G U R U S A K T I
Sri Saktiani
“Wariskan ilmu dengan menulis buku” (SAKTI)
Alhamdulillah bersyukur sangat bahagia terenyuh meminjam bahasa Satria Dharma penggagas gerakan literasi Indonesia, mengistilahkan upaya memotivasi guru supaya produktif menulis dan membukukannya adalah sebuah jihad.
Kita semua wajib sepenuh hati mendukung.
Buku antologi GO TULIS Antologi kolom pertamaku bukti guru berpotensi mempunyai kemampuan untuk berkarya. Semua guru yang menulisi dibuku ini adalah peserta webinar GO TULIS.
Dalam waktu kurang dari duapuluhempat jam mampu menghasilkan tulisan berupa kolom minimal duaratuslimapuluhkata.
Semua patut disebut pelopor penggerak budaya literasi.
Dengan menulis menjadi bukti semua telah berhasil melampaui batas.
Tantangan mengalahkan rasa ketidak percayaan diri serta keengganan untuk tulisannya dibaca oleh orang lain.
Kenyataan selama ini guru Indonesia dinyatakan rendah kompetensinya.
Peluncuran antologi ini bagian upaya mendobrak anggapan tersebut.
Butuh keberanian memunculkan potensi diri yang selama ini jarang ditekuni.
Potensi Indonesia sebagai negara dengan guru penulis terbanyak didunia butuh tangandingin mengoptimalkan peluang tersebut.
Tantangan bagi kita mengambil peran menjadikan Indonesia sebagai bangsa
yang paling gemar membaca dan paling gemar menulis ( most literate nation). Satria Dharma dalam kata pengantarnya di ‘Catatan
Cinta untuk IBU’ menyatakan Islam adalah agama yang mewajibkan umatnya untuk membaca dan menulis. Jadi sebenarnya bangsa Indonesia sudah semestinya adalah bangsa yang paling membaca dan menulis, keduanya merupakan perintah wajib dalam agama islam.
Dapat disimpulkan sebenarnya membaca dan menulis adalah roh dan napas dalam ajarani Islam.
Tapi statistik dari University of Connecticut teryata menyatakan sebaliknya untuk urusan mostliterate nation Indonesia diperingkat 60 diantara 61negara. Berarti ada peluang menggerakkan guru menulis.
Profesi guru yang sangat mulia dapat dipastikan sehari-hari akrab dengan kegiatan literasi. Peluang bagi guru memantaskan diri sebagai teladan bagi peserta didiknya, bahkan menjadi sebuah kebutuhan. Mengingat tugas utama guru menjadikan peserta didiknya berkemampuan dan memiliki keterampilan tinggi dimasa dunia modern.
Selama ini untuk bisa naik pangkat guru harus memenuhi syarat memiliki karya tulis. Hikmah dibaliknya mengandung harapan guru termotivasi, semangat menulis.
Jika tidak menulis karir guru akan terancam. Materi atau bahan penulisan sebenarnya tidak perlu kebingungan mencari-cari.
Keseharian guru tatap muka dengan peserta
didik merupakan bahan tulisan yang tak kan habis dalam pembahasan. Oleh karena itu guru wajib menjadi pelopor, motivator, inspirator, juga creator dibidang literasi.
Hamasah, Fastabiqul khairat. Salam literasi, barakallah Aamiin.
Catatan:
Sakti penggagas Gerakan Online(GO) Tulungagung
Menulis (TULIS) 13-14 Oktober 2020.
GO TULIS diakui oleh Kunjung Wahyudi, Ketua Komnasdik Jawa Timur dan CEO MEDIA GURU, merupakan kegiatan menulis bersama yang pertama di provinsi Jawa Timur yang melibatkan dua instansi yaitu Dinas Pendidikan dan Olahraga serta Kantor Kementerian Agama Tulungagung. Semoga berkelanjutan membawa kebarakahan kebersamaan mewujudkan Tulungagung sebagai Pelopor Kabupaten Literasi Aamiin