Kembali Belajar di Tiongkok

Humaniora85 Dilihat

“KEMBALI BELAJAR DI TIONGKOK”

Oleh: RUSTININGSIH, S.Pd., M.Eng.

Finalis Guru Berprestasi Jenjang SMP Tahun 2018

Kepala SMP Negeri 1 Nunukan, Kalimantan Utara

Rustiningsih

AKU INDONESIA…jangan diragukan lagi. Meskipun berada di daerah perbatasan, tepatnya di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara, AKU TETAP CINTA INDONESIA. Tapi aku tidak menutup diri untuk terus menambah ilmu dan wawasan dari negara tetangga terdekat daerahku Malaysia maupun dari negara lain, termasuk Tiongkok, walau tinggal di perbatasan aku tak mau terbatas.

Pengalaman belajar di Tiongkok, diawali tahun 2014 saat bersama Gubernur Kalimantan Utara, Bupati Nunukan dan rombongan dalam rangka mempelajari pemanfaatan air sebagai pembangkit tenaga listrik untuk mengatasi permasalahan banjir di beberapa daerah di Provinsi Kalimantan Utara dengan pembuatan bendungan. Selama 10 hari kami mengunjungi beberapa kota yaitu Shanghai, Guiyang, Beijing, Shenzhen, dan Hongkong. Hasil yang didapatkan adalah budaya kerja keras dan disiplin dalam bekerja serta pemanfaatan daerah pegunungan/batuan untuk dijadikan bendungan dengan memanfaatkan teknologi.

 

Selanjutnya pada tahun 2016  bersama suami tercinta Ilham Zain dan beberapa guru dan dosen dari beberapa daerah di Indonesia, mendapat undangan untuk mengikuti Pelatihan Dwi Bahasa dan Dwi Budaya Kelas Indonesia untuk guru dan dosen di  Jinan University, Guangzhou selama 30 hari. Undangan tersebut merupakan kerja sama antara Indonesia Tionghoa Culture Centre (ITCC) Surabaya dengan pihak kampus untuk memperkenalkan bahasa Mandarin dan budaya Tiongkok ke beberapa negara termasuk Indonesia dalam pengembangan One Belt One Road (OBOR). Alhamdulillah terpilih sebagai salah satu guru dan suami sebagai salah satu dosen di daerah mendapat Surat Tugas Dinas Luar (DL) dari Pemerintah Daerah belajar di Tiongkok.

 

Hasil yang didapatkan selama belajar di kampus adalah disiplin dalam belajar dan harus hadir tepat waktu, karena dosen 30 menit sebelum jam belajar sudah berada di kelas. Selain itu karakter cinta bahasa dan budaya sangat kuat terlihat dengan penggunaan bahasa Mandarin saat belajar, namun tetap kami didampingi oleh mahasiswa Indonesia yang belajar di kampus tersebut. Untuk mengatasi kejenuhan belajar di kampus mulai dari jam 08.30 – 21.00 waktu Guangzhou yang sama dengan Waktu Indonesia Tengah (WITA), setiap 2 hari sekali kami diajak panitia untuk kunjungan wisata budaya.

KEMBALI BELAJAR DI TIONGKOK….dengan rasa percaya tidak percaya, pada tanggal 25 Januari 2019, aku mendapat telpon dari Mba Isti dari GTK Dikdas bahwa mendapat kesempatan untuk menjadi peserta Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan ke Luar Negeri yang merupakan program dari Kementerian Penddikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, dan ternyata aku diberi kesempatan kembali belajar di Tiongkok.

 

Setelah melengkapi persyaratan yang harus disiapkan, sesuai jadwal akhirnya tanggal 27 Februari 2019 menuju Jakarta untuk mengikuti pembekalan selama 4 hari. Saat pelepasan peserta pelatihan yang dihadiri Bapak Menteri Prof Dr. Muhadjir Effendy, M.AP., beliau berpesan agar memanfaatkan kesempatan belajar ke luar negeri melalui pelatihan ini dengan sebaik-baiknya, dan dapat menularkan ilmu yang diperoleh kepada rekan guru lainnya, serta menerapkan dalam pembelajaran di daerah masing-masing.

 

Sedangkan pesan dari Bapak Dr. Praptono, M.Ed. (Dirjen pembinaan Guru   Pendidikan Dasar , Dirjen GTK), bahwa Pelatihan guru ke luar negeri merupakan apresiasi dalam rangka peningkatan kompetensi bagi guru yang telah mengabdikan dirinya dengan penuh tanggung jawab dan berdedikasi serta memiliki prestasi dalam melaksanakan tugas sebagai guru. Jadilah Guru Indonesia sebagai Agen Perubahan,  menjadi tekad kami sebagai guru yang diberi kesempatan belajar ke luar negeri.

 

Belajar di Tiongkok kali ini terasa special karena bersama 50 orang guru-guru hebat dari seluruh Indonesia dan pendamping dari Tim GTK Dikdas yang luar biasa Mas Hery Azhar Djafar dan Mba Rohmi Nurwiyati Suwandi. Pada tanggal 3 Maret 2019  dini hari, kami terbang dari Bandara Soekarno Hatta menuju Hongkong, kemudian ke Nanjing, dan dilanjutkan menuju Xuzhou, Jiangsu. Tiba di kampus China University of Mining and Technology  (CUMT) pada jam 24.00 waktu Xuchou dengan suhu dingin kami menuju Dormitory untuk beristirahat. Keesokan harinya bersama kurang lebih 250 orang guru dari Indonesia dari berbagai kampus, kami mengikuti kegiatan Opening Ceremony.

 

Sejak hari ke-3 sampai hari ke-21 belajar di Xuchou banyak sekali pembelajaran dan pengalaman yang kami peroleh antara lain:

  1. Mendapatkan pengalaman penerapan tentang Pembelajaran HOTS dan STEM yang terintegrasi dengan ICT
  2. Mendapatkan konsep pembelajaran yang memadukan antara kearifan lokal dan teknologi terkini
  3. Mendapatkan tambahan wawasan dan pengembangan proses mengajar yang menyenangkan
  4. Mendapatkan pengalaman tentang kehidupan dan karakter masyarakat negara maju, namun tetap menjaga dengan baik budaya dan sejarah nasionalnya.

 

Beberapa hal yang tak akan pernah dilupakan adalah kebersamaan dan kekompakan kami semua layaknya keluarga besar bersama para pendamping baik dari Tim GTK Dikdas maupun dari Tim Fasilitator CUMT. Di sela-sela kegiatan belajar di kampus, mengamati proses pembelajaran dengan penerapan STEM dan HOTS di  sekolah-sekolah mulai dari jenjang SD sampai SMA, dan kunjungan tempat wisata dan budaya di Xuchou, kami selalu bersama.

 

Memanfaatkan waktu yang masih tersisa setelah Closing Ceremony, kami mengunjungi Tembok China (Great Wall) di Beijing,  yang merupakan bangunan tembok besar didirikan pada zaman dahulu untuk pertahanan dari Bangsa Mongol. Penuh perjuangan untuk mencapai puncaknya, dengan sekuat tenaga dan penuh semangat akhirnya bisa sampai di puncak dan berfoto bersama dengan teman-teman.

 

Selain itu kami mengunjungi Tian An Men,  yang merupakan tempat persemayaman terakhir Presiden pertama Republik Rakyat China, Mao Zedong. Sebelum kembali ke Xuchou kami menuju Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Beijing. Setelah dari KBRI kami ke Forbidden City atau kota terlarang adalah tempat tinggal para permaisuri, selir, anak-anak Raja sampai dengan kasim. Forbidden City juga termasuk sebagai situs warisan dunia yang ditetapkan oleh UNESCO. Sekitar jam  14.35 waktu Beijing kami kembali ke Xuzhou dengan menggunakan kereta cepat. Tiba di Dormitory kami istirahat sejenak, kemudian persiapan kepulangan ke tanah air.

Hari terakhir jam 05.00 waktu Xuzhou,  bus CUMT siap mengantarkan rombongan menuju stasiun kereta. Rasa senang akan kembali ke tanah air berkumpul dengan keluarga berbaur dengan rasa sedih akan berpisah dengan saudara baru di Xuzhou yaitu para fasilitator dari CUMT (Jianjun Chen,  Yan Wang,  Abdul Rahman Barman, Pateson Vades, dan Chano Sima) yang bahkan mengantarkan kami sampai di Bandara Nanjing, tidak terasa sampai meneteskan air mata.  Terima kasih atas pengorbanan waktu, pikiran  dan tenaganya, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan pihak kampus CUMT.

 

Setibanya di tanah air peserta pelatihan melaksanakan refleksi, finalisasi laporan akhir individu dan kelompok, finalisasi rencana tindak lanjut hasil pelatihan, dan perwakilan dari peserta mempresentasikan hasil kegiatan pelatihan,

 

Akhirnya kami kembali ke daerah asal masing-masing. Terima kasih kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Dirjen Pembinaan Guru  Pendidikan Dasar , Dirjen GTK, yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk mengikuti pelatihan ke Luar Negeri. Semoga ilmu yang kami terima menjadi berkah dan dapat mencerdaskan serta mampu mendukung Penguatan Pendidikan Karakter anak bangsa…..Aamiin

 

Salam……#guruIndonesiaagenperubahan

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan