Terbaru203 Dilihat

Artikel Lomba  Blog Guru

Hari              :    Jum’at

Tanggal         :    12  Februari 2021

Nama            :    Juni Hidayati, S.Pd

Unit Sekolah:    SMPN 2 Gemuh

 

 

KADO TERINDAH DI TAHUN 2020

 

Fifi adalah panggilan anak pertamaku.  Dia lahir di tengah keluarga yang sangat harmonis dan ideal.  Kelahirannya sangat dinantikan banyak pihak,  Suami, ibuku, Bapakku, semua bersuka cita menanti kelahiran Fifi.  Setahun berlalu setelah Fifi lahir.  Teman seangkatannya sudah bisa berjalan dan belajar berbicara.  Tapi, Fifiku, hanya bisa bilang “bedebah” untuk memanggil neneknya.  Ibuku sangat terpukul melihat cucunya belum bisa berbicara dan berjalan.  Dengan telaten Bapakku membimbing Fifi untuk berjalan,  Adik suamiku juga tidak kalah semangat memberi dorongan pada Fifi untuk berjalan.  Alhamdulillah Fifi bisa berjalan di usia 2 tahun. Usia 3 tahun dia sudah bisa berbicara terpatah-patah.

Sekolah Dasar dilalui Fifi penuh dengan lika-liku yang membuat jantung berdebar keras dan kepala pusing tujuh keliling.  Mulai dari penyakit flek sejak bayi yang memerlukan waktu cukup lama untuk sembuh.  Jajan yang tidak boleh sembarangan, jika sedikit saja perutnya terisi makanan yang mengandung pewarna dan pemanis buatan, maka penyakit  tipusnya akan kambuh.  Daya tangkap yang rendah sehingga dia harus tinggal kelas.  Siswa yang tinggal kelas ternyata memerlukan perhatian yang lebih karena ia dibuli oleh teman dan lingkungan.  Teman dan lingkungan cenderung menganggap dia anak bodoh sehingga tidak naik kelas.

7 tahun waktu yang dibutuhkan Fifi untuk menempuh jenjang SD. Lulus SD suamiku menginginkan Fifi bersekolah di SMP tempatku mengajar.  Kebetulan SMPku tergolong favorit.  Sebenarnya aku kurang setuju, mengingat kemampuan Fifi yang tergolong pas-pasan harus bersaing dengan siswa-siswi pilihan.  Tidak ada hujan, tidak ada petir, tiba-tiba aku mendapat surat mutasi pindah mengajar di sekolah pelosok yang lebih jauh dari tempat tinggalku.  SMP baruku kondisinya 150 derajat dibanding sekolah lamaku.  Bagaikan bumi dan langit perbedaan   sarana dan prasarana, kualitas muridnya.  Aku sangat terpukul menerima kenyataan yang harus kujalani.  Mengapa aku dipindah?  Pemerataan kualitas pendidikan, merupakan jawaban yang kudapat ketika aku bertanya pada pejabat yang memindahku.  Fifiku tidak jadi sekolah di sekolah favorit, kupindahkan dia di sekolah dimana bapaknya mengajar.

Suamiku merasakan susahnya mendidik Fifi, berfungsi sebagai ayah dan gurunya sekaligus.  Namun, Fifi berhasil menemukan jati dirinya di SMP ini.  Sedikit demi sekit prestasi Fifi mulai muncul.  Mendapat 3 besar di kelasnya.  Menjadi pengurus kelas, menjadi pengurus OSIS.  Meraih peringkat 10 besar dalam lomba Penulisan Karya Ilmiah tingkat kabupaten.

Maret tahun 2020 virus corona melanda Indonesia, semua kegiatan pembelajaran berlangsung dari rumah.  Penerimaan siswa didik baru juga berlangsung secara daring.  Fifi mendaftar dari rumah berharap mendapat SMA favorit.  Ternyata sistem penerimaan menguntungkan siswa yang berdomisili di dekat SMA favorit.  Harapan Fifi untuk sekolah di sekolah  impian terbang jauh, Suamiku kembali berperan membimbing dan membantu Fifi mencari sekolah yang diinginkan.  Alhamdulillah Fifi diterima di SMA yang cukup favorit di kotaku.

“Desember tanggal 22, hari Ibu dek,  Kita buat kejutan untuk Ibu yuk!”  Kata Fifi pada adiknya.  “Hadiahnya rahasia ya?  Jangan sampai Ibu tahu”  Kata Fifi lagi.  Aku tersenyum haru, membayangkan betapa banyak onak dan duri jalan yang harus kulalui untuk membesar Fifi.  Fifi sekarang menjadi puteri yang cantik, dewasa, cerdas, senang belajar, suka membantu tugasku membereskan rumah.  Menjadi kakak yang “ngemong” adiknya.  Menjadi anak yang berbakti pada orang tuanya,  Menjadi remaja yang peduli dan ramah pada tetangga.  Kini dia tengah mebuat suatu kejutan untukku di hari Ibu.  Kado terindah di tahun 2020.  Terima kasih ya Allah, atas amanah yang telah Engkau titipkan.  Semoga kami bisa menjaga dan merawat dua putri kami. Amin

 

Tinggalkan Balasan