Hari ini, Ahad hari keenam di bulan keenam tahun 2021, ada puluhan orang sedang berkumpul di lokasi sekolahku. Mereka datang dari berbagai wilayah di kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Mereka berasal dari berbagai kalangan.
Mereka dari kalangan guru, pelajar, petani, nelayan, dan buruh bangunan. Ada juga yang berstatus sebagai polisi dan tenaga kesehatan. Mereka tidak sedang belajar di sekolah (hari ini ‘kan hari libur, pemirsa). Mereka bersatu dalam sebuah tujuan yang sama. Bergotong royong.
Hari ini masjid di sekolah kami sedang dalam proses pengecoran lantai dua. Sebenarnya masjid tersebut sudah lama berdiri. Saya tidak ingat kapan tepatnya. Yang jelas, sejak kakak saya bersekolah di sana (tahun 1992), masjid itu sudah digunakan.
Sampai tahun lalu, sebelum masa pandemi datang, masjid tersebut masih berfungsi sebagai tempat sholat bagi warga sekolah. Hanya karena ukurannya yang kecil dan kondisi bangunannya yang mulai rapuh sehingga pihak sekolah memutuskan untuk merenovasinya. Lebih tepatnya, membangun masjid baru yang lebih luas dari sebelumnya.
Masjid yang lama tidak mampu menampung jumlah warga sekolah yang ada. Jumlah siswa di dua tingkatan sekolah (MTs dan MA) di kompleks Ma’arif NU Lasepang ini semakin hari semakin bertambah. Begitu juga dengan tenaga pendidik beserta staf sekolah. Sebagai alternatif selama bertahun-tahun lamanya, sholat Dzuhur berjamaah dilaksanakan secara bergantian. Bahkan ruang aula di gedung NU juga terpaksa disulap menjadi tempat sholat bagi siswa di tingkat Tsanawiyah (setingkat SMP).
Nah, di akhir tahun 2019, pihak sekolah bekerjasama dengan pengurus Ikatan Alumni, komite sekolah, dan pengurus lembaga pendidikan sepakat untuk membangun masjid baru. Tentunya yang ukurannya lebih luas dengan posisi arah kiblat yang lebih akurat. Maka dibentuklah panitia pelaksana pembangunan masjid. Susunan kepanitiaan diambil dari semua unsur terkait.
Bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad shollallaahu ‘alaihi wasallam tahun 1440 Hijriyah, panitia sekaligus mengadakan acara peletakan batu pertama pembangunan masjid. Karena keterbatasan dana, pembangunan tahap awal hanya difokuskan pada fondasi bangunan saja. Setelah itu, pembangunan terhenti.
Selain karena kurangnya dana di kas panitia, pembangunan juga terhenti akibat pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Namun demikian, para donatur dan orang-orang dermawan tetap menyumbang. Alhamdulillaah! Terima kasih, Bapak/Ibu! Semoga Allah subhaanahu wa ta’ala memberi keberkahan dalam hidup Bapak/Ibu semua. Aamiin…
Menjelang bulan Ramadhan tahun ini (1442 H), panitia mulai bergerak kembali. Mereka merancang kegiatan Bazaar Amal sebagai langkah awal penggalangan dana. Untuk pembangunan tahap kedua, diharapkan agar masjid sudah bisa digunakan. Semua tiang-tiang penyangga masjid yang dirancang berlantai dua ini akan didirikan dengan dana seadanya.
Pembangunan tahap dua dimulai di hari kedua puluh bulan Sya’ban 1442 Hijriyah. Tak disangka, ternyata selama pembangunan dilanjutkan, jumlah sumbangan yang masuk semakin banyak. Terutama di bulan Ramadhan. Dengan demikian, pembangunan terus dilakukan sampai hari ini. Kami tidak menyangka akan secepat ini masjid tersebut terbangun. Kami yakin ini semua karena Allah yang menggerakkan hati orang-orang untuk mengirimkan bantuan berupa uang maupun bahan bangunan. Maa syaa Allaah! Alhamdulillaah!
Kira-kira ada 80 orang yang bergotong royong di sekolah kami hari ini. Mereka mulai bekerja sejak jam 07.30 WITA. Secara bergantian bekerja mengangkat bahan campuran semen, air, pasir, dan kerikil ke mesin pencampur (molen). Setelah bahan-bahan tercampur rata, campuran tersebut diangkut lagi ke bagian atas bangunan sebagai lantai dua masjid. Begitu seterusnya sampai seluruh bagian terisi campuran.
Menurut mandor tukang, jika dikerjakan dengan menggunakan dua buah mesin molen dan tenaga yang sedemikian banyaknya, proses pengecoran akan selesai lebih cepat. Sebelumnya, beliau menaksir bahwa pengerjaannya bisa sampai malam. Tetapi ternyata perkiraannya meleset. Alhamdulillaah, pukul 17.30 WITA, seluruh bagian lantai dua telah terisi penuh dengan campuran. Proses pengecoran lantai dua masjid kelar lebih awal.
Sayangnya saya tidak bisa menyaksikan langsung kegiatan gotong-royong hari ini. Sudah dua hari ini saya sakit. Sakit di bagian kepala dan persendian menghalangi saya untuk ke sekolah. Saya hanya melihat foto-foto yang beredar di WAG sekolah. Beruntung ada teman yang menyiarkan langsung aktivitas di sana. Juga ada beberapa video yang disebarkan oleh teman-teman sejak awal hingga akhir kegiatan.
Saya merasa rugi sekali, pemirsa. Saya ingin sekali mengambil bagian dan bekerja bersama teman-teman seperti hari ini, namun saya tidak bisa hadir. Meskipun ada sedikit bantuan dana dan penganan yang kukirimkan ke sana, saya tetap merasa tidak beruntung. Saya iri pada teman-teman yang bisa ikut berpartisipasi dalam kegiatan tadi. Maafkan saya, teman-teman! Saya hanya mampu mendoakan semua orang yang ada di sana agar diberi keberkahan hidup oleh Sang Maha Memberi.
Pada saat menonton video kegiatan di sekolah, saya menjadi gregetan. Ingin rasanya saya terbang menuju sekolah saat itu juga. Padahal itu sangat mustahil yah, pemirsa! Saya ‘kan bukan perempuan bersayap, hehehe…
Sepanjang hari saya terus mengikuti perkembangan yang terjadi di sekolah. Sesekali saya mengirim pesan melalui WA pribadi ke beberapa teman. Saya menanyakan kesiapan konsumsi bagi para pekerja. Air minum, kue, nasi dan lauk pauknya.
Ketika saya mengetahui bahwa ada dua sesi makan siang bagi pekerja, saya tidak mau ketinggalan. Saya segera menelepon seorang teman agar menyiapkan satu rak telur ayam yang direbus dan ditumis kecap. Namanya Bu Jannah. Beruntung Bu Jannah mau membantu dan bersedia mengantarkannya ke sekolah. Terima kasih, Bu!
Sungguh besar manfaatnya bekerja secara bergotong royong. Pekerjaan yang berat menjadi ringan, urusan yang membutuhkan waktu lama menjadi lebih singkat. Tak salah jika dikatakan bahwa dengan bergotong royong, pekerjaan seberat apapun bisa terselesaikan dengan baik.
Melalui tulisan ini, saya mewakili teman-teman di sekolah menghaturkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang turut berpartisipasi dalam pembangunan masjid di sekolah kami. Terutama bagi bapak-bapak dan ibu-ibu yang telah meluangkan waktu dan menyumbangkan tenaganya hari ini dalam proses pengecoran lantai dua masjid. Jazakumullaah khoiran. Allah-lah sebaik-baiknya pemberi balasan atas kebaikan bapak dan ibu semua. Alhamdulillaahi rabbil ‘aalamiin.