Menulis adalah kegiatan bersenang-senang. Mengolah pikiran yang bertautan erat dengan rasa, membawa kenikmatan tersendiri dalam kehidupan saya.
Saya harus jujur bahwasan diantara puluhan, bahkan ratusan penulis di website ini, barangkali saya yang tidak memiliki latar belakang Pendidikan S1. Saya hanya tamatan SMA, yang jauh dari kata sempurna.
Kendati jauh dari kata sempurna, saya bermodalkan nekat untuk belajar bidang apa saja. Tujuan saya belajar otodidak adalah ingin membuktikan kepada teman-teman saya, bahwasan tanpa pendidikan yang tinggi, saya pun bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri
Lastas apakah saya hanya bermodalkan nekat? Tentunya tidak! Karena selain nekat, ada komitmen untuk menjadi pemenang dalam kehidupan saya. Prinsip hidup saya “Tabrak aja” urusan benar dan salah bisa diperbaiki.
Mengambil filosofi belajar seorang anak kecil, saya pun terus menulis apa saja yang terlintas dalam benak saya. Selain menulis, salah satu kegiatan yang menyita perhatian dan waktu yang saya miliki adalah membaca.
Bacaan favorit saya adalah Filsafat. Entah kenapa, ketika saya mengunjungi toko buku, hal yang menarik bagi saya adalah buku-buku yang berkaitan dengan Filsafat dan Psikolog.
Lambat tapi pasti, saya terlanjur jatuh cinta dengan ukiran aksara. Membaca dan menulis adalah menu favorit saya selama 5 tahun. Di saat teman-teman saya mengajak bermain, saya selalu mencari alasan. Semakin banyak alasan, banyak teman saya pergi tak tahu rimbanya.
Tak masalah, karena saya sudah menemukan dunia saya. Dunia saya adalah latihan menulis, sembari membaca buku apa saja. Kebiasaan menulis membawa kenikmatan tersendiri dalam keseharian saya.
Bahkan sampai saat ini, jurnal harian saya masih tersimpan rapi yang tebalnya kalau dibukukan bisa menghasilkan 3-4 karya. Tapi, saya tidak akan menodai persahabat saya dengan jurnal harian yang selalu menemani saya.
Jurnal harian saya menjadi saksi bisu, di mana saya jatuh cinta, merasa tak puas dengan keadaan, lingkungan dan kegelisahan yang selalu tersaji dalam kehidupan bersama.
jatuh bangun saya lalui hanya untuk latihan menulis jurnal harian. Semangat mencari tahu adalah kunci bagi saya hingga saat ini.
Entah kenapa, sehari tanpa mengulik aksara, rasanya ada yang hilang dari hidupku. Barangkali, jurnal harian adalah cinta pertama saya. Cinta di mana saya menyimpan segala peristiwa yang menyenangkan, maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.
Hari ini adalah 6 tahun saya latihan menulis di jurnal harian. Perjalanan mesin kordoba waktu yang sangat panjang dan lama. Tidak serta merta menjadikan diri saya sebagai penulis yang merasa puas. Karena ketika ada rasa kepuasan dalam diri saya, maka saya akan berhenti menulis.
Menulis tidak pernah mengenal batas usia dan latar belakang pendidikan apapun. Karena untuk menjadi pemenang dalam kehidupan, saya dan anda harus menjadi orang yang tidak tahu apa-apa.
Saya selalu merasa bodoh dan lapar untuk terus belajar menulis dan membaca. Meskipun saat ini saya sudah menghasilkan 3 buah karya dalam dunia cetak (Konvensional), maupun media digital (Online) yang tercecer di beberapa Website, seperti: Kompasiana, Pep News, blog pribadi, YPTD, dan beberapa majalah swasta. Pencapaian ini tidak mengendorkan semangat saya untuk terus belajar menulis dan membaca.
5 tahun yang lalu saya tidak mempunyai apa-apa untuk dibanggakan, tapi sekarang saya boleh berbangga. Karena saya sudah memiliki jejak literasi secara konvensional (cetak) dan Digital (Online).
Kawan, apa yang saya ulik dalam artikel ini, hanya sebagai mediasi/sarana edukasi bagi rekan-rekan yang tidak pernah mencicipi dunia Perguruan Tinggi untuk tetap semangat dalam mencari.
Tentunya, filsuf Plato dalam etika Nikomachea mengatakan bahwa, pencarian tertinggi dan terakhir dari manusia adalah kebahagiaan.”
Kira-kira model kebahagiaan yang seperti apa? Berbicara mengenai kebahagiaan, setiap orang punya versi. So, jangan merasa minder dan takut untuk bersaing dalam bidang apapun. Karena tugas dan tanggung jawab kita adalah memajukan literasi Indonesi.
Salam literasi.