Kecepatan Menentukan Rejeki
Seseorang dapat berhasil tatkala dia mampu bergerak cepat untuk menentukan tindakan apa yang akan diambil. Cepat namun teliti. Jika hanya cepat tanpa mempertimbangkan hasil akanlah sia-sia.
Cepat beradaptasi adalah salah satu faktor keberhasilan seseorang. Beradaptasi dengan lingkungan, beradaptasi dengan rekan sekerjanya, beradaptasi terhadap pekerjaannya. Dapat menentukan prioritas pekerjaan mana yang harus di dahulukan.
Mungkin saya belum seperti beberapa orang yang saya amati. Saya menyadari saya belum menentukan skala prioritas. Saya masih tergoda dengan passion saya untuk menulis di blog dan membuat sebuah buku solo. Cita-cita saya ini hampir menjadi kenyataan namun tugas pokok di kantor tidak dapat ditinggalkan. Menyiapkan bahan ajaran dan mengajar bahasa Inggris setiap hari membuat hari-hari saya tampak tidak berwarna.
Disertasi yang masih di angan-angan yang harus menjadi prioritas dari setahun yang lalu masih jalan ditempat. Ingin sekali menyelesaikannya segera karena donasi pribadi ke kampus terus mengalir tanpa aplikasi dari diri saya sendiri. Banyak orang yang memberikan semangat untuk segera menyelesaikan. Hingga teguran lisan terhadap saya untuk mengembalikan dana yang telah diberikan oleh kantor karena saya tidak segera selesai menyelesaikan disertasi saya.
Saya tidak yakin saya akan bisa mengembalikan dana yang saya rasa tidak sedikit. Pada akhirnya saya pasrahkan saja bagaimana yang akan terjadi nanti. Saya yakin Allah SWT akan memberikan jalan kepada saya untuk menggerakkan hati dan pikiran saya untuk lebih fokus untuk menyelesaikan disertasi yang tertunda. Harapan lain ada keajaiban sehingga saya tidak perlu mengembalikan dana kuliah yang telah saya bayarkan selama kuliah.
Walau itu merupakan kesalahan saya namun saya harus menyikapi dengan positif agar imun saya tidak drop. Saya ingin tetap sehat agar dapat bekerja dengan baik, berbagi ilmu untuk siswa-siswa saya dan mengumpulkan rejeki untuk kuliah dan biaya sehari-hari putra semata wayang saya juga dapat berderma kepada anak yatim.
Menjadi single parent bukanlah pilihan namun memang kondisi itu yang menjadi takdir saya saat ini. Bersyukur masih dapat menerima apapun kehendak Yang Maha Kuasa, dapat membantu dan menyemangati putra saya yang sedang kuliah di semester delapan. Menyelesaikan segala persoalan berdua yang semula dilakukan bertiga. Kenyataannya saya masih dapat menjalani hari-hari lebih bermakna.
Saya memang belum secepat senior saya di kantor yang kebetulan teman kuliah di kelas yang sama di UNJ. Beliau bergerak lebih cepat dan tidak pernah menunda-nunda untuk menyelesaikan disertasinya hingga menjadi seorang doktor. Promosi jabatan di kantorpun dapat beliau raih. Sebentar lagi pangkatnya juga naik. Selesai kuliah dapat menunaikan ibadah haji dengan keluarganya. Sungguh sempurna keberhasilan dan kebahagiaan yang dimilikinya.
Saya bangga dengan beliau karena dapat mengerjakan apa yang menjadi prioritasnya. Kerja keras dan kecepatan menentukan tindakan membuatnya menuju gerbang keberhasilannya. Beliau juga tidak sombong dan memang pantas untuk menjadi pemimpin.
Setiap kali bertemu dengan beliau saya sangat malu, padahal beliau selalu terbuka jika saya butuh pertolongannya. Namun saya selalu bilang selama ini masih baik-baik saja dan berkata disertasi sedang dalam proses. Saya berusaha menghindarinya karena takut ditanya sampai dimana disertasi saya.
Ketika saya menerima whatsapp dari mba Nensi tentang link zoom ujian tertutup atau terbuka teman-teman kampus, saya menjadi bersemangat namun sayangnya saya tidak dapat mengikuti ujian mereka karena berbarengan dengan kegiatan di kantor.
Sekarang ini saya sedang mengejar mimpi saya menyelesaikan disertasi, tetap menulis di blog dan mewujudkan terbitnya buku solo dan sharing ilmu dengan mengajar bahasa Inggris sekaligus belajar meningkatkan diri sendiri. Yang terakhir mendampingi putra saya menuju kesuksesannya menyelesaikan kuliah S1 nya dan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan gelar dan passion-nya.
Nani Kusmiyati, S.Pd., M.M., CTMP
Semoga kita bisa di wisudga bareng