Literasi Mencegah Post Power Syndrom

Alam pikiran ini penuh dengan buku. Ya begitulah kehidupan semakin bergelora sejak 19 Agustus 2020 bergelut mesra bersama buku.

Buku dan buku saja nan dibahas setiap saat kecuali sedang terlelap. Sampai sampai ketika ada kiriman barang datang disatu malam terdengar siabang berteriak keras dari luar pagar

“Buku ada kiriman buku” .

Itulah suara yang terdengar. Bergegas keluar rumah menghampiri si abang kurir JNE.

“Ada kirimnan 15 kg Duku untuk Pak Thamrin Dahlan dari Ibu Rizka Irani Prabumulih”

Masya Allah. Ternyata Duku bukan Buku

Rasa syukur tak terhingga atas nikmat karunia Allah SWT  Tuhan Yang Maha Esa mengantarkan awak kepada kegiatan literasi bermanfaat.

Bisa jadi inilah takdir. Aktif Menulis sejak pensiun 2010 memberikan suasana kehidupan nan gemerlap tiada tara.  Inilah kehidupan baru setelah lebih 30 tahun berkutat pada pekerjaan abdi negara.

Bisa dibayangan bagaimana seorang Anggota Polri aktif berpangkat Komisaris Besar membunuh waktu ketika berubah status menjadi purnawirawan. Memang ada pekerjaan sampingan sebagai Dosen namun tetap saja masih tersedia waktu luang nan begitu panjang.

Boleh dikatakan terjerumus atau tepatnya dijerumuskan takdir menjadi seorang penulis. Bakat terpendam seorang anak keturunan minangkabau nan  menemukan suatu penghidupan baru meng asyie kan ketika pekerjaan  menulis itu menjadi hobby menyenangkan.

Seketika hilanglah kerisauan persoalan menghabiskan waktu luang. Tak sempat pula awak termenung dan tercenung di depan televisi ketika tak lagi punya kantor. Lenyap penyakit nan bernama post power syndrom nan acap melanda para pensiunan  bersebab kesibukan menulis walau belum menghasilkan uang.

Tak terasa hampir 11 tahun berselang. Membaca kemudian menulis adalah padanan serasi pekerjaan peradaban. Setelah karya tulisan demi tulisan di media sosial semakin banyak maka lanjut menerbitkan buku.

Menghimpun dan mengumpulkan tulisan nan terserak  kemudian menjilid nya maka jadilah sebuah kitab. Sejatinya buku adalah  muara dari tulisan. Syahlah seorang penulis memiliki Mahkota ketika di cover buku tencantum nama dan barcode ISBN.

Alhamdulillah Nama Thamrin Dahlan seorang anak desa nun jauh di Tempino Jambi tercantum di 37 judul buku. Tersinpan abadi di gedung megah berwibawa  Perpustakaan Nasional persis dekat Monumen Nasional.

Kini semakin produktif menulis bersama teman teman jurnalis di Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan.(YPTD). Sesungguhnya menerbitkan buku bet ISBN itu mudah dan bukan lagi menjadi kendala bagi siapa saja yang telah memiliki naskah.

140 judul buku telah diterbitkan YPTD dalam kurun waktu 6 bulan. Semua gratis tanpa biaya segikitpun termasuk ongkos kirim. Hanya perlu waktu 14 hari sejak naslah diterima maka buku perdana telah tiba dikediaman anda.

Ayo kapan lagi. Segera kunjungi website YPTD terbitkanbukugratis.id Mulailah posting artikel demi artikel, setiba 40 artikel maka buku setebal 150 halaman menjadi milik anda.

Post power syndrom no way here. Sure

Salam Literasi

BHP 260221

YPTD

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

1 komentar