Abraham Raubun, BSc, S.Ikom
Sejak usia dini kita sudah doakaran calistung alias baca, tulis berhitung. Hasilnya memang ada yang lebih terampil membaca, Ada yang handal dalam hal menulis dan ada yang Jago dalam berhitung bermain dengan angka-angka.
Kalau membaca nampaknya banyak yang suka terutama membaca WA atau lain-lain media. Membaca buku mungkin kurang terlebih jika diharapkan dengan halaman yang tebal.
Soal menulis pasti lebih sering dilakukan, terutama zaman sekarang entah merespon sapaan kawan di WA atau yang dianggap banyak mengundang perhatian.
Bermain angka banyak yang juara. Menambah atau mengalikan bisa dengan cepat dilakukan. Tapi lain halnya jika sudah berhadapan dengan yang namanya mengurangi apa lagi kurang atau membagi. Menghadapi kedua hal ini banyak orang tidak cepat melakukan tindakan atau lambat membuat keputusan. Banyak pertimbangan yang dipikirkan apakah ini menguntungkan atau merugikan.
Tapi ini memang kodrat yang sangat manusiawi. Pasti lebih dahulu memikirkan kebutuhan sendiri. Coba saja kita buktikan jika melihat foto bersama pasti wajah sendiri yang lebih dahulu dicari.
Lebih-lebih jika mendapat rezeki kebutuhan sendirilah yang akan lebih dulu dipenuhi. Meskipun ada juga yang segera menyisihkan bukan menyisakan untuk berbagi.
Indahnya berbagi bisa saja hanya berupa kata-kata Indah terpampang dipapan disepanjang jalanan. Alangkah indahnya hidup ini jika kita menerima berkah tidak melupakan mereka yang kena musibah.
Bukankah tangan diatas lebih baik dari pada tangan di bawah? Sekedar menyimak nasihat bijak
“If God blesses you financially, do not rise your standard of living, but rise your standard of giving”
Disetiap musibah yakinlah pasti juga ada berkah.