Frekuensi pertandingan tinju profesional di Indonesia beberapa tahun lalu pernah mengalami masa keemasan. Hal itu ditandai dengan begitu padatnya jadwal pertandingan. Kondisi yang kondusif untuk perkembangan tinju profesional Indonesia itu tentunya adalah berkat adanya program siaran langsung dari beberapa stasiun TV seperti Indosiar lewat tayangan Gelar Tinju Profesional Indosiar (GTPI), RCTI lewat tayangan Sabuk Emas RCTI dan TVRI lewat tayangan Round to Round Fight. Selain ke tiga stasiun TV tersebut, SCTV juga kadang-kadang punya tayangan langsung tinju profesional yaitu SCTV Top Boxing.
Peningkatan frekuensi pertandingan tersebut terlebih lagi melawan petinju asing, ternyata mampu meningkatkan kualitas petinju Indonesia. Terbukti saat itu Indonesia memiliki 2 orang pemegang gelar juara dunia tinju yakni Chris John pemegang sabuk Kelas Bulu WBA dan Muhammad Rachman pemegang sabuk Kelas Terbang Mini IBF. Di samping dua gelar dunia tersebut masih ada lagi beberapa gelar regional.
Kiprah RCTI lewat program Sabuk Emas menunjukkan bahwa mereka turut berpartisi dalam pembinaan tinju profesional di Indonesia dengan menggelar pertandingan secara rutin seminggu sekali, dengan mendatangkan petinju asing berkualitas baik dalam partai perebutan gelar maupun non gelar. Salah satu petinju yang mengorbit lewat program Sabuk Emas adalah Muhammad Rachman.
Muhammad Rachman, petinju kelahiran Merauke 23 Desember 1972 dengan julukan The Rock Breaker ternyata mampu mengoptimalkan ajang Sabuk Emas sebagai sarana meniti dan mengembangkan karier tinjunya. Ia meniti karier secara berjenjang, mulai dari bawah sampai partai eliminasi penentuan peringkat Internasional. 1 Desember 2000 merupakan buah dari perjuangannya pada tingkat Internasional dengan keberhasilannya merebut sabuk Kelas Terbang Mini IBF Pan Pacific setelah mengalahkan Roger Mananguil dari Filipina dengan TKO di ronde ke 8.
Penantian Panjang Episode 1
Sejak ia merebut sabuk Kelas Terbang Mini IBF Pan Pacific, ia menjalani penantian panjang episode 1 (menantang juara dunia). Satu persatu dari 15 lawannya selama tiga tahun penantiannya dibuat bertekuk lutut. Tetapi keberhasilan itu belum juga mengantarkannya untuk menantang juara dunia yang membuatnya nyaris frustrasi.
Harapan kembali terkuak ketika akhirnya ia berhasil menempatkan dirinya sebagai penantang pertama Kelas Terbang Mini IBF setelah mengalahkan juara dunia versi IBO Noel Tunacao dari Filipina dengan TKO di ronde ke 2 pada 16 Desember 2003. Setahun kemudian yang dinantikan itu tiba yaitu kesempatan menantang juara dunia kelas terbang mini versi IBF Daniel Reyes asal Kolombia pada 14 September 2004.
Untuk mempertandingkan Rachman versus Reyes, Aseng sempat jatuh bangun. Meski sudah dipaksa IBF menggelar pertarungan wajib (mandatory fight), pihak Reyes selalu menolak tawaran Aseng yang disebutkan terlalu rendah. Dikarenakan batas waktu telah terlampaui, pertarungan Reyes-Rachman kemudian dijual lewat lelang.
Aseng dengan segala upaya akhirnya memenangi lelang dan membawa pertandingan ke Indonesia. Kesempatan itu tidak di sia-siakan untuk mewujudkan buah perjuangannya dengan susah payah mencapai puncak prestasi seorang petinju profesional dengan merebut sabuk juara dunia terbang mini IBF dari tangan Daniel Reyes.
Penantian Panjang Episode 2
Ironisnya setelah keberhasilannya menjadi juara dunia, ia kembali harus menjalani penantian panjang episode 2 (mempertahankan gelar juara dunia). Tantangan yang dihadapi semakin berat, bukan dari lawan tapi dari orang-orang yang merasa punya kepentingan mengurus masa depannya dan juga birokrasi. Tidak banyak petinju bagus yang kita miliki. M Rachman adalah salah satunya yang setelah menjadi juara dunia nyaris disia-siakan.
Kesempatan mempertahankan gelar untuk pertama kalinya baru ia peroleh tujuh bulan setelah ia merebutnya yaitu pada 5 April 2005 melawan Fahlan Sakkreerin dari Thailand. Pertarungan berakhir dengan hasil technical draw di ronde ke 3 yang berarti Rachman masih memegang gelar juara dunia kelas terbang mini 47,6 Kg karena terjadi benturan kepala.
Selanjutnya setelah pertandingan itu, pada bulan Juni 2005 Rachman diharuskan memenuhi kewajibannya (mandatory fight) menghadapi pertandingan melawan peringkat pertama kelas terbang mini versi IBF, Omar Soto dari Meksiko. Duel wajib Rachman ini kemudian mengalami kemunduran berkali-kali.
Seharusnya, mandatory fight berlangsung pada 11 Juni 2005, usai dia melakoni duel choice (pilihan) melawan Fahlan Sakkreerin (Thailand) 5 April 2004 di Taman Hiburan Rakyat Hapsanasai, Merauke, Papua. Namun, karena dalam partai choice Rachman mengalami cedera pada pelipisnya, karena terjadi benturan kepala, mandatory fight ditunda. Ini setelah pihak Rachman meminta pengunduran jadwal pertarungan wajib (mandatory fight) dengan alasan untuk pemulihan cedera.
Kemudian, IBF pun menjadwalkan duel Rachman pada 23 Agustus 2005 di Jakarta. Tapi, karena alasan sponsor, Ndondo, yang juga promotor pemegang opsi Rachman, mengundurkan jadwal duel ini menjadi 6 September 2005. Apa yang diharapkan tak kunjung tiba, tak ada sponsor yang mau menjadi penyandang dana perhelatan di tanah air. Selanjutnya, Agustus 2005 IBF bertindak tegas dengan melelang duel Rachman versus Soto, yang dimenangkan oleh Guilty Promotion dengan nilai USD 26.100 (sekitar Rp 261.000.000).
Selanjutnya Guilty Promotion menjadwalkan duel Rachman pada 27 Januari 2006 di Tropicana Casino, Atlantic City, New Jersey, USA. Rencana tersebut kembali gagal karena pelatih M Rachman, M Yunus, tidak mendapat visa dari Kebubes Amerika Serikat. Kegagalan ini sempat membuat M Rachman yang terkenal pantang menyerah itu menjadi frustasi.
HM Arsyad menyelamatkan sang juara dunia
Setelah kegagalan itu, opsi untuk pertandingan tinju dunia kelas terbang mini versi Federasi Tinju Internasional (IBF) antara juara bertahan M Rachman (Indonesia) melawan penantang Omar Soto (Meksiko), akhirnya diserahkan kepada promotor Indonesia, Aseng Promotion. Namun demikian, sesuai permintaan dari promotor Aseng Promotion, Dondo Soegiarto, sedianya pertandingan partai tinju dunia kelas terbang mini ini akan dilaksanakan pada Maret 2006, karena sesuatu dan lain hal terpaksa ditunda tanpa batas waktu yang ditentukan oleh IBF.
Promotor tinju, Dondo Soegiarto meminta perpanjangan waktu untuk menggelar pertandingan partai M. Rachman lawan Omar Soto di Indonesia ini, walaupun dia telah mendapat opsi dari promotor Gulty Promotion untuk melaksanakannya di Indonesia. Ia mengakui, pihaknya telah menawarkan opsi yang diperolehnya itu kepada promotor HM Arsyad yang telah sukses mengantarkan Chris John menjadi juara dunia tinju kelas bulu versi Asosiasi Tinju Dunia (WBA) di Tenggarong.
Dalam suatu pernyataannya ia mengatakan bahwa “HM Arsyad pada prinsipnya siap membantu menyelamatkan sang juara dunia dari Indonesia pada kelas terbang mini ini, hanya belum ada pembicaraan yang lebih kongkrit untuk mengambil alih sebagai penyelenggara,” kata Dondo. Pernyataan “menyelamatkan sang juara dunia” menunjukkan bahwa gelar M Racman sudah terancam lepas tanpa bertanding. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekali bahkan boleh dikatakan sangat menyedihkan bukan hanya buat M Rachman tapi juga buat kita sebagai bangsa yang prestasi olahraganya sedang terpuruk.
M Rachman Sukses Mempertahankan Gelar
Setelah 5 kali rencana duel antara kedua petinju tersebut tertunda, akhirnya promotor internasional asal Tenggarong HM Arsyad membeli opsi pertandingan dari Dondo Sugiarto selaku promotor Rachman sebelumnya karena jika Rachman tidak bertarung, IBF akan mencopot sabuk Juara Dunia dari Rachman. Duel tinju dunia kali ini digelar di Stadion Tenis Indoor Senayan, Jakarta pada 6 Mei 2006.
Fantastis! Pertarungan melawan Omar Soto yang merupakan upaya mempertahankan gelar untuk kedua kalinya bagi Muhammad Rachman berhasil dilakoni dengan sukses lewat kemenangan KO pada ronde ke 6. Episode penantian M Rachman sebagai putra bangsa dalam upayanya mempertahankan gelar yang telah berlangsung selama setahun lebih tidak sia-sia.