Pesan Tersirat Peristiwa Isra’ Mikraj

Wahai saudaraku, Rasulullah Saw adalah kekasih Allah Swt. Seorang kekasih tak akan pernah membiarkan kekasihnya meneteskan air mata. Beribu cara akan ia lakukan untuk menghibur kekasihnya…Begitu juga Allah Swt yang tak akan bisa membiarkan Rasulullah Saw selalu berlarut-berlarut dalam luka dan duka.

Ketika Rasulullah Saw ditinggalkan oleh pamannya Abu Thalib dan istrinya Sayyidah Khodijah, hati beliau hancur berkeping-keping. Maka Allah pun memberikan beliau hadiah berupa isra’ dan mi’raj untuk membahagiakan Rosulullah Saw.

Awalnya…
Rasulullah Saw sedang berada di kamar dalam keadaan berbaring. Lalu datanglah Malaikat Jibril dan Malaikat Mikail serta satu malaikat lain.

Mereka pun membelah dada Rasulullah Saw lalu membasuhnya dengan air zamzam.♥️

Dibasuhnya hati Rosulullah Saw bukan karena hati Rosulullah Saw kotor, melainkan untuk menambah kesucian di hatinya.♥️

Lalu Allah mengutus seekor buraq untuk menjadi kendaraan Rosulullah Saw ketika isra’ dan mi’raj. Buraq yang berwarna putih lebih besar dari keledai dan lebih kecil dari kuda.

Secara bahasa Buraq diartikan juga sebagai “Farasun Mujanahun” yang artinya Kuda bersayap. Buraq memiliki kecepatan seperti kilat dan cahaya.

Buraq adalah tunggangan dari surga yang dulu juga dikendarai nabi-nabi sebelum Rosulullah Saw. Dinamakan buraq dari kata barq yang artinya kilat. Ya, kecepatannya melebihi kilat. Satu kepakan sayapnya, sejauh mata memandang.

Mereka pun pergi dengan buraq itu melintasi negara-negara.

Lalu Malaikat Jibril pun berkata : “Turunlah di tempat ini!”

Maka buraq itu pun turun, dan Malaikat Jibril menyuruh Rosulullah Saw untuk sholat, Rasulullah pun sholat.

Malaikat Jibril bertanya : “Tahukah engkau dimana engkau sholat?”

“Tidak.” jawab Rosulullah Saw.

“Tempat itu adalah Thaibah (Madinah) yang nanti kau akan berhijrah kesana.”

Begitu terus perjalanan mereka. Malaikat Jibril memerintahkan Buraq berhenti dan Rosulullah Saw sholat di tempat² itu.

Tempat² itu adalah :
🌳 Kota Madyan, di dekat pohon Nabi Musa a.s.
⛰️ Bukit Thursina, dimana Allah berbicara dengan Nabi Musa a.s.
👶🏻 Dan terakhir di Beit Lehm, dimana Nabi Isa a.s dilahirkan.

Di tengah perjalanan, Rasulullah Saw selalu melihat jin ifrit mengikuti beliau. Setiap kali Rasulullah Saw menoleh ke belakang, ia pun melihatnya. Lalu Malaikat Jibril pun mengajarkan Rasulullah Saw sebuah doa.

Mereka pun terus melanjutkan perjalanannya. Hingga mendatangi suatu kaum yang bercocok tanam di suatu hari dan menuainya di hari selanjutnya.

Nabi melihat golongan orang yang terus memanen tanaman yang baru ia tanam. Setelah dipanen, tanaman tersebut tumbuh kembali dan itu terjadi seterusnya, sehingga hasil panen melimpah ruah.

Rasulullah Saw pun heran dan bertanya kepada Malaikat Jibril tentang keajaiban ini. Malaikat Jibril pun menjelaskan : “Sesungguhnya mereka adalah para mujahid fii sabilillah, kebaikan dilipat gandakan sebanyak 700 kali lipat untuk mereka, dan apapun yang mereka infaqkan maka Allah lah yang akan menggantinya.”

🌺🌺🌺🌺🌺
Setelah itu, Rasulullah Saw mencium wangi yang sangat harum. Beliau pun bertanya kepada Malaikat Jibril : “Harum apa ini, wahai Jibril?” Malaikat Jibril menjawab : “Ini adalah wangi dari Masyithah (Tukang sisir rambutnya putri Fir’aun) dan anak-anaknya. Ketika itu ia sedang menyisir rambut putri Fir’aun, tiba-tiba sisir di tangannya pun terjatuh, ia kaget dan mengatakan ‘Dengan nama Allah celakalah Firaun!'”

Sang putri Fir’aun yang mendengar itu pun berkata : “Apakah kau memiliki Tuhan selain ayahku?!”

“Iya” ucap Masyithah. “Apakah kau mau aku laporkan kepada ayahku?!” ancam Putri Fir’aun.

“Kabarkanlah padanya.” lawan Masyithah.

Sang putri mengabarkan hal itu pada ayahnya. Setelah itu, Fir’aun pun memanggil Masyithah dan memastikan : “Apakah kau memiliki Tuhan selainku?”

“Iya. Tuhanku dan Tuhanmu ialah Allah.” jawab Masyithah dengan berani.

Masyithah memiliki seorang suami dan beberapa anak. Maka Fir’aun mengutus orang untuk memaksanya murtad. Masyithah menolak, Fir’aun pun murka dan berkata : “Jika kalian enggan, maka aku akan membunuh kalian.”

“Baiklah.” jawab mereka.

“Jika kau membunuh kami, maka kumpulkan kami dalam satu tempat.” pintanya untuk terakhir kali.

“Baiklah.” ujar Fir’aun.

Fir’aun pun memerintahkan orang-orangnya untuk menyiapkan tungku minyak panas. Satu per satu dari mereka di lemparkan ke tungku itu.

Hingga tiba lah giliran Masyithah dan bayi kecilnya. Ketika Masyithah mulai ragu, tiba-tiba bayinya berkata kepada Masyithah : “Majulah ibu! Jangan kau ragu! Sungguh engkau berada di jalan yang benar.”

Maka Masyithah pun menjatuhkan diri bersama bayinya.

Tulang-tulang mereka dikuburkan dan dikumpulkan di satu tempat. Dari tempat itulah muncul bau harum keimanan hingga tercium oleh Rosulullah Saw ketika isra’.

 

Bersambung…

 

Sumber: Al-Maraqil ‘Aliyyah Fil Anwaril Bahiyyah.
|| Shared by. Jejak ROSULULLAH

Tinggalkan Balasan