Mari kita menguak makna di balik Tari Topeng Cirebon dalam artikel berikut ini.
- Selintas Tentang Tari Topeng Cirebon
Cirebon terkenal dengan sebutan kota santri. Sejarah berdirinya kota Cirebon tak lepas dari campur tangan para wali, khususnya Sunan Gunung Jati.
Cirebon adalah daerah yang terletak di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah. Daerah ini menjadi jembatan bagi kedua daerah dalam mengembangkan perekonimian, kebudayaan dan pariwisata.
Sebagai daerah transit, Cirebon memiliki berbagai kebudayaan dan kesenian. Salah satunya adalah Tari Topeng Cirebon. Tari Topeng Cirebon ini menjadi salah satu ikon bagi kota Cirebon di samping keraton, masjid Cipta Rasa dan makam Sunan Gunung Jati.
Sekarang ini tari topeng banyak digemari oleh kaum remaja di Cirebon. Hal itu tidak terlepas dari peranan beberapa sanggar tari yang menjadikan tari topeng sebagai tarian utama yang diajarkan di sanggarnya.
Sebelum masa Pandemi Covid 19, pemerintah daerah Cirebon selalu mengadakan pergelaran sendratari di gua Sunyaragi yang mengisahkan babad tanah Cirebon. Tari topeng menjadi salah satu pertunjukan yang sangat menarik karena ditarikan secara rampak.
Sejarah tari topeng tidak terlepas dari sejarah kota Cirebon itu sendiri. Pendapat lain mengatakan jika tari topeng Cirebon berasal dari Jawa Timur yang tersebar pada saat kerajaan Jenggala, 10-11 Masehi. Tari topeng ini menjadi tarian rakyat yang berada di perkampungan-perkampungan.
Cirebon atau Caruban didirikan oleh Pangeran Walangsungsang, putra Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran kala itu, menjadi salah satu tempat penyebaran slam. Pangeran Walangsungsang ini menganut agama Islam. Caruban akhirnya berkembang menjadi salah satu pusat pengembangan agama Islam kala itu.
Awalnya Caruban adalah dukuh kecil yang dibangun oleh Ki Gede Tapa, kakek Raden Walangsungsang. Kuwu pertama di Caruban dipegang Ki Gede Alang-Alang. Raden Walangsungsang menjabat sebagai wakilnya. Setelah Ki Gede Alang-Alang wafat, Raden Walamgsungsang menjadi kuwu dan bergegelar Pangeran Cakrabuana.
Ketika Sultan Cirebon dijabat oleh Syeikh Syarif Hidayatullah atau lebih dikenal dengan panggilan Sunan Gunung Jati. Beliau adalah salah satu dari sembilan wali yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa ini. Pada masa pemerintahannya, Islam berkembang pesat di daerah Cirebon.
Berbagai upaya digunakan oleh para Wali Songo untuk dapat mengembangkan ajaran Islam di Jawa. Sunan Gunung Jati bersama Sunan Kalijaga menggunakan jalur kesenian agar ajaran Islam dapat diterima masyarakat dengan mudah.
Pada tahun 1470, Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga mulai menggunakan Tari Topeng sebagai media penyebaran agama Islam di kalangan masyarakat dan di kalangan keraton. Selain tari Topeng, Sunan Gunung Jati juga menggunakan media angklung, wayang kulit, dan reog. Upaya menyebarkan ajaran agama Islam dengan media kesenian ini ternyata mampu menarik masyarakat sehingga semakin banyak penduduk yang menganut agama Islam.
Ada satu kisah menarik yang dilansir dari batiqa.com/id tentang kisah Pangeran Welang -yang berasal dari Karawang- menyerang kesultanan Cirebon pada tahun 1479. Sunan Gunung Jati yang memegang tampuk pimpinan di Kesultanan Cirebon itu tidak mampu melawan serangan Pangeran Welang meskipun sudah dibantu oleh Sunan Kalijaga dan Pangeran Cakrabuana. Pangeran Welang memiliki kesaktian yang bernama Curug Sewu sehingga dia tak terkalahkan.
Kemudian Sunan Gunung Jati menggunakan jalur diplomasi dengan menyajikan tarian Topeng. Cara ini sangat jitu karena Pangeran Welang jatuh hati pada tarian itu dan bersedia memberikan Curug Sewu kepada Sunan Gunung Jati. Dengan diserahkannya Curug Sewu, kesaktian Pangeran Welang serta merta lenyap. Kemudian Pangeran Welang menjadi pengikut Sunan Gunung Jati dan beralih ke agama Islam. Namanya pun berubah menjadi Pangeran Graksan.
- Jenis-jenis Tari Topeng Cirebon
Tari topeng Cirebon memiliki jenis yang bermacam-macam tergantung pada penggunaan properti topengnya. Topeng Cirebon ada 9 jenis. Lima topeng adalah topeng utama sedangkan 4 topeng lainnya hanya sebagai pelengkap. Lima topeng tersebut dikenal sebagai Panca Wanda (lima rupa). Masing-masing topeng itu memiliki makna sendiri-sendiri. Topeng-topeng ini juga menggambarkan siklus hidup manusia.
1. Topeng Panji
Topeng Panji berwarna putih melambangkan kesucian dan kelembutan.
Topeng Panji juga menyimbolkan siklus masa kanak-kanak. Gerakan tari topeng Panji lebih banyak statis, monoton dan gerakannya penuh kelembutan layaknya gerakan anak-anak.
2. Topeng Samba
Topeng Samba merupakan topeng yang menggambarkan kehidupan remaja. Gerakan-gerakan tari Topeng Samba ini penuh kelincahan, lucu dan kurang luwes. Hal tersebut menggambarkan tentang kebiasaan yang dilakukan para remaja.
3. Topeng Rumyang
Topeng Rumyang berwarna merah muda. Topeng Rumyang merupakan gambaran pada fase berikutnya yaitu dari masa remaja ke masa dewasa. Gerakan tari dalam tari topeng Rumyang ini menggambarkan kemantapan jiwa remaja yang akan menuju dewasa..
4. Topeng Tumenggung
Topeng Tumenggung ini merupakan topeng yang menggambarkan fase keempat dalam kehidupan. Karakter yang dgambarkan dalam topeng ini adalah manusia dewasa yang memiliki kemapanan dan kemantapan jiwa. Digambarkan dengan menggunakan simbol kumis.
5. Topeng Kelana
Topeng Kelana adalah salah satu jenis topeng yang sering digunakan dalam pertunjukkan. Topeng ini merupakan gambaran karakter dari Raja Rahwana dalam kisah Ramayana. Topeng ini memiliki simbol karakter marah, angkuh, sombong dan tidak bisa dikendalikan.
Hal itu pun tergambar dalam gerakan-gerakan Tari Topeng Kelana yang sangat dinamis dan tegas. Karakter buruk itu pun tergambar dalam warna topeng yang berwarna merah menyala, menandakan kemarahan manusia.
- Makna Kehidupan Di Balik Gerakan Tari Topeng
Setiap tarian pasrti memiliki gerakan-gerakan yang berbeda-beda. Dan gerakan-gerakan dasar tersebut memiliki makna tersendiri. Demikian pula gerakan-gerakan dasar yang terdapat dalam Tari Topeng Cirebon.
Tari Topeng Cirebon memiliki 9 gerakan dasar yang memiliki makna masing-masing , yaitu :
- Adeg-adeg yang memiliki makna dalam hidup kita harus bisa berdiri kokoh agar tak tergoyahkan oleh apa pun.
- Gerakan pasangan ini mengandung makna hendaknya kita harus selalu memberikan keteladanan dalam hal kebaikan.
- Capang mengandung makna kita harus selalu membantu orang lain dengan ringan tangan dan ikhlas.
- Banting Tangan. Gerakan banting tangan ini melambangkan agar kita mau bekerja keras untuk mencapai tujuan.
- Jangkung Ilo. Gerakan jangkung ilo ini menyimbolkan agar kita sadar diri dengan kemampuan yang kita miliki. Janganlah keinginan dan impian kita tidak sesuai dengan kemampuan yang kita miliki.
- Godeg artinya geleng kepala. Jika ada orang lain yang sedang kesusahan hendaknya kita tidak berpaling, melainkan menolongnya.
- Gendut makna gerakan ini mengandung makna jika kita tidak boleh memiliki kekayaan sendiri tanpa berbagi dengan orang lain.
- Kenyut Artinya Kepincut. Maknanya kita harus kepincut kepada hal – hal yang sifatnya positif dan konstruktif.
- Nindak / Njanda Artinya bertindak atau berbuat. Maknanya kita senantiasa harus berbuat kepada jalan yang diridhoi Allah SWT.
Begitulah beberapa makna yang dapat kita gali yang terdapat di dalam Tarian Topeng Cirebon. Tarian ini ternyata dapat menguatkan karakter anak bangsa. Oleh karena itu marilah kita lestarikan Tarian Topeng pada khususnya, dan kesenian tradisonal Nusantara pada umumnya.
Kesenian tradisional Nusantara memang dapat menarik tidak hanya kesenian. Melestarikan kesenian tradisional merupakan kewajiban bersama.
Oleh Nina Sulistiati untuk Inspirasiana
Referensi:
Ningsih, Widya Lestari. 2021. Sejarah Berdirinya Cirebon. https://www.kompas.com
Sanggar Tari, 2014. Tari Topeng Cirebonan. https://sanggarcendrawasih.wordpress.com
Wisnubroto, Kristantyo. 2020. Makna di Balik Rupa Topeng Cirebon. https://indonesia.go.id