MENGAJAR ANAK PAUD DI DOBO CARA MENCUCI TANGAN

Terbaru17 Dilihat

Ketika kapal perang KRI Banjarmasin bernomor lambung 592 melego jangkar menepis air laut Arafuru di Pelabuhan Dobo ibu kota kabupaten Kepulauan Aru di provinsi Maluku, kami tim Kesehatan dan gizi yang tergabung dalam ekspedisi NKRI 2017, Arung Samudera, bersiap-siap untuk bergiat melakukan penyuluhan bagi masyarakat di wilayah kota Dobo.

Lega rasanya bisa menginjakkan kaki di daratan, setelah semalaman berlayar dari Pelabuhan Yos Sudarso di kota Ambon menuju Dobo. Delepas apeliapan di dermaga Pelabuhan, kami dibawa ke rumah Dinas Bupati untuk menerima arahan dan informasi tentang kabupaten kepulauan Aru, berkenaan dengan pembangunan daerah, khususnya di bidang ekonomi, Pendidikan dan Kesehatan. Briefing berakhir menjelang waktu makan siang. Setelah makan siang, dengan menu tradisional “Papeda” yaitu sagu yang diolah bentuknya seperti kanji, dimakan dengan maskan ikan yang berkuah segar. Begitu nikmatnya makan di bukit dengan pemandangan laut lepas yang menghampar biru berkilauan membentang luas sejauh mata memandang di batas kaki langit. Hampir-hampir kami lupa kalau harus kembali ke kapal Menyusun rencana kegiatan untuk esok hariyang harus dipaparkan dalam briefing malam. Itulah kegiatan semua tim di setiap titik singgah ekspedisi ini.

Keesokan harinya tim gabungan Kesehatan dan Pendidikan menyasar kelompok-kelompok Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di wilayah kota Dobo. Ada tiga kelompok PAUD yang kami datangi. Selain bertukar informasi dengan para pengasuh PAUD, di salah satu kelompok kami juga diminta memberikan bimbingan pada anak-anak pra-sekolah ini. Topiknya makanan bergizi dan perilaku hidup bersih dadan sehat (PHBS). Awalnya kami bingung bagaimana harus berkomunikasi dengan anak-anak Balita alias bawah lima tahun ini yang berjumlah 10 orang dalam satu kelas.

Setelah berunding sejenak tim sepakat untuk memilih saya yang memberikan bimbingan. Itulah kali pertama saya mengajar anak balita, selama ini selalu melatih orang dewasa. Dalam keadaan sedikit gerogi saya berpikir keras bagaimana harus memulai. Tetapi akhirnya dapat juga ide untuk berkomunikasi dengan bocah-bocah ini. Memang dalam keadaan kepepet dimana adrenalin terpicu, timbul juga akal untuk keluar dari masalah.

Saat itu menjelang waktu istirahat bagi anak-anak. Di setiap meja anak-anak menghadapi tempat makan berisi bekal mereka dari rumah. Saya mulai dengan menunjukkan foto kapal perang NKRI Banjarmasin yang selalu kami bawa di setiap kunjungan. Lalu saya menanyakan siapa yang mau jadi tantara Angkatan Laut yang naik kapal perang seperti di foto itu. Hampir semua anak mengangkat tangan sambil riuh berteriak “saya….saya..”. Ada yang sangat bersemangat, ada juga yang sekedar ikut-ikutan karena melihat temannya mengangkat tangan. Kemudian saya bertanya lagi “siapa yang mau jadi dokter..??” kembali tangan-tangan mungil itu teracung dengan lengkingan suara saling bersahutan.

Kemudian saya mengatakan “bagus…kalau mau jadi tentara dan jadi dokter makannya harus banyak supaya badannya sehat dan cepat tinggi seperti om itu”  saya menunjuk seorang teman anggota tim yang memang tubuhnya tinggi besar. Sekarang waktunya makan, saya melanjutkan “ayo buka bekalnya” sambil berkeliling melirik isi tempat makan anak-anak. Saya melihat ada yang isinya nasi, sayur wortel dan ikan. Saya memilih bekal  ini kemudian mulai menjelaskan kalau nasi membuat tubuh kita kuat, ikan membuat tubuh cepat tinggi dan wortel membuat kita tidak pake kacamata karena kalau mau jadi tentara tidak boleh pakai kacamata. Itu tentang Gizi.

Untuk PHBS saya mengajak anak-anak keluar ke halaman, di situ ada kran air yang mungkin untuk menyiram tanaman. Saya meminta disediakan sabun, kebetulan di toilet ada sabun cair. Saya menunjukkan bagaimana cara mencuci tangan yang baik. Mulai dari membasahi tangan dengan air mengalir, menggosok telapak tangan dengan sabun, membersihkan sela-sela jari dan membersikan bagian di bawah kuku, kemudian membilasnya lagi dengan air. Saya meminta anak-anak itu menirukan satu persatu secara bergiliran . Mereka melakukannya dengan gembira penuh tawa. Setelah selesai semua mereka masuk kembali ke dalam kelas untuk makan bersama. Hal itu menjadi pengalaman yang menyenangkan dan berharga serta melekat erat dalam ingatan.

Program PHBS ini sebenarnya sudah lama diluncurkan pemerintah. Di sekolah-sekolah dulu ada program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Anak-anak diajarkan tentang perilaku hidup bersih dan sehat. Salah satu kegiatannya adalah mengajar mereka mencui tangan. Dis sekolah disiapkan tempat mencucui tangan, jika sehabis bermain, sehabis dari toilet, sebelum makan dan sebagainya. Namun nampaknya program ini tidak terlalu mendapat perhatian di banyak sekolah karena berbagai keterbatasan fasilitas, sehingga kurang berkembang. Andaikata kebiasaan mencuci tangan, beraktivitas fisik seperti olah raga, mengkonsumsi makanan bergizi seimbang serta menjaga berat badan normal sudah melekat sejak dini, apa yang dianjurkan pada masa pandemic Covid-19 ini tidaklah menjadi seolah-olah hal yang baru dan tidak sulit lagi masyarakat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan imunitas atau daya tahan tubuh untuk menangkal terpapar oleh virus dan berbagai kuman penyakit. (Abraham Raubun).

Tinggalkan Balasan