Rindu tertumpah di Lubuak Pandakian (Bagian 2)
Oleh: Lili Suriade, S.Pd
“Nah , sekarang ayo kita jalan, ini sudah jam 8.” Ajak Tasya yang sudah standby di atas motor. Kamipun melanjutkan perjalanan menuju Lubuak Pandakian. Di atas motor, Lia menelphonku.
“Vin..kamu sudah dimana sih?” Suara Lia dari seberang.
“ Aku..aku sudah lewat Bukit lontiak, gak tahu nih dimana nama lokasinya. Teman-teman apa sudah pada datang?” Aku balik bertanya.
“Iya, kita sudah lengkap. Tinggal nunggu kamu aja lagi. Apa kami duluan aja? Nanti kamu kan bisa susul sama temanmu?” Tanya Lia yang memang sudah tahu kalau aku pergi dengan Tasya, semalam aku sempatkan menelphon Lia.
“Oke. Kalian duluan aja, nanti aku akan susul.”
“Baiklah Vin..kamu hati-hati ya..!” Ucap Lia lagi.
“Okey.” Aku pun mematikan HP.
30 menit kemudian, kami pun sampai di sebuah kolam renang yang sepertinya masih baru dibangun.
“Apa ini tempatnya?” tanyaku sedikit kecewa.
“Gak..ini namanya “Kem”, bukan Lubuak Pandakian. Dulu ketika aku ke sini tempat ini masih belum dibangun. Malah di sini masih berupa rimba yang rimbun dengan pepohonan. Sesuai dengan tarif yang kami baca, kami pun membayar karcis masuk Rp. 5000.
“Berapa ya?” tanyaku pada panitia yang bertugas di meja penjualan karcis.
“Empat ribu saja kak.” Jawabnya
“Berapa? Empat ribu per orang?” Tanyaku lagi.
“Gak kak, hanya 2000 per orang kok.”
Aku hanya mengangguk-angguk tanda mengerti. Namun di dalam hatiku merasakan kekaguman yang luar biasa, sebab selama ini dimanapun tempat rekreasi yang kukunjungi, gak pernah semurah ini. Kalau 5000 biasanya itu baru parkiran aja. Padahal tempat ini gak kalah indahnya dengan wisata alam di luar sana. Tapi biarlah..semoga lokasi ini makin maju, harapanku.
“Tasya..minta roti dong, aku laper nih..!” Ucapku setelah kami melanjutkan perjalanan lagi. Sepertinya tempat ini sedang ramai dikunjungi masyarakat. Sepanjang jalan, aku berpapasan dengan orang-orang yang sepertinya baru siap mandi. Tentu saja mereka aku sapa dengan senyumanku. Karna kemarin ibuku wanti-wanti berpesan agar aku tidak sombong dan takabur, terutama saat di kampung orang.
Tasya menyerahkan sebungkus Sari Roti yang memang sudah kami beli di perjalanan tadi.
“Dengar ya Vin..sebentar lagi kita pasti sampai. Di sana kan kita Kempiang, berarti teman-teman lagi masak di situ.” Aku hanya mengangguk-angguk membenarkan perkataan Tasya.
“Hai..Yovin..??!” Beberapa teman memanggi namaku. Aku melihat dari seberang sungai mereka melambaikan tangan pada kami.
“Hai…semua…!” Teriakku sambil membalas lambaian tangan mereka. Ternyata teman-temanku hampir semua hadir. Aku melihat wajah-wajah yang sudah berubah, maklumlah kami sudah lama tak bertemu.
Sesampainya di dekat teman-teman sekelasku, aku langsung menyalami mereka satu persatu.Beberapa teman yang pernah dekat, malah memelukku.
“Yovin..?” Seseorang lalu memanggil namaku. Ketika aku menoleh aku langsung berteriak.
“Indaaaaaahhh…!” Kami pun saling berpelukan.
Aku tidak menyangka Indah teman satu gengku jauh-jauh dari Batam juga hadir.
“Ternyata Indah datang ya..” Ucapku dengan perasaan penuh bahagia. Aku sungguh tak menyangka Indah akan hadir di sini.
“Iya, semua demi rindu..” Jawabnya kemudian.
Setelah selesai memasak Tumis lompok Cubadak, sebuah makanan khas Sumpur Kudus, kami pun makan bersama. Unignya kami makan di atas daun pisang yang terbentang berjejeran di hadapan kami. Aku yang memang sudah lapar, langsung menyantap makanan itu dengan sangat lahap. Dalam waktu 10 menit saja semuanya ludes, yang tinggal hanya daun pisang yang kotor.
“Alhamdulillah..” Hendri sang ketua kelas kami berucap syukur sambil berdiri dari bersilanya. Ia terlihat kekenyangan. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju Lubuak pertama yang menjadi tujuan utama. Aku yang memang hobi berenang, langsung berlari ke dalam Lubuak. Asrinya air terjun, membuat pikiran menjadi tenang dan rileks. Kami seperti berada di sebuah taman sorga yang indah. Kami pun menikmati kebersamaan sore itu hingga tubuh menggigil. Tak lupa, semua itu kami abadykan melalui postingan di Fb dan WA. Perasaan rindu pada teman-teman se kelas, akhirnya bisa terobati.
Tepat jam 5 sore kami segera pulang. Lubuak Pandakian akan menjadi kenangan indah dalam hidupku.
SELESAI
Sumpur Kudus, 5 Februari 2021