Praktik Coaching (1)

Terbaru1522 Dilihat

Ruang Kolaborasi – Pembentukan Komunitas Praktisi untuk Melakukan Praktik Coaching (1)

Oleh : Supyanto

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak,

Anda tentunya sudah benar-benar memahami konsep coaching dalam konteks pendidikan baik melalui pembelajaran mandiri dan diskusi. Sekarang saatnya Anda berkolaborasi dengan rekan calon guru penggerak lainnya untuk membentuk komunitas praktisi secara daring. Pada fase ini, Anda akan melakukan 2 sesi pembelajaran, yaitu sesi latihan dan sesi praktik.

Tujuan Pembelajaran Khusus pada sesi latihan adalah agar CGP dapat melatih keterampilan coaching dengan berbagai studi kasus dan membentuk komunitas praktisi untuk melakukan praktek coaching model TIRTA.

Sekarang saatnya Anda berkolaborasi dengan rekan calon guru penggerak lainnya untuk membentuk komunitas praktisi secara daring. Pada sesi ini, secara berkelompok, Anda akan berlatih mempraktekkan proses coaching dengan tiga kasus yang akan diberikan dengan model TIRTA, yaitu:

Kasus 1

Coach: guru, coachee: murid, 1 pengamat

Anda memperhatikan seorang murid yang tidak mau bekerja sama dengan teman-temannya. Dia selalu memiliki alasan, seperti tidak cocok dengan teman-temannya atau dengan alasan lain. Dia memilih bekerja sendiri dan mengumpulkan tugasnya sendiri. Hasil yang dikumpulkan secara mandiri itu selalu bagus. Bagaimana Anda menyikapi hal ini?

Kasus 2

Coach: guru, coachee: murid. 1 pengamat

Seorang murid bercerita jika dia merasa diperlakukan tidak adil oleh seorang guru. Guru tersebut membuka les privat, dan sebagian besar murid di kelas mengikuti les privat tersebut, kecuali murid tersebut. Murid tersebut merasa tidak nyaman ketika guru sering menyindir murid yang tidak mau ikut les privatnya. Bahkan, murid tersebut juga merasa bahwa nilai yang diberikan pun tidak adil, para murid yang mengikuti les guru tersebut mendapatkan nilai yang lebih baik dari murid tersebut. Bagaimanakah cara Anda menanggapi hal ini?

Kasus 3

Coach: guru, coachee: rekan guru, 1 pengamat

Rekan Anda bercerita jika dia baru saja mendapatkan teguran dari kepala sekolah yang menerima laporan dari pengawas sekolah yang melakukan supervisi saat ia mengajar. Pengawas sekolah yang melakukan supervisi tampak keberatan ketika rekan Anda mengajar tanpa buku teks. Rekan Anda mengajar dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar lainnya. Ketika diingatkan pengawas tersebut, rekan Anda menyampaikan jika ia tetap mengacu pada kurikulum walaupun tidak menggunakan buku teks. Pengawas tersebut tampaknya tersinggung dan memberikan laporan tentang hal itu kepada kepala sekolah. Bagaimana Anda menyikapinya?

Anda akan berlatih mempraktekkan kasus-kasus tersebut dengan ketentuan sebagai berikut:

  • kelompok terdiri dari tiga (3) calon guru penggerak. satu orang akan berperan sebagai coach, satu orang lainnya akan berperan sebagai coachee, dan satu orang lainnya akan berperan sebagai pengamat (lihat Gambar 4) yang mengobservasi proses praktek coaching model TIRTA dengan menggunakan lembar pengamatan yang bisa diunduh. Peran akan bergantian di setiap kasus (disediakan 3 kasus). Di setiap akhir praktek coaching di satu kasus, pengamat menyampaikan hasil pengamatannya.
Bapak, Ibu calon guru penggerak,
Silakan pelajari kasus-kasus yang disediakan dan berlatihlah dalam kelompok Anda dengan baik. Pada sesi ruang kolaborasi berikutnya Anda akan mempraktekkan kasus-kasus tersebut bersama fasilitator dengan rubrik penilaian sebagai berikut:
  • Gambar 4. Formasi Komunitas Praktisi
  • Latihan ini bisa Anda lakukan Bersama kelompok anda dengan layanan video conference, seperti Google Meet, Zoom, WhatsApp video call atau layanan video conference lainnya.
  • Rubrik Penilaian (Untuk Fasilitator)
 

No

 

Langkah dalam model TIRTA

Sangat baik  

Baik

 

Perlu Peningkatkan

1. Tujuan Menyampaikan tujuan coaching Coach

menyampaikan pembuka, coachee dapat menyampaikan tujuan yang hendak dicapai dengan jelas.

Coach

menyampaikan pembuka, pertanyaan kurang mengeksplorasi coachee dalam menetapkan tujuan

Coach hanya menyampaikan kalimat pembuka, tujuan di tetapkan oleh coach.
2. Identifikasi Memberikan pertanyaan- pertanyaan dan umpan balik yang mengarah pada identifikasi potensi coachee Pertanyaan bersifat terbuka dan mampu mengeksplorasi coachee memberikan respon dengan lancar. Potensi dan alternatif solusi tergali. Coach aktif memberikan tanggapan dan umpan balik. Pertanyaan terbatas, masih ada pertanyaan tertutup. Coach memberikan umpan balik dan tanggapan. Coachee dapat merespon pertanyaan dengan lancar Pertanyaan mayoritas bersifat tertutup, respon coachee singkat. Coach tidak memberikan umpan balik atau tanggapan.
3. Rencana Aksi Memberikan pertanyaan- pertanyaan dan umpan balik mengenai rencana aksi coachee dalam menyelesaikan permasalahannya Coach memberikan pertanyaan terbuka dan reflektif yang mengarah pada pengambilan keputusan mandiri oleh coachee. Coach membuat coachee mengeksplorasi jawaban sehingga menjadi jawaban yang lebih spesifik.

 

Pertanyaan coach cukup mengarah pada pengambilan keputusan oleh coachee. Coach kurang mengeksplorasi jawaban coachee dengan lebih detail.

 

Coach

mengarahkan langsung coachee dalam menjawab rencana aksi. Coachee cenderung meng’iya’kan pernyataan atau umpan balik dari coach.

 

4 Tanggung jawab memberikan pertanyaan- pertanyaan dan umpan balik mengenai komitmen coachee dalam menjalankan rencana aksinya

 

Coach bertanya untuk mengarahkan coachee mengambil komitmen. Coachee secara mandiri mampu membuat komitmen berbasis TIRTA

 

Cochee berkomitmen pada rencana yang dibuat namun belum berbasis TIRTA

 

o   Coach kurang bertanya pada coachee untuk pengambilan keputusan. Coach menyimpulkan rencana aksi coachee.

 

 

  • Lembar Observasi Proses Praktek Coaching Model Tirta (untuk Pengamat)
No Langkah dalam model TIRTA Komentar
1 Tujuan: Menyampaikan tujuan coaching o
2 Identifikasi:Memberikan pertanyaan- pertanyaan dan umpan balik yang o
3 Rencana Aksi: Memberikan pertanyaan-pertanyaan dan umpan balik mengenai rencana aksi coachee dalam menyelesaikan permasalahannya o
4 Tanggung jawab: memberikan pertanyaan-pertanyaan dan umpan balik mengenai komitmen coachee dalam menjalankan rencana aksinya o

 

  • Peran Fasilitator:
  • Membentuk Komunitas Praktisi yang terdiri dari 3 orang CGP
  • Memastikan CGP memahami instruksi pada sesi ini
  • Memastikan CGP memahami kasus untuk dipraktekkan
  • Mengingatkan CGP agar berlatih melakukan praktik coaching mengenai kasus-kqasus tersebut dengan sungguh-sungguh berdasarkan coaching model TIRTA

 

Bekasi, 18 Maret 2021

Salam Blogger

 

Supyanto

 

 

Tinggalkan Balasan