Kau Diam, Akupun Membisu

Terbaru65 Dilihat

Kau Diam, Aku pun Membisu

Senja…  Di balik tabir surya tenggelam, mengerucut menghilang berganti peraduan. Hening, jingga kemerah merahan yang mewakili rasa sendu. Aku mengeja sebuah pilu yang selalu menghampiri di kala senja, warna itu yang memberi rasa rindu teramat dalam.

Ku melihat kau beranjak pergi tinggalkanku, bukan bukan untuk pergi tak kembali. Kau hanya pergi tuk tunaikan tugasmu,  namun kenapa aku merasa kau akan meninggalkanku.  Waktu serasa cepat berlalu dan tanpa aku sadari hari telah senja. Bersamamu selalu mampu mengukir indah deretan kisah hingga detik waktu terasa berjalan begitu cepat.

“Jangan sedih aku akan kembali, seperti senja itu esok pasti kan kita jumpai senja lagi tuk dapat kita nikmati.” Pamitmu

“Hati-hati jaga hati dan diri baik-baik disana.  Aku akan selalu menuggu”. Tak kuasa aku menahan butiran bening jatuh di pipiku, hangatnya buatku semakin pilu.  Baru aku rasakan betapa hatiku damai dalam kebersamaan ini. Namun hanya sebentar saja aku rasakan. Karena kau akan beranjak pergi

“Hai.. Jangan  cengeng,  katamu padaku. Aku menutup wajah dengan tanganku.  Berharap dia tak lagi melihatku menangis.

“Kamu yakin kan dengan mimpi kita?  Kembali ia bertanya tentang itu. Kamu harus kuat, sabar dengan keadaan ini. Tunggu waktu yang akan menyatukan kita.” Bujukmu dengan penuh kesabaran.

Aku semakin terisak,  aku coba membuka tangan yang menutupi wajahku,  berusaha berikan senyumku untuknya.

“Iya aku masih sangat yakin,  aku ga boleh cengeng aku harus kuat dan aku harus sabar,” ucapku pelan.

Kau  diam, akupun membisu. Hanya tatapan mata wakili segala rasa yang tersimpan dalam dada yang tak mampu tuk terucap.  Ya dari tatapan mata itu aku begitu yakin akan ketulusanmu, aku yakin denganmu aku akan bahagia.

Waktupun berlalu, kau juga belum kembali. Siang malam hanya doa yang kupanjatkan Tuhan lindungila dia yang kusayangi, satukanlah hati kami berdua selamanya.

Mengingatmu yang telah pergi,membuatku bersedih hati.

Kenapa kau menginggalkanku sendiri?

Dengan rasa ini yang membuat hatiku semakin nyeri.

Aku seperti diruang hampa yang sepi. Dengan tangisku yang tak terhenti, memandang langit-langit kamar. Dan ternyata akupun sendiri di tempat ini,  hanya di temani bayangmu yang selalu menari-nari di pelupuk mataku.  Ku menunggu hadirmu dengan membawa sejuta mimpi kita. Merindumu tanpa batas waktu.  Mendoakanmu dapat tenangkan jiwaku. Dan melihatmu dari jauh itu yang hanya bisa kulakukan sebagai pengobat rinduku. Melihatmu dari jauh pun, aku sudah bahagia, dan selalu bersamamu itu harapanku.

Derrt deeert… tiba-tiba ponselku bergetar. Membuyarkan lamuanku tentangmu. Segera aku raih poselku yang sedari tadi tergeletak begitu saja di meja pojok kamarku. Ada nama yang aku tunggu tertera disana. Segerah aku buka dan baca chatnya

[Met malam, Nia. Lagi ngapain? ]

Deeg hatiku merasakan sesuatu. Aku baru saja mengenangnya dan panjang umur, kau menghubungiku. Kau yang telah sekian waktu sibuk dengan kerjaanya di kota. Tak menunggu lama aku segera balas chatnya.

[Malam , Dit. Gimana kabarnya?]

[Baik, maaf baru bisa menghubungimu, gimana dengan tugas-tugasmu, lancar kan?]

Kau layangkan beberapa pertanyaan yang aku belum sempat menjawabnya. Kau langsung menyampaikan bahwa minggu depan kau dapat cuti dan akan pulang selama 2 minggu di rumah.

[Bersukur Dit, tugas-tugasnya telah aku selesaikan]

[Alhamdulilah. Nia. Sebelum aku datang mohon sampaikan ke orang tuamu, bahwa kedatanganku adalah untuk melamarmu]

Betapa aku sangat bahagia mendengar kabar itu. Penantianku selama ini akan terjawab sudah. Tentu orang tuaku akansenang mendengar kabar ini.

[Baik, Adit aku akan sampaikan pesanmu, terimkasih untuk kepercayaanmu selama ini]

Banyak hal yang telah menghiasi hubungan kami. Bukan perkara mudah untuk menjaganya. Kami yang menjalin hubungan jarak jauh. Jika tidak ada komitmen untuk bisa saling menjaga dan percaya tentu kami tak  bisa sampai pada hal yang menjadi tujuan dan mimpi kami.

 

“Hanya waktulah yang dapat menguji komitmen dan kesetiaan tetapi komitmen merupakan Langkah awal kesetiaan. Bukan hanya sekali cinta ini di uji, tapi ribuan kali mengahampiri”

 

Terimakasih cinta, terimakasih rasa, untuk perjuangan panjang kita. waktupun menjawabnya.

 

#KarenaMenulisAkuAda

#Day18KMAAYPTDChallenge

Gunungkidul, 7 Sepetember 2021

 

Tinggalkan Balasan

2 komentar