Menikmati Keindahan Pentigraf Sambil Berguru Padanya

Terbaru89 Dilihat

Menikmati Karya Pentigraf Sambil Berguru

 

 

Mungkin masih banyak yang belum tahu karya sastra Pentigraf ? Penjelasan singkatnya dapat kita temukan di dalam pojok “Kampung Pentigraf Indonesia.” Sebuah Grup FB yang saat ini sudah berusia 5 tahun.  Saya juga belum lama mengenal pentigraf ini, sekitar 2020 pertengahan, dan mulai menyukainya karena ada sisi “praktis” yaitu bentuk cerita yang ringkas hanya 210 kata maksimal. Di dalam keterbatasan jumlah kata harus dipenuhi kaidah sastranya, ada konflik, ada alur, ada ending atau kejutan akhir yang tidak diduga pembacanya. Disinilah seninya. Jadi membaca dan menikmati dalam waktu singkat, kita langsung disuguhkan karya berisi alur, konflik dan kejutan.

Penulis pentigraf disebut pentigrafis. Penggagasnya adalah Prof. Tengsoe Tjahjono. Berikut deskripsi yang saya temukan di grup FB tersebut.

Group ini adalah group para penulis yang khusus menulis #pentigraf yaitu cerpen tiga paragraf. Pentigraf sebenarnya termasuk dalam kategori fiksi mini, hanya mininya dibatasi dengan konsep 3 paragraf:

Ciri-cirinya:

  1. Panjang tulisan adalah 3 paragraf, Sekitar 210 kata.
  2. Paragraf harus mengikuti pengertian paragraf yang benar. Satu paragraf, satu gagasan pokok.
  3. Secara teknis penulisan di komputer: satu paragraf, satu kali ENTER.
  4. Sebagai cerpen, pentigraf juga memiliki ciri-ciri narasi yaitu: a. ada alur (dalam alur ada konflik), b. ada tokoh yang menggerakkan alur, c. ada topik, persoalan yang dialami tokoh, d. ada latar (entah waktu, ruang, keadaan), entah latar fisik maupun latar rohani, d. selalu ada kejutan yang tak bisa diduga pembaca.

Demikian serba ringkas tentang pentigraf. Selamat berkarya.

 

Pada Maret April tantangan menulis Kitab Pentigraf “ Pahlawan Di sekitarku,” telah menghadirkan 151 pentigrafis lolos kurasi. Beberapa diantara mereka hadir setelah direvisi. Beberapa juga ada pendatang baru bahkan lolos 2 karya dari 3 yang dikirimkannya.  Mereka yang lolos 3 karya alias semua berarti sudah jagonya. Mungkin berlatar seorang cerpenis atau novelis. Saya mengirim 3 karya lolos 2 setelah berjuang merevisi, alhamdulillah. Tapi saya bukan cerpenis dan novelis…..hanya seorang guru. Dan pentigrafis disini memang dari berbagai profesi dan latar ada dokter, tehnisi, dosen, biarawan biarawati, insinyur, dan ornag biasa tentunya.

Di grup WA Pahlawan beberapa pentigrafis ramai menuliskan karyanya, bahkan banyak yang langsungan. Karya mereka hebat-hebat. Biasanya karya mereka juga dimuat di FB KPI. Dari sini saya melihat salah satu pentigrafis yang karyanya “mengesan” menurut kacamata saya.

Dengan standar sesuai ketetapan sebagai paragraf ( umumnya mengandung konflik dan ada kejutan di bait ke 3) coba kita menikmati sajian pentigraf yang begitu natural ini.

Ken Aganibaya, pentigrafis yang saya temui karyanya dalam 1 hari langsung muncul 4 karya. Semua itu ditulis saat perjalanan naik Bus dari kotanya menuju Yogyakarta tempat tinggal kostnya. Semua itu ditulis adalah karya fiksi, dan satu-satunya fakta adalah beliau naik Bus saat itu. Ide di dapat ketika dalam Bus, selama perjalanan dan sampai di rumahnya, Keempat pentigraf itu jika dirangkai menjadi satu kesatuan pengalaman dalam sehari perjalanan. Kisahnya seperti sederhana sekali, tetapi pengakuan penikmatnya sering menguras air mata, bahkan ada yang bergurau harus disediakan tissu satu kotak sebelum membaca.

Bagi pemula dan pecinta pentigraf, mari kita nikmati 4 karya memikat ini yang kami ambil dari Kampung Pentigraf Indonesia. Karya ini kami kutip sepenuhnya dengan seizin penenulisnya. Selamat menikmati dan kita banyak belajar dari sini. Semoga bermanfaat.

Blitar, 24 Mei 2021

By hariyanto

 

Inilah 4 karya Pentigraf yang begitu natural dan penuh konflik dan kejutan.

1) NGUPING

#cerita_perjalanan

“Udah ga usah sedih, Dik. Ini buatmu, kakak masih ada lima lagi,” ucap Angga sambil menyerahkan secarik kertas undian pada bocah itu, hitung-hitung nambah pahala. Pesertanya sangat banyak, jadi pasti kecil peluang untuknya memenangi undian, apalagi bocah itu.

 

“Hadiah utama berupa uang satu juta rupiah dimenangkan oleh lima nol lima nol tujuh. Silahkan naik panggung… ,” suara pembawa acara menggema. Angga melotot, bocah itu maju ke pentas. Bangsat… seharusnya itu aku, umpatnya dalam hati. Keikhlasan Angga hilang seketika, berubah sesal dan kutukan.

 

Acara usai, satu persatu mereka meninggalkan lapangan. Entah bisikan dari mana, Angga membuntuti anak itu. Dia semakin geram saat sang bocah memasuki sebuah rumah gedong yang megah. Di benak Angga, anak itu pasti lebih mapan dari keluarganya. Seorang pria setengah baya nampak bercakap dengan beberapa orang lainnya. Bocah itu mendekat. “Tuan, saya punya ini. Jangan tagih Bapak dulu ya… Becaknya rusak.” Angga menjewer telinganya sendiri kuat-kuat untuk memberi alasan kenapa air matanya jatuh.

(23 Mei, di atas bus menuju Jogja)

 

 

(2) AKU DAN MATA ITU

#cerita_perjalanan

Kupandangi bus itu hingga hilang. Entah kenapa kurasakan kerinduan yang tiba-tiba. Rasa yang sudah lama pergi itu muncul kembali.

 

Hanya di menit-menit terakhir setelah satu jam perjalanan, namun aku merasa cukup mengenalnya. Sesederhana perkenalan tanpa mengucap nama. Hanya membantu mengambilkan sebotol susu anaknya yang menggelinding di bawah bangku ku. Saat kuulurkan padanya, kutangkap mata teduh di wajah terlindung masker itu. Tak ada kulihat suaminya, hanya balita yang sedikit meronta dipelukannya.

 

Mata itu… persis sekali dengan mata mendiang. Aku merindu dan aku jatuh cinta lagi. Namun beginilah lagi, takdir selalu tak ingin membuatku menyatu. Saat hendak kupandang dia lebih lama, kondektur berteriak, “Janti, Janti, Janti… yang Janti turun !!!” Dan aku memilih melangkah turun, membiarkan bus yang kutumpangi membawa takdirku pergi.

(Pertigaan Janti)

23 Mei 2021

 

(3) SPION

#cerita_perjalanan

Bau rheumason, tahu kan? Sangat kubenci dan harus kuhirup hingga duapuluh menit ke depan. Tak hanya itu, helm yang kupakai juga sedikit basah. Kusimpan gusar dalam-dalam.

 

“Ngapunten njih, Pak. Helmnya basah,¹” ucap si bapak tak enak. Bau rheumason masih menguar dari tengkuknya. Kujawab sekenanya, lebih suka kusibukkan diri dengan mengetik di gawai. Tak ada pembicaraan panjang seperti yang biasa kulakukan saat naik ojol. Mungkin karena lelah atau hal-hal tadi.

 

Di lampu merah kedua sebelum pertibaanku, motor berhenti sejenak. Kebetulan itu banyak jalannya, meskipun bagi Tuhan semua adalah kesengajaan. Ojol lain berhenti tepat di sebelah kami dan bertanya pada ojol yang kutumpangi. “Nembe siji iki,²” jawabnya lirih. Hatiku seperti dihantam batu. Dan saat kutatap kaca spion, kulihat kerut matanya setua bapakku saat membelikanku permen semasa kecil dulu, sepulang ia menguli batu.

(Di atas Ojol).

23 Mei 2021

 

(4) ANAK RANTAU

#cerita_perjalanan

(Untuk pembantu yang baik -selepas aku balik)

Setelah mengambil kunci di rak sepatu depan, segera kubuka pintu kamar. Sedikit pengap karena kutinggalkan semingguan mudik lebaran. Segera kuganti sprei dan sarung bantal. Kunyalakan pewangi elektrik sebelum aku bergegas ke kamar mandi.

 

Selesai mandi segera kurebahkan badanku. Lega rasanya kembali ke peradaban. Hiruk pikuk kota, internet lancar, pun warung, kedai, dan swalayan. Ternyata untuk merindu memang butuh dipisahkan oleh waktu.

 

Segera kunyalakan tv sambil meraih sekaleng minuman dingin yang tadi kuambil dari kulkas. Sebagai milenialis sejati, kumain-mainkan kaki sambil bermain handphone. Muncul wajah ibu di wallpaperku. “Yen kowe wes bali, aku adus dewe… ,*” ucapnya saat kumandikan tadi pagi mendadak terngiang di telingaku. Tangannya tak terlalu mampu untuk membersihkan dirinya sendiri. Dan kini, aku sudah mulai merindu kebiasaan itu setiap pagi sore semingguan ini. Stroke yang menyerangnya 4 tahun lalu membuatku membenci tinggal di sini.

Jogja -kost

23 Mei 2021

*”Kalau kamu sudah kembali, aku mandi sendiri”

 

SELAMAT MENIKMATI KEINDAHANNYA, SAMBIL BELAJAR.

SEMOGA BERMANFAAT.

AAMIIN

Hariyanto dedicated for Ken Agnibaya.

Tinggalkan Balasan