PLOT TWIST
Minggu ke-7 day 2 di kelas cerpen dapat materi yang sangat menarik dari Kak Ratna. Bersyukur di pertemuan kali ini aku masih bertahan untuk bisa mengikuti kegiatan dari kelas cerpen dan juga kerjakan tugas-tugasnya. Tugas diberikan tiap minggu, setelah menerima materi peserta di berikan tugas yang harus di selesaikan. Jika tidak maka peserta akan mendapatkan surat peringatan. Setelah dapat surat peringatan namun tidak di indahkan maka admint akan mengeluarkan peserta setelah mendapatkan SP ke-3.
Ternyata sampai dengan minggu ke-7 ini banyak peserta yang akhirnya tak dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dan keluar dari grup. Di butuhkan niat ynag kuat di dalam kita mengikuti kelas agar kita tak berhenti di tengah jalan. Hambatan dan rintangan selalu ada namun jika kita berkomitmen dengan niat awal, saya yakin kita akan mampu lalui semua sampai tujun kita tercapai.
Berikut materi yang saya peroleh dari Kak Ratna.
*Plot Twist*
Plot itu apa? Rangkaian alur cerita.
Kalau twist? Tak terduga. Bukan twister ya?
Walau terkesan didominasi untuk kepentingan film, video atau novel. Cerpen juga butuh kok, terutama untuk memikat pembaca.
Mengapa butuh? Rerata pembaca itu cara berpikirnya begini:
- Tokoh protagonis (tokoh utama) adalah tokoh dengan karakter moral baik (bukan penjahatnya), mereka masih hidup (bukan hantu), sehat jasmani rohani (nggak gila atau punya teman khayalan), nggak punya kembaran, identitasnya asli sesuai yang ia katakan (nggak sedang menyamar), dan jujur dalam setiap perkataannya.
- Dalam hal waktu, cerita dikisahkan dalam alur cerita yang linear (maju), bukan di masa lalu atau di masa depan, serta kronologis (urut).
- Dalam hal setting, cerita bersetting dalam realitas, bukan halusinasi semata.
- Dalam hal tokoh (bisa berlaku untuk tokoh selain protagonis): jenis kelamin mereka sesuai nama mereka, memiliki orientasi seksual yang normal, tidak berpura-pura menjadi orang lain, berkata jujur dan tidak menyimpan rahasia, tidak punya kelainan fisik (pakai kursi roda, buta, tuli) kecuali jika dijelaskan, atau sebaliknya memang memiliki kelainan fisik sesuai jalan cerita (tidak berpura-pura cacat), hanya manusia biasa (bukan vampir, alien, atau hantu), jika mereka diceritakan meninggal maka mereka benar-benar mati (nggak ternyata pura-pura mati dan ternyata masih hidup) dan lain-lain.
Nah, biar pembaca tidak bosan baca cerita kita maka dibutuhkan PLOT TWIST.
*Plot Twist Tokoh*
Nah, dalam plot twist tokoh ini, yang dijadikan subjek plot twist adalah tokohnya. Contohnya bisa kita lihat dalam novel-novel detektif. Biasanya pelaku pembunuhan atau penjahat sesungguhnya ternyata adalah orang yang sama sekali nggak diduga.
Kalau dalam cerpen juga masih bisa digunakan, tak perlu terlalu detail.
- Pelaku adalah si “aku” atau tokoh utama
Plot twist ini memang tidak membosankan walaupun sering dipakai.
- Pelaku adalah tokoh yang penting bagi tokoh utama
Dalam plot twist ini, pelaku ternyata adalah tokoh yang penting, namun selain tokoh utama. Bisa jadi dia partner si tokoh utama, kekasih, istri, suami, pokoknya orang yang selama ini dipercaya oleh sang tokoh utama, atau malah berusaha dilindungi oleh tokoh utama.
- Pelaku adalah tokoh yang sekilas nggak penting (insignificant) bagi cerita
Plot twist ini adalah kebalikan dua nomor di atas. Jika di atas kita menjadikan karakter penting sebagai pembunuh, maka sebaliknya, di sini kita malah menggunakan karakter yang keliatannya sepele sehingga nggak akan diperhitungkan oleh pembaca.
- Pelaku adalah tokoh yang emang seharusnya ada di cerita tersebut
Polisi, detektif, dokter, sopir penjara, hakim adalah orang-orang yang memang mesti ada dalam suatu cerita detektif, maka lumrah jika kita menganggap mereka sebagai figuran yang bakal membantu kerja sang tokoh utama dalam memecahkan misteri. Namun, bagaimana jika ternyata salah satu aparat itulah pelakunya? Plot twist kayak gini pernah aku baca di salah satu novel Agatha Christie, film Detective Conan “Captured in Her Eyes”, dan film “General’s Daughter” yang dibintangi John Travolta. Plot twist jenis ini hampir selalu mengejutkan, sebab pembaca secara naluriah akan mempercayai para penegak hukum tersebut.
- Pelaku adalah orang yang nggak mungkin melakukannya
Yup … beberapa kondisi di bawah ini akan langsung membuat para pembaca mencoret para tokoh ini dari daftar tersangka. Sehingga, ketika terkuak bahwa dia pembunuhnya, pasti akan membuat shock para pembaca. Berikut ini beberapa alasannya.
- Pelaku memiliki keterbatasan fisik
Dalam plot twist ini pelakunya ternyata berpura-pura memiliki keterbatasan fisik, semisal buta, duduk di kursi roda, nenek-nenek, atau bahkan hanya anak kecil. Film dengan plot twist semacam ini contohnya “Identity” dan “Orphan” serta novel misteri “Name of The Rose” karya Umberto Uco.
- Pelaku adalah korban yang (dikira) sudah meninggal
Nggak akan ada yang mencurigai orang yang sudah mati sebagai pelaku pembunuhan bukan? Plot twist ini sering kok dipakai dalam film pembunuhan, contohnya “Scream 3” dimana si pelaku ternyata berpura-pura mati. Teknik ini juga dipakai dalam novel legendaris karya Agatha Christie “And Then There Were None”.
- Pelaku adalah orang yang memiliki alibi sempurna
“Lho nggak mungkin dia pelakunya? Kan selama ini dia bareng tokoh utamanya terus?” mungkin kalian pernah baca cerita atau liat film yang endingnya kayak gitu. Ternyata si pelaku punya trik untuk menciptakan alibi bagi dirinya sendiri, kayak semisal pembunuhnya ternyata ada dua. Plot twist kayak gini sering dipakai di Detective Conan dan Kindaichi.
*Plot Twist Identitas*
Plot Twist ini hampir ini mirip plot twist tokoh namun lebih dalam. Bukan hanya membuka tabir “siapa si pelaku” namun juga “jati diri si pelaku ini sesungguhnya”. Lihat aja semisal film “Shutter”, “Fight Club”, “Sixth Sense”, “The Others” dan “Before I Go To Sleep”, hingga “Oldboy” yang semuanya menjelaskan identitas si tokoh utama (atau tokoh lainnya) ternyata tak seperti yang diduga pemirsa selama ini. Si tokoh utama ternyata hantu. Si tokoh utama ternyata punya teman khayalan. Si tokoh utama ternyata penghuni rumah sakit jiwa. Kakak perempuan si tokoh utama ternyata adalah ibunya sendiri. Pacar tokoh utama ternyata selama ini adalah anak kandungnya sendiri. Itu semua adalah contoh yang aku sebut plot twist identitas.
Teknik ini berbeda dengan “unreliable narrator” sebab jika di teknik “unreliable narrator” tokoh “aku” memang sengaja membohongi pembaca. Sedangkan pada teknik ini, bisa dibilang si “aku” sama sekali tak menyadarinya dan terungkapnya identitasnya yang sebenarnya juga akan mengejutkan si tokoh “aku” ini. Plot twist ini juga bisa berupa rahasia yang selama ini disembunyikan dari si tokoh utama. Teknik ini ada bahasa kerennya, yakni “anagnorisis”.
*Plot Twist Motif*
Plot twist semacam ini diliat mulai berkembang di film horor Korea. Film-film ini mungkin nggak terlalu mengandalkan konsep whodunnit sebab identitas pelakunya sudah jelas. Namun, motif yang melatarbelakangi si pelaku-lah yang menjadi plot twist dan mengejutkan pemirsa saat diuraikan di adegan klimaks/endingnya. Salah satu film yang menggunakan plot twist ini adalah sebuah film Korea “Don’t Click” yang menceritakan video kutukan yang membunuh siapapun yang melihatnya. Di ending ternyata diceritakan bahwa si hantu ini ternyata membunuh bukan tanpa alasan, namun karena si tokoh utama cerita itu dulu kerap membully dia semasa hidup hingga ia bunuh diri.
*Plot Twist Setting*
Nah, plot twist setting tidak menggantungkan diri pada karakter, melainkan setting, bisa berupa “waktu” dan “tempat”. “Plot twist lokasi” semisal bisa diliat pada “Planet of The Apes” di mana seorang astronot terdampar di sebuah planet yang dikuasai monyet. Kemudian pada endingnya ia menyadari jika sebenarnya ia selama ini terdampar di bumi masa depan.
“Plot twist waktu” menceritakan dua kejadian yang seakan-akan linear (terjadi di waktu yang sama), namun ternyata salah satunya terjadi di waktu yang lampau. Semisal “Detective 2” yang dibintangi Aaron Kwok, diceritakan ia menangani kasus pembunuhan dan ada adegan lain di mana diperlihatkan si pembunuh adalah seorang anak SMP. Otomatis para pemirsa mengira penyelidikan Aaron Kwok sia-sia sebab tak satupun tersangka yang ia selidiki adalah anak SMP. Namun, yang pemirsa tidak tahu, ternyata adegan kedua itu adalah flashback dan si pemuda SMP ini ternyata sudah tumbuh besar.
Plot twist waktu yang lebih sederhana contohnya pada film “The Village” dimana sekilas film bersetting di masa lampau. Namun, di ending film terkuak bahwa film tersebut bersetting pada masa yang sama sekali berbeda.
Setting waktu nggak hanya bisa dimanfaatkan sebagai plot twist, tetapi juga bisa diutak-atik untuk menciptakan plot twist itu sendiri. Lihat saja “Memento” yang ternyata alur waktunya dibalik, diawali oleh ending film dan diakhiri oleh adegan yang seharusnya menjadi awal film. Dengan begini, pembaca akan bingung sebab ada banyak informasi yang dirahasiakan, untuk kemudian terkuak satu demi satu melalui flashback. Teknik semacam ini disebut “in medias res”, sebab permulaan cerita “digeser”, entah ke tengah atau malah akhir cerita.
*Plot Twist Alur*
Plot twist ini menurut ku sangat brilian, namun cuman sedikit cerita yang mengeksplorasinya. Plot twist ini mengandalkan alur dan hubungan antarkarakter, di mana subplot cerita yang berbeda ataupun tokoh-tokoh yang sekilas tidak berhubungan ternyata pada akhir cerita diceritakan memiliki takdir yang saling terkait.
Contoh jelas dari penggunaan plot twist ini adalah ending di sebuah film Hong Kong berjudul “Beast Stalker” dimana seorang polisi berusaha menyelamatkan seorang gadis cilik yang diculik. Si polisi dan penculik yang tidak saling mengenal rupanya “terhubung” oleh sebuah kejadian di masa lalu mereka.
Selain plot twist di atas, sebenarnya masih ada banyak sih jenis-jenis plot twist lain. Kalau mau memperbanyak perbendaharaan plot twist kalian, silakan banyak-banyakin baca novel atau liat film yang ada plot twistnya.
Setelah menentukan apa plot twist apa yang akan kalian gunakan untuk mengecoh pembaca, tugas kalian belumlah selesai. Ada dua teknik yang bisa dibilang harus kalian terapin biar plot twist kalian nggak sia-sia. Dua teknik itu adalah red herring dan foreshadowing.
*Red Herring*
Setelah kita menentukan plot twist, langkah berikutnya adalah menebarkan “red herring” untuk mengalihkan kecurigaan para pembaca dari pelaku/twist yang sebenarnya. Apa sih red herring itu?
Red herring bahasa politiknya adalah pengalihan isu, jadi tugasnya adalah mengalihkan perhatian pembaca agar ia konsen ke petunjuk palsu dan mengabaikan petunjuk yang asli. Contoh red herring adalah dengan membuat tersangka palsu atau tokoh antagonis semu. Contohnya nih, di sebuah novel ada seorang tokoh antagonis yang nyebelin banget, pokoknya kalo liat dia kita jadi kepengen mutilasi dia terus potongan-potongan tubuhnya kita buang ke tempat sampah biar dimakan anjing jadi kebawa perasaan hehe. Otomatis kecurigaan pembaca akan tertuju pada dia. Namun, kemudian terkuak identitas asli sang tokoh antagonis sesungguhnya yang ternyata adalah tokoh yang selama ini dianggap alim dan pendiam.
*Foreshadowing*
Salah satu cara untuk membuat suatu plot twist tidak mengecewakan pembaca dan tidak membuat mereka merasa “tertipu mentah-mentah” adalah “foreshadowing”. Teknik ini benar-benar berkebalikan dengan red herring sebab di sini justru kita memberikan clue untuk menyingkap plot twist yang akan kita sajikan.
Dalam membuat plot twist, sebenarnya jangan benar-benar menyembunyikan plot twist ini dari pembaca, namun malah harus memberikan “petunjuk-petunjuk samar”. Biasanya ini bermanfaat ketika plot twist terkuak, kemudian ada adegan flashback ke petunjuk samar yang pernah diberikan itu. Maka, pembaca akan berpikir, “Ooooh iya, kok aku nggak kepikiran sampai ke situ ya, padahal udah ada petunjuknya.” Anggap aja foreshadowing ini sejenis remah-remah roti (breadcumbs) yang ditinggalkan Hansel dan Gretel sebagai jejak mereka saat menyusuri hutan biar nggak kesasar.
Foreshadowing ini akan membuat plot twist sangat logis, sehingga pembaca akan merasa “terkecoh” dan merasa memang salahnya sendiri kurang teliti dalam memahami petunjuk. Jika tak ada “foreshadowing” ini, plot twist yang di bikin akan terkesan “dibuat-buat dan dipaksakan”. Namun petunjuk yang akan di-foreshadowing ini jangan juga terlalu kentara, nanti plot twistnya dapat dengan mudah tertebak. Well, langkah untuk menyembunyikan petunjuk penting ini bisa dengan mengaburkannya bersama red herring.
Contoh foreshadowing ini semisal di salah satu episode “Sherlock”-nya Benedict Cumberbatch yang menceritakan anjing-anjing raksasa Hound of Baskerville. Di awal diceritakan oleh salah satu figuran bahwa Baskerville pernah digunakan menjadi medan percobaan gas kimia oleh militer. Fakta tersebut kemudian dilupakan oleh pemirsanya hingga kemudian terungkap bahwa anjing-anjing raksasa yang mereka lihat sebenarnya hasil halusinasi akibat sejenis gas kimia. Maka pemirsa langsung ingat “foreshadowing” yang diberikan di depan tadi dan membenarkan plot twist tadi.
Dari semua uraian di atas, sebenarnya ada satu trik sederhana yang menurut ku ampuh dalam membuat plot twist, yakni “rahasia”. Yup, bikin saja tokoh utama atau tokoh lainnya menyimpan sebuah rahasia, yang ketika terungkap, itulah plot twist yang selama ini kalian simpan untuk mengejutkan para pembaca. Tapi tetep jangan lupa teknik “red herring” dan “foreshadowing” di atas tadi.
Masih bingung? Yuk, intip contoh dan tipsnya. Biar cerpen kita bervariatif.
Tips:
- Hapus atau sederhanakan apa pun yang tidak berpengaruh ke cerita, misal: Assalamualaykum, Waalaykummussalam. Makan apa? (Dialog sederhana)
- Plot twist bukan satu-satunya membuat cerita menarik. Ini hanya “salah satu cerita.”
- Jangan terlalu fokus ke twist malah membuat cerita aneh. Misal, timbangan bisa bicara dan lain-lain.
*Contoh Plot Twist*
*Sebuah Pertemuan*
“Menunggu seseorang?” tanya seorang wanita dengan rambut sebahu lengkap dengan jaket kerah tingginya.
Aku yang sedari tadi berteduh di depan teras toko bergeser.
“Begitulah … anak. Aku menunggu anakku. Kalau Anda, ehm maaf siapa?”
“Mona.” Wanita yang berpakaian menarik, beda denganku yang hanya mengenakan jaket cokelat dan baju lusuh itu mengulurkan tangan.
“Dian.” Tangannya terasa lembut saat kami bersentuhan. “Apakah Mbak Mona juga menunggu seseorang?”
“Tidak. Hanya kebetulan kehujanan.”
Cuaca malam minggu ini, tak bersahabat. Hujan sedari tadi mengguyur kota tiada henti. Kalau bukan karena menunggu Andi–anakku–yang diantar oleh ayahnya yang juga mantan suamiku. Aku tak akan rela berdiri dalam cuaca dingin seperti ini.
“Anaknya sekolah? Kok sampai malam. Ini sudah hampir jam sembilan.”
Perkataan Mona membuyarkan lamunan. Sekali lagi kuamati, dia terlihat bersahaja dan berperilaku sopan. Bukan orang jahat tentunya. Saat senyum manisnya, menghangatkan suasana. Mulut ini tak kuasa untuk bercerita. Bagaimana cerita pernikahanku yang sudah berjalan selama lima tahun harus kandas karena orang ketiga.
“Mbak tidak tahu orangnya?”
Aku menggeleng, terlalu menyakitkan untuk mengingat kenangan yang telah lalu.
“Sebaiknya Mbak memulai hidup baru. Menunggu yang tidak pasti itu sangat menyakitkan.”
Perkataan Mona menggetarkan hati. Ia seraya mengalaminya juga. Aku jadi terharu. Benarlah kalau hati wanita hanya wanita yang mampu menyelaminya.
Ah, tanpa terasa waktu mengalir seiring derasnya arus di jalan raya depan toko. Wanita itu berpamitan, tak lama berselang terdengar panggilan ibu dari taman di samping toko. Anakku berdiri digendong seorang lelaki tegap, berjas hujan warna hitam. Wajahnya tak terlalu terlihat, tetapi dari jalannya aku tahu dia bukan Mas Tito, mantan suamiku. Dia pasti Mang Tono, sopir keluarganya.
“Ke mana Bapak, Mang?” Pertanyaanku kabur terbawa angin, entah Mang Tono dengar atau tidak.
Dalam jarak sejengkal, di bawah kanopi yang mulai basah terkena air hujan yang terbawa angin Andi segera memelukku. Ia tak memberi jeda sedikit pun.
“Aku rindu Ibu,” ucapnya yang disertai senyum hormat Mang Tono dari balik bahu Andi.
“Bapak sibuk jadi hanya saya yang mengantar.”
Setelahhnya, Mang Tono berbasa-basi dan berpamitan. Ia menyalamiku dengan hormat sembari menyelipkan sesuatu, sebuah kertas.
Tanpa menunggu, kuturunkan Andi. Badannya yang gempal cukup membuat tangan pegal. Setelah melenturkan tangan dan Mang Tono telah hilang dari pandangan, kubuka kertas yang notabene dari Mas Tito.
(Dian, maaf selama lima tahun bersama aku tak mampu jujur. Kali ini aku tak mau berbohong lagi. Ada orang ketiga di antara kita. Perpisahan sebulan lalu, kuambil karena dia. Bersama surat ini, sebenarnya aku datang. Namun, Mona melarangku untuk menemuimu. Dia ingin berbicara berdua denganmu. Maaf, bukan karena mencintai orang lain tetapi karena tak mampu menatapmu secara langsung.)
Salam Perdamaian Tito
Materi yang cukup menarik agar cerpen yang kita buat lebih variatif, sudah di sajikan contoh juga. Bismilah tinggal praktek untuk membuat cerpen dengan menggunakan plot twist ini.
Demikan materi dati Kak Ratna semoga bermanfaat.
Terimakasih, salam sehat, salam literasi tetap semangat.
#KarenaMenulisAkuAda
#Day8KMAAYPTDChallenge
Gunungkidul, 28 Agustus 2021
Materi plotnya oke banget bu.
Semoga bermanfaat bu..
wah dapat daging nih. trims ……
Hehe.. makasih buk..