Hari Raya Terkesan 12 Tahun Lalu

Satu Hari Raya Terkesan 12 Tahun lalu

Catatan Thamrin Dahlan

Alhamdulillah, Hari Jumat, 1 Syawal 1431 Hijriah bersamaan dengan 10 September 2010, Idhul Fitri dirayakan oleh seluruh umat Islam sedunia secara bersamaan.

Suara takbir menggema diangkasa, diangkat ke langit, didengarkan malaikat, masjid masjid dimuka bumi ini berbahagia kedatangan tamu yang sangat banyak sekali tidak seperti biasanya untuk menegakkan shalat Idhul Fitri.

Bermaaf maafan, pelatihan massal ini telah usai, menapak bulan syawal bulan peningkatan iman dan taqwa. Silaturahmi dimulai dari masjid, setelah khatib selesai membacakan khutbah, berhamburan jamaah berebutan menyalami Khatib, untuk mencari berkahnya.

Selanjutnya silaturahmi dan bermaaf maafan di sertai sungkem dilakukan dirumah, dengan isteri, anak dan saudara terdekat, ada rasa haru menyergap hati ini ketika isteri dan anak anak menghampiri memohonkan maaf.

Tahun ini anak sulungku berlebaran di Bandung di rumah mertuanya, biasanya kami lengkap. Ya itulah perjalanan hidup, mendidik anak, membesarkannya, menyekolahkan di tempat yang baik dan akhirnya menikahkannya.

Silaturahmi ketiga, keluar dari orbit rumah menuju orbit tetangga. Inilah cara lebaran orang kota, kami sekeluarga mulai bersiap keluar rumah , berjalan kaki mengunjungi tetangga. Bersalaman, bermaafan, di depan pintu saja, ya begitulah cara lebaran Jakarta.

Tidak seperti di kampongku, kami dulu semasa kecil diajarkan orang tua agar ikut lebaran, dan wajib masuk rumah, duduk dan disediakan ketupat, rendang, opor, dan semuanya dimakan. berlanjut ke rumah lain makan lagi, makan lagi, lebaarlah perut ini.

Silaturahmi tingkat ke empat menuju Bogor, ketempat Uda dan Uni, merekalah yang paling tua di keluarga besar kami setelah Mamak dan Bapak telah tiada. Anak dan menantu telah tiba dirumah dari Bandung , kami berangkat ke Bogor setelah menunaikan Shalat Jumat di Masjid Jami An Nur,

Sebenarnya saya berniat shalat jumat di kompleks Bumi Harapan Permai (BHP) di belakang kompeks kami, sekalian bersilaturahmi dengan teman teman bermain tenis yang tinggal di komplek ini, dan berjanji sepakat minggu pagi tanggal 12 September kita mulai olahraga lagi setelah libur berkeringat sebulan penuh. namun apa daya waktu tidak mengizinkan.

Setiba di Bogor, waktu Shalat Asar telah lewat, Uni Ina mengatakan : shalatlah kalian terlebih dulu di atas, bersegeralah kami menyempurnakan wudhu dan shalat di tegakkan di mushola rumah kediaman kakanda hj. Husna di wilayah taman Cimanggu Bogor. Ruang atas ini yang memanjang searah dengan arah kiblat, cukup luas musholla mampu menampung 40 orang, dan nyaman dengan angin semilir mengembuskan sayapnya.

Ruang atas tingkat 2 memang dikhususkan oleh shahibul bait untuk mushola dan kegiatan musyawarah keluarga besar Fatimah Djudah (nama nenek kami yang berasal dati Lintau Buo Lubuk Jantan Batu Sangkar Sumatera Barat). Hadir Abu Ibrahim, seorang kemenakan yang bekerja di tambang batu bara di wilayah hutan belantara Kalimantan Timur.

Yaprizal nama kecilnya mengenakan gamis dan berjenggot panjang sesuai sunah Rasulullah. Jamaah shalat asar dihari lebaran pertama ini adalah kerabat dekat semua, tidak dilaksanakan di masjid, namun setidaknya kita berjamaah, mendapatkan pahala 27 derajad.

Setelah doa dilantunkan, anak anak langsung turun, menyerbu makanan yang enak enak spesial lebaran, ada rendang, kalio, soup ikan, sambal hati dan yang istimewa ada empek empek Palembang.

Seusai makan kami berrombongan ke rumah sebelah, silaturahmi ke Uda Mus, kakak tertua, yang insya allah tahun depan berusia 80 tahun. Purnawirawan Kolonel Polisi ini masih bugar diusianya yang sudah diatas rata rata umur orang melayu, dengan pola makan terjaga, sport teratur dan yang paling penting no smoking.

Dirumah Uni Lien isteri tercinta uda Mus, terhidang banyak makanan pula, yang khusus selalu ada adalah Bubur kampiun, jo katan hitam, onde mande lamak bana, batambuah ciek.

Ketika akan pamit, Uni Husna menahan kami, ujarnya ada Ustazd Ryan yang sedang dalam perjalanan menuju kesini. Dipandu keponakan ku Ansyori, Ustazd Ryan yang memiliki Padepokan Majelis Dzikir di Parung tiba diantar hujan deras membasahi tanah Bogor, seketika terdengar suara azan maghrib dari masjid kompek Taman Cimanggu.

Shalat berjamaah di mushola, Imam : Ustazd Ryan yang datang bersama dengan istrinya. Sunguh syahdu mendengarkan ustazd Ryan memimpin shalat membacakan surah yang terdapat kalimah asmaul husna.

Akhirnya kami mohon izin pamit setelah anakku konsultasi dengan Ustazd Ryan tentang hidup dan kehidupan khususnya cara mengubah pola pikir menjadi pola pikir berprasangka baik terhadap Maha Pencipta Allah SWT.

Motivasi dari Ustazd Ryan adalah Allah swt akan berlaku terhadap kita sebagaimana kita menganggap Allah SWT. Jika Anda berpikir Anda tidak mampu, maka Anda tidak akan mampu. Sebaliknya, jika Anda berpikir mampu, insya Allah Anda akan mampu…….

Salamsalaman

Tede

Tinggalkan Balasan