SUARA HATI GURU HONORER SBU#17

Pahlawan, Pendidikan43 Dilihat

 Setitik  Impian

Oleh : Kusmalenda,S.Pd.I

Namaku adalalah Kusmalenda S.Pd.I lahir th 1980,bapakku bernama Samiul Basir , Ibukku bernama ‘Imunisah dan suamiku bernama M.Rozak Hamza,kami memiliki  empat orang anak.Anak pertama bernama Gagah Hamza lahir th 2004,anak kedua si kembar bernama Gilang Hamza & Galang Hamza lahir tahun 2008,dan anak ke empat bernama Gema Hamza lahir pada th 2014.

 

Pada tahun 2002 saya lulus S.I PAI dari Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Curup (STAIN Curup),tidak berselang waktu saya menikah dengan Seorang lelaki idaman hati yaitu M.Rozak Hamza,Setelah kami menikah,waktu itu kami menetap di curup,tinggal di sebuah kontrakan kecil didaerah curup,kebetulan suami masih menempuh pendidikan semester akhir.Dengan kondisi ekonomi yang seadanya membuat kami mengambil sebuah keputusan pada awal tahun 2004 untuk pulang kampung suami saya yaitu di Desa Tanjung Agung Kec.SBU Kab.Rejang.Lebong Prov.Bengkulu

 

Walapun pada saat itu kuliah suami belum selesai.Sang suami memutuskan untuk mengambil Cuti Kuliah dan Sayapun menyetujui keputusan suami tersebut.Akhirnya saya dan sang suami pulang ke Desa Tanjung Agung. Di Desa Tanjung Agung,kami tinggal bersama Mertua (serumah dengan orang tua Suami).

 

Pada pertengahan tahun 2004 lahirlah putra pertama kami yang bernama Gagah Hamza,dengan hadirnya putra kami,kami sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Allah swt Tuhan Pencipta Alam dan merasa sangat bahagia dengan hadirnya bayi kecil  sehingga terciptanya keluarga kecil bahagia ,walaupun kondisi beban hidup sangat sulit bagi keluarga kami,dengan hadirnya Si buah hati,keadaan sulit bisa terobati.

 

Di akhir tahun 2004 dengan musyawarah kecil antara saya dengan sang suami,kami punya inisiatif untuk hidup lebih mandiri,mempunyai tempat sendiri.alhasil kami mencari warga kalau ada yang menjual seng bekas,dengan bertanya keliling Desa akhirnya ada yang mau menjual seng bekas.Kebutuhan atap terpenuhi,selanjutnya kami mencari batang kelapa dan batang Durian untuk dijadikan sebagai bahan pembuatan pondok kecil kami.kebetulan sang mertua mempunyai lahan yang bertempat di ujung desa setempat yaitu Ujung Desa Tanjung Agung.Sehingga awal tahun 2005,dengan berbekal seng bekas dan kayu batang kelapa dan bantuan keluarga besar sanak Family dengan bergotong royong.akhirnya berdirilah sebuah gubuk kecil yang bertempat di ujung desa yang saat itu sangat jauh dari keramaian.

 

Hari demi hari kami lewati,membina Rumah Tangga dengan kesederhanaan dan dengan keadaan ekonomi yang sangat sulit karena kami tidak punya lahan berkebun,tapi bila musim kopi tiba kami sangat bersyukur karena saudara  /Family selalu berbaik hati dan menawarkan kami bisa numpang mutir kopi mereka.Terkadang dapat kopi lima karungan, setelah ditumbuk lalu di jual,dan uangnya untuk persediaan dan kebutuhan sehari-hari untuk keluarga kecil kami .

 

Saat musim kopi sang suami bekerja serabutan terkadang sebagai buruh ojek kopi dari ladang-ladang para petani (Warga)dengan bermodal motor pinjaman dari kakak Ipar (Kasumo).Alhamdulillah kami bersyukur  memiliki keluaga yang sangat mulia dan baik hati .Semoga Alllah selalu memberi kesehatan kepada keluarga besar kami Aamiiin yarabbalalamin.

 

Pada awal tahun 2005  juga dengan bermodalkan ijazah S.I PAI. Saya memberanikan diri untuk mwnjadi bagian dari tenaga honorer di SD Negeri  41 Desa karang pinang yang pada saat itu kepala sekolahnya adalah bapak Moh Yamin yang berasal dari Desa Lubuk Alai…alhamdulillah saya diterima dan di sambut dengan tangan terbuka,sebagai guru agama dari kelas 1 hingga Kelas 6,sekaligus merangkap sebagai guru kelas 5 ( Wali Kelas 5) karena saat itu sekolah masih kekurangan tenaga pengajar yang kebetulan saat itu SD Negeri 41 Karang Pinang tidak memiliki guru agama.

 

Petualangan baru segera di mulai.saya mengajar di salah satu sekolah tingkat Dasar di Desa Karang Pinang,Kecamatan Sindang Beliti Ulu.Dulu nama Sekolahnya SD Negeri 41 Karang Pinang.Kalau sekarang namanya sudah ganti menjadi SD Negeri 94 Rejang Lebong.Mungkin sudah lebih dari 16 tahun lamanya .Kalau di hitung dari sekarang.Saya menjalani Profesi sebagai guru honorer dari 01 September 2005 sampai Sekarang .

 

Sebulan sebelum saya masuk sebagai Guru honorer,ada  guru yang daftar sebagai guru honerer saat itu yaitu “Pak Usman Alamsyah,A.Ma.Yang akrab saya Panggil ” Pak U’k”.Saat itu di SD Negeri 41 Karang Pinang Guru yang honor diantaranya:Pak Yubahar yang akrab di Pak Ul,Pak Sudirman yang akrab di Panggil Pak Dar,Pak Usman Alamsyah yang akrab di Panggil Pak U’k dan terakhir Saya Sendiri yaitu Kusmalenda yang akrab di Panggil Ibu Malenda.Sedangkan Kepala Sekolahnya di Jabat oleh Bapak.Moh Yamin yang akrab di Panggil Pak Yamin.Guru yang PNS lain Pak Amir dan Ibu Lolita.

 

Banyak suka ataupun duka yang kami alami saat itu sebagai guru honorer.Dukanya kami berempat pernah tidak  menerima gaji 4 Bulan.Karena saat itu masih Dana Komite.Menuggu wali murid bayar lamanya mintak ampun.Kadang-kadang ada yang bayar ,Kadang -kadang ada yang tidak bayar.Sering juga saat terkumpul,kalau di bagikan dengan kami honorer jumlahnya tidak sampai Rp.100.000,- Per Guru Honor.Saat itu termenung lah Pak Yamin.Selaku Kepala Sekolah.

 

Setelah berpikir lama Pak Yamin,belum membagikan dengan kami Selaku guru honorer.Dalam hati Pak Yamin”di bagikan tidak seberapa,tidak di bagikan salah”.Dalam keadaan bimbang,Pak Yamin mendapat Informasi dari Dikbud bahwa akan ada Dana Bantuan kesekolah dari Pemerintah Pusat.Dana tersebut di namai dana BOS yang kepanjangannya Bantuan Operasional Sekolah.Dana tersebut bisa di Alokasi untuk membayar gaji guru honor .Pak Yamin  pun menceritakan kepada kami berempat selaku guru honor.Kami pun menyambut dengan gembira.Dalam hati kami saat itu,sangat senang karena honor kami akan di bayar”Akhirnya gaji kami di rapel,Setelah di hitung-hitung dengan penuh pertimbangan secara  matang,dapatlah kami Rp.250.000 Perbulan.Untuk setiap guru honorer.

 

Saya dan kawan-kawan menjadi tenaga pengajar disana,kekeluargaan pun sangat kami rasakan.Mungkin karena merasa senasib,seperjuangan dan sepenanggungan.saya masih ingat sekali waktu saya masih mengajar di sana.Pulang mengajar saya membantu sang suami macam-macam,Yah memang tanpa bisa di pungkiri,manusia selalu kekurangan.Tapi itu saya lakukan,supaya tidak terlalu terbeban akan status saya sebagai guru honorer.Saya selalu melakukan aktifitas mengajar ngaji,membantu ayuk ipar di kebun dan lain sebagainya.

 

Sedangkan cerita gembiranya,setelah sekitar 8 Bulan Honor,Kami bertiga mendapat Tunjangan GTT (Guru Tidak Tetap ) dari Dikbud yang jumlahnya Rp.300.000 Per bulan.Yang di bayar melalui Kantor POS.Untuk yang terjaring GTT.Alhamdulillah,Saya Kusmalenda ,Pak Sudirman dan Pak Usman Alamsyah.Sedangkan Pak Yubahar alias Pak Ul tidak terjaring.Usut punya usut ternyata data Pak Yubahar tidak di laporkan sebagai tenaga honorer di Dikbud,karena Pak Yubahar melamar guru honor tanpa Ijazah.Menurut cerita beliau ijazahnya ikut kebakar saat Rumah Orang Tuanya kebakaran.Mendengar cerita tersebut sedih juga dalam hati kami.Akhirnya kami iuran bertiga kalau di bahasa lembak”ubat asek a”(ikut merasakan/mencicipi).Kekompakan kami pun tetap terjaga.

 

Saat honor,saya juga pernah mengikut Tes CPNS,kalau tidak salah di tahun 2006,hasilnya pun saya gagal.Rasa kecewa yang mendalam yang saya alami saat itu.Akhirnya karena kekecewaan yang mendalam,saya kembali ke sang pencipta Sholat 5 Waktu,di tambah Tahjud.Rupanya,jika pikiran kita kacau,kalut berserah dirilah Kepadanya.Yaitu sang Pencipta (Allah Swt),Pikiran kita akan damai kembali.Kesimpulan saya saat itu hanya kepada Allah lah tempat saya mengaduh supaya lebih kuat dan tegar menghadapi keaadaan.

 

Menjadi guru honorer terus saya jalani,Dengan upah sebagai guru honorer yang tak seberapa bahkan seringkali upah tersebut telat diberikan,maka saya sering mencari alternatif lain dengan upahan di kebun.aktifitas mengajar sebagai guru honor tetap di jalani.Dalam hati supaya Ilmu Guru (mengajar) tidak hilang.Saya sangat berharap untuk kedepannya bisa di ikutkan untuk mengikuti program P3K karena hanya itulah harapan umur sudah 41 Tahun otomatis tidak bisa mengikuti Tes CPNS lagi.Hanya harapan ada Prekrutan secara Otomatis bagi guru honor yang usia di atas 35 Tahun itulah lagi.Mungkin hanya itulah sedikit cerita saya selaku guru honorer di Kecamatan Sindang Beliti Ulu,kabupaten Rejang Lebong,Propinsi Bengkulu…Tetap Optimis demi anak bangsa

Salam Literasi

Kusmalenda,S.Pd.I

Tinggalkan Balasan