Merangkai Mahkota dari Tulisan

Terbaru172 Dilihat

Dipagi yang cerah ini, saya memulai hari dengan gembira, ceria sesuai dengan pakaian saya yang berwarna pink, karena hari ini saya memakai kebaya sebagai tanda memperingati hari Kartini. Dan bersamaan dengan itu saya juga mendapat tugas untuk mengikuti Santiaji pengawas Ujian Sekolah. Kegiatan berlangsung sampai siang. Sehingga membuat saya terlambat mengikuti kegiatan belajar menulis siang ini. Meski begitu saya tetap menyimak walau disaat-saat terakhir sesi penyampaian materi.

Materi siang ini bertema “Buku Mahkota Penulis, Buku Muara Tulisan.”

Narasumbernya adalah Pak H. Thamrin Dahlan, M.Si. Dengan Bu Ditta Widya Utami sebagai moderator.

Curiculum Vitae

H. Thamrin Dahlan M.Si. Alumni Pasca Sarjana UI. Lahir di Tempino Jambi 7 Juli 1952. Purnawirawan Polri terakhir bertugas sebagai Direktur Pasca Rehabilitasi BNN, Pangkat Kombes Pol. Pekerjaan : Dosen dan Penulis serta Pendiri Penerbit Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD). Tinggal di Kelurahan Dukuh Kramatjati Jakarta Timur. Aktif menulis sejak 2010 telah menerbitkan 37 Judul Buku. Saat ini Fokus membantu para penulis menerbitkan buku ber ISBN tanpa biaya. YPTD telah menerbitkan 210 Judul Buku.

Website: terbitkanbukugratis.id

Email: thamrindahlan@gmail.com

WA : 08159932527

WAG : Terbitkan Buku Gratis(media komunikasi, informasi dan edukasi literasi YPTD)

Motto Menulis : Penasehat Penakawan Penasaran

Berikut adalah link profil beliau di Kompasiana :

https://www.kompasiana.com/thamrindahlan

Dalam paparan beliau Bapak H. Tamrin Dahlan

Tulisan itu bagaikan air yang mengalir, tetes demi tetes ya mengalir bergabung menuju sebuah muara yaitu lautan. Buku sejatinya berasal dari tulisan-tulisan yang berserakan, dikumpulkan menjadi satu. Ibaratnya Al-Qur’an yang berawal dari mushaf kemudian terkumpul menjadi kitab Al-Qur’an.

Kita semua mempunyai buku. Bisa berupa Raport yang dituliskan oleh guru, Skripsi, Tesis dan Disertasi diterbitkan setelah melalui proses panjang penelitian, pembimbingan dan kemudian di uji hadapan Sidang Majelis Kehormatan Para Guru Besar Universitas.

Jelas sekarang nama kita sudah ada disampul depan buku ilmiah. Tersimpan abadi di perpustakaan kampus. Menjadi kebanggaan dan bukti tak terbantahkan bahwa anda berhak menyandang gelar kesarjanaan secara legal. Pengakuan formal seorang akademisi sebagai pemenuhan kewajibkan memiliki buku. Satu saja yang belum terlekat di cover belakang buku yaitu ISBN (international standard book number)

Beliau Bapak H. Tamrin Dahlan mengisahkan tentang bagaimana beliau terjun didunia tulis menulis.

Buku Pribadi

“Semua berangkat dari motivasi ingin meninggalkan sesuatu nan abadi di muka bumi. Kata seorang teman secara berseloroh janganlah pulak nama awak hanya tertulis di Buku Yasin dan Batu Nissan.”

“Buku adalah keabadian nan memiliki masa berlaku (expired date un limited) tak terhingga bahkan sampai hari kiamat. Oleh karena itu setelah ketika mamasuki usia pensiun tahun 2010 timbul persoalan baru bagaimana mengisi waktu luang yang begitu lapang dan panjang. Bersebab waktu luang yang tak habis kerena memberikan kuliah saya dianjurkan oleh keluarga untuk menulis dari pada termenung menung.”

“19 Agustus 2010 mulai menulis di media sosial kompasiana.com. Terbata bata, berkeringat, resah gelisah, kuatir. Apakah awak pantas menjadi penulis di media besar berpenghuni hebat. Alah bisa karena biasa. Bukan lagi memaksa diri tetapi total tertantang. Kenapa tidak bisa mengikuti jejak Ibunda Hajjah Kamsiah binti Sutan Mahmud (Almarhumah). Seorang keturunan Minangkabau yang diberkahi talenta mahir menulis.”

“Motto penasehat, penakawan dan penasaran, diniatkan menulis berbagi kebaikan. Ssaya merasakan masuk ke dunia baru yang sangat meng asyiek kan. Disinilah inspirasi dan aspirasi serta angan-angan di pentaskan baik dalam bentuk reportase, opini dan fiksi. 3 Jenis tulisan ini mengalir baik air bah sampai sampai saya masuk ke kategori addict (kecanduan menulis).”

Beliau pun berbagi kiat menulis yaitu berupa jargon “Sekali duduk jadi.”

  • Upayakan tidak meniggalkan tulisan
  • Hiraukan kesalahan ketik
  • Ketika blank. Tinggalkan paragraf, masuk ke paragraf baruB
  • Baca berulang ulang pada proses editing
  • Sebagai pemula cukup 5 ParagrafS
  • SegeraPosting tulisan di media sosial.

Menulis Pendek Pendek

a.      Upayakan maksimal 9 kata dalam satu kalimat

b.     Bahasa bicara/seperti bertutur kata

c.      Mudah dimengerti/ pahami

d.     Runtut tidak menjelimet

Sesungguhnya tulisan itu memenuhi kaedah sebuah artikel ketika mencapai 7 paragraf. Jangan pernah meninggalkan tulisan, sudah bisa dipastikan tulisan itu tidak akan pernah tuntas. Duduklah, paksakan diri tulisan wajib selesai tak peduli salah ketik (ada proses edit). Nanti saja bicara kualitas karena indikator bagus tidaknya tulisan sangat subjektif dan variatif.

Melalui metode sekali duduk jadi, lambat laun proses menghasilkan sebuah tulisan seiring berjalan waktu kini hanya membutuhkan waktu kurang dari 40 menit. Kita menulis puisi hanya memerlukan 10 menit asalkan suasana hati sedang mood dan terkait dengan situasi kekinian yang terjadi menyangkut ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya hankam (ipoleksosbudhankam) dalam atau luar negeri.

Ketika menulis reportase taati kaedah 5 W 1 H. (what, where, when, why, who and how). Sebagai bukti liputan original asli tampilkan pula foto selfie bersama teman/keluarga. Misalnya anda sedang wisata di Borobudur, Menara Eiffel atau Ibadah Umroh Masjidil Haram. Bisa juga memposting laporan setelah mengikuti satu event webinar.

Saat menulis pertahankan objektivas, hindari hoax dan selalu memihak kepada kebenaran. Saat menulis opini  sertakan solusi, berupa saran pendapat membangun untuk mengurai permasalahan yang sedang dibahas.

3 Rahasia Menulis dari beliau:

Pertama : Ternyata setiap tulisan itu memiliki Roh. Roh dalam artian tulisan itu hidup dengan syarat karya di tulis kemudian siarkan ke media sosial. Tulisan anda dibaca apalagi diberi komentar (terlepas tanggapan baik atau mencemooh) maka anda sudah berhasil menjadi penulis non buku harian.

Kedua : Buya Hamka meninggalkan pesan bermakna Biarlah tulisan mu itu membela dirinya sendiri, biarlah bukumu itu mengikuti takdirnya.

Ketiga : berupa surprise tak terduga mendapat kesempatan dijamu makan siang di Istana Merdeka. Tak terduga juga bisa berpidato di hadapan Presiden Jokowi.

Buku Muara Tulisan

Ketika tulisan beliau sudah mencapai 500 artikel dengan segala suka duka mendapat aspirasi dan cemoohan kemudian terpikir kenapa tulisan nan terserak itu tidak dijilid. Istilah kumpulan tulisan dijilid resmi ber ISBN bolehlah berbangga di sebut kitab atawa buku. Tahun 2012 terbitlah buku perdana berjudul Bukan Orang Terkenal.

Saking besarnya keinginan memiliki nama disampul buku seperti juga Buya Hamka (guru Imajiner) saya menerbitkan buku berbayar di satu penerbit Jogyakarta. Apalah awak ini mana pula ada penerbit major bersedia menerbitkan buku seorang penulis amatir belum punya “nama”. Judul buku pertama itu sebenarnya bentuk unjuk rasa yang ditujukan kepada diri sendiri.

Bersebab tulisan nan terserak semakin banyak maka proses menerbitkan buku semakin mudah. Ibarat menjilid makalah tak terasa jumlah buku tahun 2019 mencapai 20 kitab. Uni Husna Bundo Kanduang menganjurkan menerbitkan buku sendiri. Terbentuklah Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) 19 Juli 2019. Visi misi fokus dibidang pendidikan dan sosial kemasyarakatan. Fokus membantu menerbitkan buku para penulis ber ISBN tanpa biaya alias gratis.

Penggiat Literasi

Keberadaan YPTD memberikan kemudahan menerbitkan buku. Ferbuari 2021 tertera nama Thamrin Dahlan di 37 sampul buku. Bersama teman teman penulis bergiat Literasi sampai Maret 2021 berhasil diterbitkan 210 judul buku ber ISBN Media Komunikasi, Informasi dan Edukasi para penulis di website YPTD terbitkanbukugratis.id . Diskusi Literasi di WAG Terbitkan Buku Gratis.

Program Bedah Buku setiap malam  Selama 2 pekan sekali telah terselenggara 10 episode. Inilah media mempromosikan buku terbitan YPTD untuk para penulis senior maupun pemula. Secara psikologis ada kepuasan bathin tak terhingga bisa berbagi di bidang literasi.

Mengumpulkan tulisan nan terserak bermuara menjadi Buku. Selamatkan tulisan tulisan itu biarlah mereka berhimpun didalam sebah kitab karena keabadian akan melekat pada dirinya. Buku adalah suatu prestasi penulis. Sebagai tanggung jawab Penerbit YPTD berkewajiban menyerahkan setiap judul buku di Perpustakaan Nasional.

Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) komitmen membantu para penulis menerbitkan Buku Perdana ber ISBN tanpa biaya. Prosedur sangat sederhana dalam waktu 14 hari buku Terbit.

Ada 3 program YPTD.

  1. Penulis telah memiliki Naskah buku.
  2. Penulis aktif posting tulisan di website YPTD terbitkanbukugratis.id setelah terkumpul 40 artikel maka buku akan diterbitkan.
  3. Menerbitkan buku ontologi berupa kumpulan tulisan yang di posting dalam 1 bulan.

Closing statement dari Bapak Tamrin Dahlan
“Terima kasih kepada Om Jay sahabat lama kompasiana yang bersua lagi di YPTD, Mbak Ditta serta seluruh peserta pelatihan Menulis Gelombang 18. Alhamdulillah tanpa terasa 2 jam berlalu, kita saling berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas Literasi Indonesia. Semoga perjumpaan ini memberikan manfaat bagi kita semua.  Sesuai dengan komitment YPTD membantu penulis menerbitkan buku perdana ber ISBN tanpa biaya kami tunggu Bapak Ibu Guru untuk memperoleh Mahkota seorang Penulis.  Buku adalah keabadian bukti tak terbantahkan bahwa seorang anak manusia pernah hadir di muka bumi Ini. Buku memiliki durasi terlama bahkan sampai hari kiamat dibanding usia manusia. Hubungi YPTD untuk komunikasi, informasi dan edukasi literasi di hp 08159932527 .  Mohon maaf apabila ada sesuatu nan kurang berkenan. Wassalamulaikum”

Kemudian acara ditutup oleh moderator “Saya Ditta Widya Utami sebagai moderator memohon maaf apabila ada yang kurang berkenan. Selamat ngabubu-read. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barokatuh 

 

Tinggalkan Balasan

3 komentar