Mencontoh kehidupan burung walet dan pohon pisang bagi manusia tidak ada salahnya. Demikian antara lain mutiara hikmah Khutbah Jum’at 1 Syafar 1437 Hijriah di Masjid Jami An Nur Polsek Ciracas Jakarta Timur dari Khatib KH DR. Mahfuzd. Khatib memulai khutbah dengan menjelaskan ayat ayat qauniyah, yaitu ayat ayat yang terdapat di alam terkembang.
Beliau dalam khutbah singkat menyampaikan 2 pertanyaan kepada jamaah. Pertanyaan itu adalah : Apa beda burung walet dengan oknum anggota dpr? dan Apa beda pohon pisang dengan oknum birokrat. Tentu saja lemparan pertanyaan ini tidak dijawab oleh sekitar 600 jamaah Shalat Jumat di Masjid yang terletak di jalan Raya Bogor Km 21. Jamah terdiam henyak mendengarkan khutbah yang disampaikan dengan suara tegas jelas dan lantang yang mampu menusuk kalbu.
Inilah methode khutbah yang menarik bersebab disampaikan secara singkat padat dan tidak membosankan. KH DR Mahfud lebih lanjut menjelaskan bahwa burung walet adalah sejenis khewani yang sangat bermanfaat bagi manusia. Burung walet banyak dipelihara “lepas” oleh rakyat dengan menyediakan rumah mewah bergedung tinggi. Rumah itu di beri lubang lubang kecil sepadan dengan bentuk tubuh burung walet.
Sementara di daerah pantai atau di tebing tebing tinggi, secara tradisionel warga memanen air liur burung walet. Ya disinilah letak keunggulan khewan hitam itu dilihat dari manfaat keberadaannya di dunia. Air liur manusia sesungguhnya menjijikkan namun air liur burung walet menjadi komoditi ekspor yang menghasilkan devisa negara. Diperkirakan harga 1 kg air liur walet berkisar 7-8 juta rupiah.
Jangan lagi mempersoalkan oknum anggota drpr yang terlelap ketika sidang paripurna digelar di gedung bundar. Kenapa demikian, karena secara tidak disadari setiap manusia yang tidur dapat dipastikan memproduksi air liur. Nah berbeda dengan air liur burung walet maka tidak pula sampai hati kita memperbandingkan kedua produksi anatomi kedua makhluk itu ditilik dari nilai nan terkandung didalamnya.
Khatib sebelum mengakhiri khutbah memberikan satu ayat qauniyah lagi. Kini Dr Mahfuzd meng ibarat kan kehidupan pohon pisang sebagai suri ketauladanan nan patut di contoh manusia. Pohon pisang pada glaibnya adalah salah satu makhluk Tuhan Yang Maha Kuasa yang tidak akan mati sebelum memberikan hasil. Hasil berupa buah pisang nan lezat itu tentu sangat digemari oleh masyarakat.
Malah Khatib mejelaskan kepada jamaah tentang kehebatan pohon pisang dimana makhluk ini tidak akan mati walaupun di tebas berkali kali sebelum dia menghasilkann buah pisang. Pisang akan tumbuh dan tumbuh lagi, Nah setelah dia berbuah bertandann tandan untuk memberikan manfaat bagi manusia barulah dia rela meninggalkan dunia fana itu. Itupun pisang masih meniggalkan anak keturunan sebelum wafat. Tentu saja sekali lagi tidak tega membandingkan perilaku pohon pisang dengan oknum birokrat di negeri ini. Apakah mereka memberikan manfaat dalam pelayanan publik atau sebaliknya mempersulit rakyat ketika berurusan, jawaban pertanyaan ini terpulang kepada rumput nan bergoyang.
Apa yang bisa dipetik dari 2 ayat qauniyah ini bagi peri kehidupan anak manusia di bumi. Hikmah nan terkandung dari isi khutbah DR Mahfud agar manusia dalam memdawamkan kehidupan di dunia bisa mencontoh peri kehewani burung walet dan peri tetumbuhan pisang. Seyogyanya selama hayat masih dikandung badan hendaknya setiap manusia bermanfaat bagi dirinya, keluarrga dan bagi orang banyak. Selain itu manusia diharapkan aktif dalam kapasitasnya masing masing karena defenisi sehat menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) adalah bukan sekedar bebas dari penyakit tetapi juga orang yang produktif. Bukankah sering kita dengar nasehat orang tua nenek moyang dahulu kala ketika ber ujar bahwa orang yang baik adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain.
Point yang ingin saya sampaikan disini, kehidupan ini berjalan terus sampai bertemu satu titik ketika ruh meninggalkan jasad. Jadi mari kita berkehidupan yang baik dan benar mempedomani kitab suci Al Quran dan Sunah Rasul Nabi Muhammad SAW. Jadilah umat yang berjuang dalam koridor Jihad, Jihad bukan berarti berperang fisik melawan penjajah namun jihad yang sesungguh nya adalah berperang melawan hawa nafsu diri sendiri. Selanjutnya sempurnakan pengabdian seutuhnya dan semampunya itu untuk semata menggapai Redha Allah SWT bagi kemaslahatan umat sedunia.
Ilustrasi dokumentasi foto : Reps-id.com.
Salamsalaman
TD