Belajar dari sebatang Lilin oleh Dra.Nurmariana

Terbaru436 Dilihat
Setiap makhluk hidup di dunia ini selalu akan mengalami yang namanya  mati sebagaimana firman Allah dalam Quran Surat Al-‘Ankabut ayat 57 yang berbunyi: Kullu nafsin dzaiqotul maut yang artinya tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Hanya saja kita tidak tahu kapan  ajal menjemput. Sebagaimana jodoh, kelahiran, dan kematian itu rahasia Allah.
Pasangan muda-mudi yang sudah lama berkenalan pun belum tentu jodoh yang akan berakhir di pelaminan depan penghulu. Tak ada yang tahu jodoh kita itu siapa. Tak ada yang tahu kapan dirinya akan dilahirkan dan tak bisa memilih dari rahim seorang ibu yang mana. Atau seorang ibu yang sudah ditentukan oleh dokter bahwa pukul 12.30 akan melahirkan anaknya namun bila belum saatnya dan seizin-Nya maka tetaplah sang ibu tadi belum bersalin atau melahirkan anak. Begitu pula dengan kematian. Tak ada seorang pun yang akan tahu kapan dirinya akan mati menghadap Allah SWT walaupun  musibah kecelakan yang dialaminya  dan berhari-hari dalam keadaan koma pun bila belum saatnya menghadap Sang Mahakuasa maka belumlah dia dinyatakan sebagai mayat atau jenazah.
Nah, kalau masalah jodoh atau kelahiran itu merupakan pekara yang menyenangkan bagi yang mengalaminya. Namun berbeda dengan rahasia Allah SWT yang  namanya kematian. Sebagian orang menyebut kematian dengan pekara yang menakutkan. Apalagi bila dirinya di dunia sudah mengalami kesengsaraan, pastilah mereka beranggapan di akhirat nanti akan lebih sengsara atau sebaliknya. Nah bagaimana agar kematian kita tidak menjadi sia-sia?
Berikut ini ada beberapa tips yang harus dipersiapkan bila kita akan pulang ke kampung halaman atau mudik yang abadi. Tirulah sebatang lilin.
1. Rela Berkorban
Sebagaimana kita ketahui bahwa lilin merupakan penerang dalam kegelapan.  Sosok lilin akan merelakan dirinya hancur demi keberlangsungan kehidupan orang-orang di sekitarnya agar terus dapat beraktivitas. Agar mati kita tidak sia-sia maka kita pun harus rela berkorban untuk orang lain. Sebaik-baiknya manusia adalah dia yang banyak manfaatnya bagi orang lain. Maka janganlah pelit bila ada orang yang minta pertolongan dan membutuhkan diri kita. Orang akan mengenang kebaikan kita bila kita sudah tiada. Sebagaimana  peribahasa mengatakan gajah mati meninggalkan belang maka manusia mati meninggalkan nama tentu saja  hal-hal yang positif  yang akan dikenang orang.
2. Mudah Mencair
Sebagaimana sebatang lilin akan mudah mencair bila dipanaskan maka kita pun hendaknya dalam pergaulan semasa hidup ini bisa meniru sebatang lilin. Bila dalam pergaulan sehari-hari banyak yang memancing emosi kita cobalah dan berusahalah kita ingat sebagaimana sebatang lilin mudah mencair maka emosi kita pun akan terkendali tidak muncul ke puncak atau permukaan. Sebab bila kita tidak bisa mencairkan suasana panas menjadi dingin makan siap-siaplah akan petaka yang muncul berdasarkan gesekan-gesekan kecil. Perkataan akan menyakitkan orang lain karena tidak bisa mengendalikan emosi. Sakit hati yang dirasakan mungkin akan terbawa pada kematian sebab belum sempat minta maaf karena gengsi.
3. Mudah Membeku
Sifat lilin atau ciri khas sebatang lilin adalah bila mengalami panas dia mencair lalu berikutnya adalah membeku. Maka agar kita dapat menuju  kampung halaman abadi menjadi tidak sia-sia hendaknya kita mudah membeku. Bila  mendengar atau menyimak selentingan atau finah-fitnah diri kta dari orang lain maka janganlah kita perpanjang sebagaimana memanjangkan tali kelambu yang tidak berguna. Biarkan orang lain berkata yang tidak baik  tentang diri kita, namun selagi bisa diluruskan akan lebih baik diluruskan dan apabila tidak bisa bahkan akan menjadi bumerang atau perselisihan lebih baik kita bekukan dan jangan diungkit-ungkit lagi permasalahan tersebut. Lebih baik mengalah untuk menang.
Mari kita tingkatkan kualitas diri kita agar  tetap menjadi  sebatang lilin untuk kehidupan bersama. Semoga paparan singkat ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Salam literasi.

Tinggalkan Balasan