Pagi itu adalah hari pertama masuk sekolah pada tahun pelajaran baru, 2016/2017, kami berangkat ke sekolah dengan penuh semangat. Terjalnya perjalanan sudah biasa lagi bagiku. Aku percaya driver-ku sangat tapis mengatasi bagian-bagian jalan yang terjal. Namun aku tetap memilih turun dulu dari sepeda motor di bagian jalan yang ekstrim. Semua itu aku anggap seni dalam perjalananku ke tempat tugas.
Sesampainya di sekolah, sudah banyak orang yang berada di serambi kantor, ternyata mereka adalah para orangtua yang mendaftarkan anaknya ke sekolah kami. Mereka sedang antre untuk mendapatkan formulir. Hmm.. berarti hari pertama anak-anak siswa baru belum punya kelas dan belum bisa memulai aktivitas.Ya, karena hanya satu kelas jadi tidak usah melakukan pengelompokkan rombongan belajar.
Memanfaatkan kedatangan orangtua siswa, aku bertegur sapa dan memperkenalkan diri secara informal. Lalu mengundang orangtua untuk menghadiri rapat awal tahun pada hari Sabtu. Orangtua menyatakan kesiapannya untuk datang kembali ke sekolah satu minggu kemudian.
Sementara panitia PPDB melayani orangtua siswa, aku masuk ke kelas 8 bersama satu orang guru. Hiruk-pikuk pun mereda ketika kami masuk. Aku pandangi wajah-wajah polos anak kampung yang malu-malu itu satu persatu, ketika sang guru memperkenalkanku kepada mereka. Jumlah siswa yang hadir hanya dua puluh orang. Ketika ditanyakan oleh gurunya mereka menjawab bahwa ada anak yang pulang lagi, dan ada memang anak yang masih berlibur di rumah saudaranya di kampung lain.
Tibalah saatnya aku memperkenalkna diri secara lengkap. Anak-anak begitu antusias mendengarkan penuturanku. Tanya-jawab pun dimulai. Pertama aku menayakan Ketua Murid (KM) lalu Wakil KM. Alhamdulillah keduanya hadir. Namun ketika aku bertanya siapa ketua OSIS sekolah ini, mereka hanya saling pandang, tidak ada yang menjawab. Lalu guru menyampaikan bahwa di sekolah kami tidak ada Pengurus OSIS! Lho?
Kemudian aku bertanya tentang kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti para siswa. Lagi-lagi mereka diam. Lalu aku menyimpulkan bahwa mungkin tidak ada pula kegiatan ekstrakurikuler, dan sang guru pun mengiyakan. Hmm.. kasihan sekali anak-anak ini.
Aku mengajukan usul bahwa sekolah akan mengadakan kegiatan ekstrakurikuler Pramuka, karena Pramuka itu wajib dilaksanakan oleh setiap sekolah. Ternyata mereka menyambutnya dengan antusias. Bahkan tidak hanya pramuka yang wajib, nanti akan ada paskibra juga bagi anak yang bersedia saja. Ada keceriaan di wajah anak-anak ketika dibahas program-program itu. Apalgi setelah disampaikan bahwa bukan hanya dua kegiatan saja dalam ekstrukurikuler. Tapi akan ada klub IPA, dan English Club yang akan dibimbing langsung oleh Kepala Sekolah.
Selanjutnya aku pun masuk ke kelas 9. Kami membahas hal yang sama seperti di kelas 8. Kesimpulan yang didapat mereka pada umumnya antusias akan mengikuti program-program sekolah. Hanya satu dua anak yang kelihatannya apatis. Tidak apa-apa, toh tidak akan setiap anak memiliki ketertarikan akan program-program sekolah. Pasti ada alasan di baliknya.
Waktu menunjukkan pukul 11.00 siang. Setelah diberitahukan jadwal kegiatan untuk esok hari dan selanjutnya, anak-anak dipulangkan kembali karena kami harus mengadakan rapat di awal tahun pelajaran tersebut.
Panitia PPDB menyampaikan kabar gembira dalam rapat itu. Telah terjadi pelonjakan siswa pendaftar sampai hari itu ada lima puluh satu orang. Luar biasa! Ternyata target empat puluh siswa terlampaui. Alhamdulillah, berkat perjuangan tim gerilya yang sudah jemput bola ke rumah-rumah lulusan dari kedua SD yang ada di desa tersebut. Apresiasi luar biasa untuk panitia PPDB, dan mereka sangat senang dengan hasil jerih payah mereka.
Hmmm… mendapatkan 50 orang siswa baru saja adalah pencapaian luar biasa bagi kami sekolah kecil di daerah terpencil itu. Biasanya paling banyak hanya 30-an orang pendaftar. Selain penduduknya yang masih jarang, tingkat kesadaran orang tua akan pendidikan anak-anaknya pun masih rendah. Terbukti anak perempuan usia SMP sudah dinikahkan. Anak laki-laki pun diminta membantu mereka menggarap sawah dan ladang.
” Tapi Bu, maaf.” sang wakasek berkata
” Ya, kenapa , Bu Haji? sahutku kepada wakasek yang bernama Hj. Een. Dia guru yang masih belia tapi sudah berhaji karena pernah menjadi TKW di Arab Saudi delapan tahunan yang lalu.
” Alhamdulillah jumlah siswa mah bertambah, tapi bagaimana meja dan kursinya kurang,Bu? tanyanya.
” Oh ya, pastinya begitu yah, sudah didata berapa kekurangannya? tanyaku.
” Sudah bu kursi kurang 16 meja kurang 8.” sambungnya.
Alhadulillah, untuk kursi ada solusi. Penjaga sekolah siap memperbaiki kursi-kursi yang patah-patah kakinya. Setelah dihitung jumlahnya cukup. Namun meja hanya ada 18 buah. Kekurangannya delapan meja lagi.
Untuk itu aku mengusulkan solusi pemetaan ruang kelas dengan bentuk kelompok-kelompok belajar, dua meja bisa diisi oleh enam siswa. Begitulah solusi-solusi yang diambil untuk mengatasi tantangan tersebut.
Dalam rapat itu pun akau menanyakan harapan guru-guru tentang sistem penggajian. Mereka berharap ada kenaikan gaji dan bisa tiap bulan dibayarkan. Aku memberi pengertian untuk tarif per jam pelajaran sudah mengikuti kesepakatan di MKKS yaitu RP 25.000/ jam. Namun sistem pembayaran aku sampaikan akan diusahakan tiap bulan gajian. Mulai bulan Agustus, kenapa Juli belum dapat dibayaran? Karena keterbatasan keuangan keluargaku.
Aku sampaikan bahwa aku hanya sanggup menanggulangi satu kali gaji setiap bulannya. Dan merekapun sangat mengerti dan berterimakasih karena sudah ada terobosan perbaikan sistem penggajian di sekolahnya.
” Ya, Ibu, makasih banyak, segitu juga Alhamdulillah, Ibu mau mengusahakan agar gajian bisa tiap bulan, biar kami ngga ngebo-ngebon lagi, hehe..” Kata Bu een.
Tentang kegiatan pembelajaran, jadwal menggunakan yang sudah berlaku sama dengan sebelumnya. Ya tak apalah, sepanjang sudah mengakomodir semua mata pelajaran. Namun ada yang baru, aku bersedia mengajar Bahasa Inggris, sesuai bidangku. Tapi hanya kelas 9 saja. Para guru merasa senang karena belum ada guru Bahasa Inggris yang sesuai kualifikasi.
Bahasan selanjutnya adalah tentang kegiatan ekstrakurikuler. Kenapa selama ini belum ada kegiatan ektrakurikuler? Jawabnnya adalah SDM yang terbatas. Aku usulkan merekrut alumni yang akitf dalam pramuka dan masih bersekolah. Jawabannya ada, dua orang siswa SMA yang aktif dalam kegiatan pramuka. Diputuskanlah untuk meminang mereka menjadi pembina pramuka, sekaligus paskibra.
Aku dengar sekolah ini sudah lama sekali tidak pernah mengadakan upacara bendera setiap hari Senin, dulu suka bergabung dengan SD, namun karena sesuatu hal, sekarang tidak pernah lagi. Sangat disayangkan, bagaiman penanaman nilai petriotisme dan cinta negara bila tidak dipupuk melalui upacara bendera. Maka mulai Senin depan kami akan melaksanakan upacara bendera. Anak-anak petugas harus disiapkan, dilatih seadanya. Untungnya tiang bendera masih ada lengkap dengan bendera dan talinya.
Bahasan berikutnya adalah tentang program Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Untungnya untuk pelaksanaan MPLS para guru masih ingat kegiatan yang sama tahun-tahun yang lalu. Tiga hari ke depan adalah kegiatan MPLS bagi siswa baru dan kegiatan pembinaan karakter untuk kelas 8 dan 9. Guru yang hanya lima orang itu dibagi dua kepanitiaan, yang menangani siswa baru dan yang menangani kelas 8 dan 9.
Begitulah bahasan rapat ke-2 kami pada hari itu. Semoga kami dapat menyelesaikan masalah demi masalah yang kami hadapi dalam upaya memajukan sekolah kecil itu.
(Bersambung)
Woow .. mantul..
Makasih Bu sudah mampir…
Untung tiang bendera dan tiangnya masih ada ya Bu…
Siap berkibar sang saka merah putih
Iya Mas, masih untung hehe…
Hebat semangat guru guru di daerah terpencil dengan segala keterbatasan
Alhamdulillah, mereka pejuang2 , gudacil..
Luar biasa sekali perjuangannya.
Tetap semangat Ambu…demi mencerdaskan anak bangsa
Siap Bu Ai, makasih supportnya..
Luar biasa perjuangannya. Tetap semangat demi mencerdaskan anak bangsa.
Narasi dan gaya bercerita udah bagus. Luar biasa perjuangannya tuk memajukan sekolah. Mantap, Lanjutkan
Makasih pak Nana, wlpn ada salah2 ketik dimaklum aja ya, hehehe…