Rumah MeWah Gubuk Idaman

Terbaru16 Dilihat

 Rumah MeWah Gubuk Idaman

Pada hari keduapuluhtiga tantangan lomba blog “Menulis di Blog Jadi Buku” ini saya akan melanjutkan postingan saya yang kemarin. Kali ini judul yang saya tulis “Rumah MeWah Gubuk Idaman”. Pada postingan sebelumnya, saya menuliskan cerita saya mencari penghasilan tambahan dengan mengambil pekerjaan sampingan menjadi guru privat. Menjadi guru privat saya jalani karena memang honor yang saya dapatkan di sekolah belum cukup untuk biaya hidup sehari-hari dan ingin membantu suami mencari nafkah. Selain itu saya juga mempunyai keinginan yang ingin diwujudkan yakni mempunyai rumah sendiri. Pilihan menjadi guru privat juga saya anggap sebagai bagian dari caraku untuk menjemput rejeki dari-Nya.

Adanya suatu keinginan tersebut membuat saya dan suami semakin semangat bekerja mengumpulkan pundi-pundi demi terwujudnya keinginan. Membangun rumah membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Untuk itu kami cicil sedikit demi sedikit. Ketika sudah terkumpul sedikit kami cicil dibelanjakan bahan-bahan. Yang membuat saya tersenyum adalah ketika mengetahui ternyata suami sudah nyicil membeli batu bata jauh sebelum mengenal saya. Batu bata yang sudah lama dibeli sudah lebih dari cukup untuk membangun satu rumah dengan ukuran sedang. Bahan awet lainnya yang dicicil setelah batu bata adalah batu untuk pondasi. Kalau batu ini tidak beli karena kebetulan di belakang rumah mertua ada sebuah bukit yang digali untuk menimbun proyek pembangunan pasar. Tinggal mencari tukang untuk memecah menjadi ukuran lebih kecil. Pada waktu masih honorer di SD yang lama saya nekat ikut meminjam uang di simpan pinjam keluarga SD. Uang hasil pinjaman dibelikan besi sebanayak 100 lonjor.

Setelah terkumpul sementara batu bata, batu pondasi, dan besi kemudian mengumpulkan kayu untuk membuat pintu, cendela dan rangka atap. Lagi-lagi kayu juga tidak membeli, tinggal mecari tukang untuk menebang pohon yang ada di pekarangan dekat dengan rumah mertua. Meskipun tidak membeli juga harus mencari tukang untuk menebang dan membuat pintu, jendela dan rangka atap. Proses dalam membangun rumah tidaklah sebentar. Semua membutuhkan proses setahap demi setahap menyesuaikan dengan kamampuan. Setelah prihatin selama kurang lebih lima tahun mulailah membangun rumah diatas tanah yang dibeli bapak mertua untuk suamiku. Setelah kurang lebih 6 bulan proses pembangunan rumah kami anggap selesai. Sejadinya dulu yang penting sudah ada atap, pintu dan jendela.

Pada bulan Maret 2013 mulailah rumah tersebut kutempati dengan keluarga kecilku. Alhamdulillah meskipun belum sempurna rumah tersebut kami tempati. Rasa bahagia tentu kurasa. Keinginan yang dicita-citakan bisa terwujud. Sebuah rumah mewah (mepet sawah) gubuk idamanku yang  kuanggap sebagai istana bagiku. Jika menginginkan sesuatu tentu diwujudkan dengan usaha semaksimal yang kita punya. Selebihnya memohon kepada-Nya agar dipermudah dan dilancarkan. Selalu melibatkan Allah Insyaallah akan terasa jauh lebih mudah dalam menjalani.

Simak untaian kisah selanjutnya ya !

Salam Literasi,

Rofiana, S.Pd.

SD Pungkuran Pleret Bantul DIY

NPA 11041400010

Tinggalkan Balasan