk mempertahankan pendapat dilakukan oleh para pendebat.  Sejatinya mempertahankan pendapat itu berbanding lurus dengan harga diri, sehingga wajar saja bila kedewasaan dan keluasan wawasanlah yang akhirnya mengakhiri perdebatan tersebut.  Syukurlah akhirnya perbedaan itu akhirnya mencair ketika kehabisan peluru dan biasanya bermuara kepada kesamaan pendapat bahwa kita memang tetap berbeda paham.

Sebagai penulis yang sudah mondok 11 tahun lebih di media sosial, awak banyak belajar dalam menyikapi perbedaan pendapat. Pada tahun pertama ber social media awak terkadang terpancing emosi juga terutama ketika menerima komentar yang rada rada nyeleneh. Namun akhirnya awak agak berubah sedikit, coba belajar memahami dan menghargai pendapat orang lain, bisa jadi awak yang kurang teliti atau kurang referensi ketika men publish suatu opini.

Selanjutnya awak semakin menyadari bahwa perbedaan itu adalah bentuk umpan balik (feed back) yang sangat berguna untuk introspeksi yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas tulisan kita sendiri. Sikap simpatik seperti ini ternyata membuat diri terasa lebih nyaman, aman dan tentram serta enak tidur setelah  menekan tombol publish. Satu hal yang awak hindari adalah jangan sampai terjebak perdebatan tentang agama.

Selain memang bukan ahlinya, perdebatan antar satu agama (khilafiah) saja sudah sangat melelahkan apalagi ketika dihadapkan dengan perbedaan paham antar agama. Walaupun terkadang masih saja ada permasalahan agama yang nylonong melalui media sosial. Kalau boleh awak saran kiranya para penggiat medsos menghindari hal hal yang menyangkut menyinggung masalah agama kecuali menyangkut ghiroh atau reportase kegiatan hari hari besar agama atau kegiatan  taklim di masjid.

  • Salam Literasi
  • PenasehatpenakwanpenasaraN
  • BHP, 31 Mei 2021
  • YPTD

Tinggalkan Balasan