Pembelajaran dalam Jaringan

Terbaru24 Dilihat

Oleh Nuraini Ahwan


” Mengenang kembali kejadian tahun 2018, saat bumi Lombok dan Sumbawa diguncang gempa dengan kekuatan yang sangat dahsyat, memporakporandakan bangunan yang ada, pun peradaban kehidupan. Meskipun keadaan saat itu tidak menentu tetapi pembelajaran tidak boleh terhenti. Demikian juga dengan keadaan sekarang, meskipun wabah Covid-19 melanda negeri kita, tetapi pendidikan anak-anak kita tidak boleh terhenti,” itu adalah tekad kami.
Sekolah Dasar Negeri 1 Dasan Tereng, yang terletak di Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat merasakan dampak dari mewabahnya Covid 19 atau Corona Virus Disease 19. Dampak tersebut adalah sepinya sekolah dari kehadiran pesera didik. Edaran dari orang nomor satu di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang diikuti oleh edaran Bapak Bupati Lombok Barat tidak mengijinkan peserta didik untuk belajar di sekolah. Bapak Gubernur dan Bupati Lombok Barat melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan juga mengambil kebijakan tersebut berdasarkan Edaran Mendikbud, Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pembelajaran Secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam Rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (COVID-19)
Sekolah yang belakangan ini dikenal dengan branding Santer Apik (aman, aktif, partisipatif, inovatif dan kreatif) ini, mengupayakan pembelajaran di rumah kepada peserta didiknya dengan metode daring (dalam jaringan/online dan metode ofline). Mengapa ada 2 metode yang dilakukan oleh sekolah santer Apik ini?
Ada beberapa pertimbangan yang menyebabkan sekolah mengambil atau menetapkan 2 metode ini. Pertama, tidak semua peserta didik mempunyai handphone, tingkat perekonomian wali murid di sekolah ini masih dalam kategori ekonomi menengah ke bawah sehingga kemungkinan akan memberatkan jika membeli kuota.

Adapun teknik pelaksanaan untuk metode ofline adalah memberikan tugas di awal sebelum pelaksanaan kegiatan belajar di rumah sesuai Edaran Bupati Lombok Barat. Tugas akan dikumpulkan pada waktu masuk pembelajaran tatap muka. Untuk metode daring soal diberikan sesuai jadwal melalui whatsap grup dan tugas di share ke wa guru masing-masing setiap selesai mengerjakan tugas.
Dengan berpindahnya tempat belajar ini, guru-guru di sekolah ini mengatakan bahwa mereka merasa asing di rumah kedua mereka ini. Biasanya suasana sekolah menjadi hidup, ramai, penuh tawa dari peserta didik meskipun tak jarang ada tangis peserta didik yang diakibatkan oleh cara bermain mereka yang kurang tepat.
Covid 19 ini mengembalikan roh pembelajaran atau prinsip pembelajaran yang sebenarnya, sesuai dengan prinsip pembelajaran yang tercantum pada permendikbud nomor 22 tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Prinsip pembelajaran tersebut adalah:
1. dari peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mecari tahu;
2. dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar;..
3. pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah;
4. dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi;
5. dari pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu;
6. dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang
kebenarannya multi dimensi;
7. dari pembelajaran verbalisme menuju ketrampilan aplikatif;
8. peningkatan dan keseimbangan antara ketrampilan fisikal (hardskill) dan ketrampilan mental (softskill);
9. pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
10. pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (in ngarso sung tolodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso) dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani);
11. pembelajaran yang berlangsung di sekolah, di rumah dan di masyarakat;
12. pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik dan di mana saja adalah kelas;
13. pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran dan
14. pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.
Wabah covid 19 ini menjadi awal pelaksanaan metode dalam jaringan di sekolah ini. Ada hal-hal yang menarik, baik yang tampak langsung, yang disembunyikan maupun yang lucu bahkan sedih dengan proses daring ini.
Pertama, guru yang hanya menggunakan handphone mereka sebatas nelpon, baca facebook dan baca wa berjam-jam. Kini terlihat bagaimana tidak siapnya mereka akibat gagap teknologi.
Guru tidak memanfaatkan handphone mereka yang begitu canggih untuk mengoperasikan aplikasi-aplikasi pembelajaran yang amat banyak tersedia di era sekarang ini. Terlihat pula bagaimana upaya kepala sekolah melakukan pendampingan seketika kepada guru untuk sekedar membuat komunikasi guru dan peserta didik lebih menarik melalui whatshap grup kelas mereka masing-masing.

Kepala sekolah memantau semua whatshapp grup kelas karena Kepala sekolah menjadi anggota grup kelas.
Bersyukur saja, sekolah kami yang terletak di desa bisa melaksanakan metode daring ini meskipun belum mencapai keanggotaan 100 %. Dukungan orang tua sangat membantu pelaksanaan metode daring ini karena yang menjadi anggota adalah orang tua yang mewakili putra-putri mereka.
Pembelajaran daring ini sangat selaras dengan 4 pilar pendidikan menurut UNESCO, learning to know (belajar untuk menguasai), learning to do ( belajar untuk menerapkan), learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama) dan learning to be ( belajar untuk menjadi)
Dari isi pembelajaran metode daring ini, menepis anggapan bahwa saat ini guru masih berkutat dengan materi atau memberi tahu, menjelaskan, mencatat sampai berlembar-lembar, dan cendrung memberi tahu tanpa membiarkan peserta didik mencari tahu.
Selama belajar di rumah, peserta didik didampingi orang tua untuk mencari tahu, mencari pemecahan masalah, termasuk masalah saat ini. Di sinilah letaknya peserta didik mencari tahu. Pembelajaran metode daring dalam situasi wabah corona ini, untuk sekolah ini tidak menekankan atau memaksakan selesainya buku tema tetapi bagaimana peserta didik pada saat ini mampu memanfaatkan waktu agar tidak keluar rumah. Jadi mereka memanfaatkan waktu untuk belajar yang menarik dan menyenangkan.
Konsep dalamjaringan (daring) ini, juga memberikan pemahaman kepada orang tua dan pendidik di sekolah kami, bahwa handphone yang selama ini digunakan semata mata untuk nelpon, sms, whatshap berubah menjadi handphone untuk alat belajar.

Peserta didik terutama yang kelas awal tidak lepas dari pendampingan orang tua karena tugas yang diberikan akan mereka posting ke grup dalam bentuk video, foto, rekaman dan lainya.
Dari pemantauan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah tanpa henti, ada kisah orang tua yang pusing mengajar putra-putrinya,. Bahkan ada peserta didik yang mencurahkan isi hatinya. Ia tidak sabar untuk sekolah dan bertemu dengan gurunya. Kerinduanya pada guru disampaikan melalui sebuah puisi dan dishare di grup
” Mobil taruna jatuh ke hulu
Jenazah berjajar kanan dan kiri
Wahai corona cepatlah berlalu
Sudah tak sanggup belajar begini.
Pembelajaran dalam jaringan mula-mula dilaksanakan kurang lebih selama dua belas hari, lalu dilaksanakan pemantauan, evaluasi dan perbaikan. Hasil pemantauan kepala sekolah disampaikan kepada guru:
1. Masuknya kepala sekolah dalam grup kelas, memudahkan kepala sekolah memantau aktivitas guru dan siswa;
2. Kepala sekolah memantau kemapuan guru mengelola pembelajaran daring;
3. Kepala sekolah bisa memantau strategi guru dalam pembelajaran daring;
4. Kepala sekolah memantau penggunaan bahasa oleh guru kepada peserta didik atau peserta didik kepada guru dan
peserta didik dengan peserta didik termasuk guru dengan wali murid karena angggota grup adalah wali murid;
5. Membangun kerjasama dengan wali murid.
Teknik daring ini akan memberikan pengetahuan baru kepada guru-guru di sekolah kami, membuka wawasan guru, belajar dari teman yang telah mampu menggunakan handphone untuk pembelajaran. Yang terpenting dalam pembelajaran daring yang baru pertama kali dilaksanakan di SDN 1 Dasan Tereng melalui WA adalah guru mau berinovasi, membuka wawasan dan mau menerima kritik dan saran dari teman.
Menurut bapak Moch. Khoiri, seorang Dosen dan FBS UNESA, pengurus Pusat Literasi Unesa, “membuka wawasan laksana payung. Payung akan berfungsi jika ia terbuka, Demikian juga dengan pikiran, ia akan berkembang atau terbuka jika ia membuka diri terhadap kritik dan saran dari orang lain.”

Tulisan ini sudah pernah diposting di blog penulis https://nurainiahwan.blogspot.com

Tinggalkan Balasan